Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Selasa, 08 Maret 2011

MB - LDK SMAN7 Banjarmasin di Rindam

BANJARMASIN – Kata militer bagi sebagian orang masih terdengar menakutkan, apalagi bagi pelajar yang harus melakukan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dikomplek pelatihan militer. Tapi hal ini sepertinya tidak berlaku bagi para pengajar di SMAN 7 Banjarmasin, yang sudah dua kali melakukan LDK bagi siswa-siswinya yang baru di Rindam Landasan Ulin.
Menurut M.Suriani, Wakasik bidang kesiswaan di SMAN7 Banjarmasin "kami sudah dua kali melakukan LDK siswa-siswi yang baru di Rindam, pertama tahun ajaran 2008 - 2009, dan yang kedua baru-baru tadi tahun ajaran 2010 - 2011, selama tiga hari yaitu pada 16 sd 18 Juli.
Semua pemateri dari rindam, materi yang mereka berikan antaralain: Baris-berbaris, Bela Negara, Permainan, Senam dll." Pengajar Penjas untuk kelas XI dan XII ini kembali menambahkan: Hasil dari kegiatan tersebut sangat positif, siswa-siswi mempunyai rasa penghargaan yang tinggi, disiplin, tidak tinggi hati dan tata krama yang baik” katanya.
Nabil Ketua Osis SMAN7, berkomentar "pada awalnya saya sendiri takut, tapi setelah ada disana, semuanya jadi menyenangkan, karena para pemateri dan pelatih lapangan di Rindam sangatlah ramah."
Untuk mengetahui lebih jauh tentang LDK ini, Mata Banua mencoba mendatangi langsung ke tempat lokasi LDK di Rindam Landasan Ulin. Dari petugas piket jaga dipintu gerbang Rindam mengarahkan untuk menemui Kabakum Letkol Mansur, tapi sayang saat itu  (10/08) Kabakum sedang ada rapat, dan menurut petugas di bagian Komunikasi Rindam, rapatnya akan memakan waktu yang cukup lama.
Dari dialog dengan petugas di ruangan tersebut, membenarkan bahwa SMAN 7 Banjarmasin memang telah dua kali melakukan latihan LDK di sini yang di tangani oleh bagian Bela Negara, dan katanya satu-satunya SMA yang melakukan itu hanya SMAN7 Banjarmasin. ara/mb05

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua – Tidak di muat

Photo yang tidak dimuat - Dokumentasi Panitia

MB - Meditasi Rindunya Micky Hidayat

BANJARMASIN - Agus R.Sarjono, berkata "negeri kita tahun-tahun belakangan ini kelewat bising dengan pelbagai soal. Suara-suara keras yang dulu ditekan kini berhamburan tanpa aturan, mirip bising klakson di Indonesia yang kelewat sering dibunyikan, kadang bahkan tanpa alasan apa-apa.
Kehadiran sajak-sajak Micky Hidayat (dalam antologi puisi Meditasi Rindu) yang lirih menggemakan kembali kerinduan kita pada suara alam yang asali, seperti lantunan seruling ditengah ingar-bingar rock dan organ tunggal; ibarat nyanyi burung ditengah sirene yang menggambarkan hutan yang terbakar, ibarat bisik ditengah riuh demo dan debat parlemen" ujarnya.
Kritikus sastra Nasional ini kembali berkomentar “tetap menulis sajak-sajak - diterima maupun tidak, digubris maupun diabaikan, dicintai maupun dibenci - adalah sikap hidup sekaligus kredo MIcky. Menulis sajak adalah jalan yang dipilih dengan tegas oleh penyair sebagai cara hadir sang penyair ketengah dunia ini. Menulis sajak adalah pilihan dan jalan hidup yang diletakkannya atas dasar kerinduan, kesepian, luka, dan cinta" katanya.
Micky Hidayat menceritakan bagaimana awal perjalanan sastranya "saya mulai belajar menulis sajak ketika masih duduk di kelas 1 SMP Negeri 2 Banjarmasin. Sudah barang tentu, dalam setiap menulis sajak itu sama sekali tak terpikirkan sedikitpun di benak saya, apakah diri saya sudah menjadi seorang penyair atau bukan. Apalagi keinginan untuk jadi penyair, jauh panggang dari api. Waktu itu saya menulis atau menciptakan sajak hanya sekedar iseng ingin menulis, tidak ada pretensi meraih predikat sebagai penyair.
Saya selalu tak kuasa menolak keinginan naluri untuk terus berkarya. Gagasan yang lalu lalang dan berkelebat-kelebat dalam benak seolah tak bisa dibendung. Bagi saya, bergelut dengan dunia sajak pada hakikatnya merupakan sebuah wacana yang memungkinkan saya untuk mengalami kembali kehidupan, membuat saya terlibat lebih intens dalam menjalani kehidupan ini" pungkasnya. ara/mb05

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua – Tidak di muat

MB - Dua Festival Seni di Hari yang Sama

MARTAPURA – Keringat mengucur, panas menyengat membuat pakaian adat Banjar yang mereka pakai terlihat menyala dalam terik matahari pukul 11.30 wita di halaman gedung pemuda Martapura pada Kamis (5/8) yang lalu.
"Group Sinoman Hadrah Surya Abadi dari Sei Rangas adalah peserta nomor urut terakhir untuk tampil dalam Festival Sinoman Hadrah diantara enam peserta group lainnya. Selanjutnya setelah acara festival sinoman itu selesai dan tinggal menunggu keputusan juri menentukan pemenang" kata Maudah menjelaskan
Wanita yang juga sebagai Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar ini mengajak untuk menyeberang ke Taman Cahaya Bumi Slamet "disana ada pameran ekspo dan Festival Tari Kreasi Daerah Banjar Bernuansa Islami, dua kegiatan ini dilaksanakan hari ini dari rangkaian acara lainnya dalam rangka memperingati hari jadi ke 60 Kabupaten Banjar" ujarnya sambil tersenyum.
Setelah kedua festival itu selesai, Mada (panggilan akrabnya) memberikan catatan nama-nama peserta festival dan urutan pemenangnya. Peserta Festival Sinoman Hadrah ada 7 group, dengan para juri Abdul Rasyid, Abdullah.Sp, dan Drs.Mukhlis Maman.
Sedangkan pemenangnya: Juara I disabet oleh Group Sinoman Hadrah Karya Baru dari Sungai Batang Ilir. Juara II jatuh kepada group Surya Abadi dari Sungai Rangas Hambuku kecamatan Martapura Barat. Juara III diperoleh group Al Hikmah yang juga dari Sungai Rangas Hambuku kecamatan Martapura Barat. Harapan I di terima oleh group Al Bab dari Desa Pinggiran kecamatan Astambul.Sedang pemayung terbaik di sabet oleh Riduansyah dari Karya Baru.
Peserta Festival Festival Tari Kreasi Daerah Banjar Bernuansa Islami ada 10 group, dengan para juri Sirajuh Huda, Novi Andriani, dan Yuli Astuti Ningrum. Juara I dari SMPN I Martapura dengan judul Tari Rebana. Juara II dari Mts Model Martapura dengan judul Tari Rudad. Juara III kembali dari SMPN I Martapura (yang menampilkan dua group) dengan judul Tari Berusaha Bersama. Harapan I dari SMAN I Martapura, harapan II dari SMAN I Karang Butan, harapan III dari SMAN I Gambut.
Dilain pihak, menurut Sirajul Huda, pensiunan kepala museum Banjarbaru, yang juga seorang penari dan dosen tari di STIKIP PGRI Banjarmasin dan Banjarbaru), mengatakan "hampir semua group tari tidak pas membawakan tariannya dengan tema (judul) tarian, hanya ada beberapa yang cukup baik.
Hal ini bisa kita maklumi, karena penata atau desain tarinya cuma dari pengajar seni disekolah-sekolah tersebut. Yang tentunya guru-guru tersebut bukanlah penari prefesional, mereka hanya guru pengajar, tetapi hal ini bisa diatasi bila sebelum kegiatan, diadakan dulu sarasehan atau workshop agar mereka mengerti bagaimana seharusnya suatu tarian di desain." katanya secara panjang lebar.
Komentar senada juga dikatakan Abdullah SP sebagai juri Festival Sinoman juga mengharapkan agar sebelum festival, diadakan dulu workshop bagi para penata tari sinoman, agar menjadi lebih baik lagi "hal ini sudah saya sampaikan dengan kepada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjar" pungkasnya. ara/mb05

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua – Tidak di muat

Minggu, 06 Maret 2011

MB - Dialog Tokoh Isu Teroris Menunggu Beduk Menuju Lebaran

BANJARMASIN – Semakin mendekati lebaran, tingkat kewaspadaan dan informasi juga hendaknya dipertajam, agar isu-isu yang tidak benar bisa dikesampingkan, ketenangan dalam beribadah dan kenyamanan dalam mempersiapkan lebaran adalah hal yang harus diutamakan.
Tindakan teror adalah kejahatan yag tidak bisa diterima akal sehat maupun ajaran agama Islam. Tetapi tidak dapat diterima pula tindakan menfitnah dan menghalalkan segala cara agar seseorang atau kelompok yang tidak terlibat dengan kejahatan teroris ditangkap, diadili, dan dihukum sebagai teroris, hanya karena perbedaan pandangan politik.
Itulah salah satu materi yang disampaikan oleh Hidayatullah Muttaqin, dalam Dialog Tokoh Tentang Terorisme Menjelag Berbuka Puasa, yang dilaksanakan pada Sabtu (28/8) sore di rumah H.Sakhrani jalan Bumi Mas Raya, komplek Bumi Handayani XI Banjarmasin, yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan sholat magrib berjamaah.
Selanjutnya, ketua lajnah siyasiyah DPD I HTI Kalsel ini juga memaparkan pendapatnya “saya tidak mengingkari kenyataan bahwa konsepsi politik yang paling dominan baik secara pemahaman maupun aflikatif dari barat.
Karena itu barat khususnya leader kapitalis Amerika Serikat sangat berkepentingan terhadap pemahaman konsepsi politik dan sistem politik  yang diterapkan diseluruh dunia. Tujuannya tidak lain untuk mempertahankan dominasi barat atas dunia termasuk Indonesia. Inilah yang disebut penjajahan modern (neoimperialisme)” ujarnya.
Menutup dialog, tuan rumah H. Sakhrani, SH, MH, menyoroti permasalahan isu-isu yang saat ini sedang terjadi di Indonesia, katanya “ institusi kepresidenan dan institusi penegak hukumlah yang memunculkan isu pendamping untuk menutupi kelemahan kinerja mereka. Entah isu tersebut dalam kasus teroris, sengketa dengan Malaysia, ataupun rekening gendut petinggi Polri” ungkapnya.
Ia juga mencontohkan salah satu kelemahan dan ketidak konsekwenan seperti hukuman bagi para koruptor yang sudah ditetapkan tetapi malah dikurangi dengan garasi oleh presiden. ara/mb06


-----------------

Di muat Selasa, 31 Agustus 2010/ 21 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Dialog Tokoh Isu Teroris Menunggu Bedug
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Menyatukan Perpecahan dan Pertikaian dalam Buka Puasa Bersama Pkb Kalsel


BANJARMASIN – Suasana ramadhan yang penuh rahmat dimanfaatkan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kalsel untuk kembali menyatukan perpecahan dan pertikaian yang ada dalam tubuh partainya.
Sabtu (28/8) acara buka puasa ini dilaksanakan di sekretariat PKB Kalsel di Km 6,7, mengusung tema Satukan Tekad Rapatkan Barisan Menuju PKB Bangkit. Buka puasa bersama ini dihadiri oleh semua pengurus DPAC kabupaten se-Kalsel, serta pengurus PAC kota dan ranting.
Setelah sholat magrib berjamaah Mulyadi Mangin Ketua DPW PKB Kalsel, memberikan keterangan kepada wartawan tentang tujuan dari diadakannya acara buka puasa bersama, katanya “malam ini kita bersilaturahmi dan kembali menyatukan warga PKB Kalsel yang telah terpecah, dan kita menyerukan agar semua elemen warga PKB dari kubu yang lain untuk kembali bersatu.
Dan mengesampingkan semua perbedaan persepsi yang selama ini terjadi, lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Kita optimis dalam dua tahun kedepan PKB bisa kembali kita satukan” ujarnya.
Sementara itu Bambang Heri Purnama, menambahkan “kita tak bisa lagi hanya menunggu bola, tapi saat ini kita melakukan jemput bola, baik untuk warga PKB atau pun  masyarakat.
Saat ini di pusat kita sedang memperjuangkan peningkatan APBD daerah dari anggaran pemerintah pusat sebesar 1202 trilyun APBD yang nantinya diperuntukkan untuk semua daerah di Indonesia.APBD tersebut nantinya akan kita pergunakan untuk perbaikan dibidang pendidikan dan infrastruktur” katanya.
Menyinggung masalah konflik yang terjadi antara walikota Banjarmasin dengan wartawan, anggota DPR RI dari fraksi PKB Kalsel ini berkomentar “marilah dalam suasana ramadhan ini kita saling memaafkan, dan bila ada tersalah serta perkataan yang melukai perasaan pihak lain untuk tidak segan-segan meminta ma’af” pungkasnya. ara/mb06


-----------------

Di muat Senin, 30 Agustus 2010/ 20 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul PKB Bersama PAC se Kalsel
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Tak Perlu Terpusat Nonton Tanglong di Depan Balai Kota

BANJARMASIN – Perubahan rute perjalanan kendaraan hias (tanglong), dilakukan Disbudparpora Kota Banjarmasin dengan maksud agar tidak terkumpul pada titik-titik jalan yang akan menimbulkan kemacetan bagi masyarakat.
Tanglong adalah pawai kendaraan hias dengan lampion yang bernuansa budaya banjar atau bernuansa islami, event ini sudah menjadi ciri khas tradisi pada bulan ramadhan bagi warga Kasel. Setiap kota dan kabupaten mempunya jadwal acara tanglong bulan ramadhan masing-masing. Untuk kota Banjarmasin tanglong dilaksanakan pada malam 21 (salikur).
Rute altenatif baru: Start dari depan balai kota, Jl. Lambung Mangkurat, Jl. Merdeka, Jl. R. Suprapto, Jl. Sutoyo, Jl. Zafri Zam-zam, Jl. Cenderawasih, Jl. Belitung, Jl. Perintis Kemerdekaan (Pasar Lama), Jl. Pahlawan, Jl. Veteran, Jl Kuripan, Jl. A. Yani, Jl. Kolonel Sugion, dan kembali finish di balai kota.
Menurut Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kota Banjarmasin Mujiyat SSn M Pd “apabila ada perubahan rute perjalanan, akan diberitahukan pada malam acara sebelum peserta berangkat. Pendaftaran peserta terakhir pada sore hari tanggal 30 Agustus dan pendaftaran gratis.
Sampai hari ini, Jumat (27/8) suda ada 86 peserta yang mendaftar. Tahun ini peserta meningkat dari tahun sebelumnya dan tentunya nominal hadiah juga meningkat 100% dari tahun sebelumnya” ujarnya.
Ia menambahkan “perubahan rute ini dilakukan antara lain karena mengkaji pelaksanaan kegiatan tanglong dari tahun-tahun sebelumnya, ada daerah rute yang dilewati tapi tanpa penduduk, atau ada jalan yang kondisinya sangat tidak baik. Ini juga dilakukan agar masyarakat yang menonton tanglong tidak perlu jauh-jauh ke balai kota karena rutenya sudah melalui jalan-jalan daerah pemukiman.
Sehingga kemacetan dan kepadatan disekitar balaI kota dapat dihindari, yang tentunya akan meminimalisir tejadinya kecelakaan dan kejahatan. Rute perjalanan peserta tanglong akan dikawal dengan penerapan sistem buka tutup. Pengawalan buka dari Poltabes dan pengawalan tutup dari Perhubungan.
Dengan adanya kegiatan tanglong ini, diharapkan masyarakat lebih memaknai tentang tanglong sebagai budaya masyarakat banjar dalam ramadhan. Apabila ada peserta yang berasal dari luar wilayah kota Banjarmasin ingin ikut serta, silahan saja. Sampai hari ini” pungkasnya. ara/mb06


-----------------

Di muat Sabtu, 28 Agustus 2010/ 18 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Festival Tanglong Digelar Minggu Malam
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

MB - Tablik Akbar Nujulul Qur’an Hari Moekti di Unlam Banjarmasin dan Batola

BANJARMASIN – Al Qur’an diturunkan pertama kali pada malam ke 17 Ramadhan. Dalam rangka memperingati hari turunnya Al Qur’an, panitia Remaja Masjid Unlam mengadakan kegiatan tablik akbar bersama Hari Moekti di mesjid Unlam Banjarmasin.
Menurut Hendra Bahyuni, ketua umum angkatan muda remaja masjid Unlam Banjarmasin “kami hanya memanfaatkan waktu luang dari ustadz Hari Moekti, sebelum beliau melakukan tablik di Batola.
Karena tablik akbar di Masjid Unlam dilaksanakan setelah sholat jumat, tentunya banyak yang hadir adalah dari laki-laki, tapi kami akan menyiapkan tempat untuk wanita agar juga bisa mengikuti tablik ini. Tablik ini terbuka untuk umum, semua warga Banjarmasin” katanya.
Selanjutnya ia menambahkan: “rangkaian kegiatan kami sebelumnya adalah Pesantren Ramadhan Dinamis bagi mahasiswa, yang dilaksanakan selama  dua hari pada Rabu (25/8) dan Kamis (26/8).
Kemudian sore jumat (27/8) setelah tablik akbar, ada temu alumni angkatan muda Baitul Hikmah dari tahun 1987 hingga sekarang, yang diteruskan dengan buka puasa bersama” ujarnya.
Info kegiatan dakwah ustadz H M.Hari Moekti di Banjarmasin dan Marabahan dari tanggal 27 – 28 Agustus:
  1. 09:00, tiba langsung ke hotel Palm Banjarmasin.
  2. 12:00, sholat jumat di Masjid Unlam
  3. 13:30, tablik akbar di Masjid Unlam
  4. 16:00, ke Marabahan
  5. 17:30, masuk guest house bupati
  6. 17:45, keliling kota Marabahan
  7. 18:26, buka puasa di guest house bupati
  8. 18:30, sholat magrib di masjid at-Taqwa Marabahan
  9. 19:00, makan malam
  10. 19:30, sholat isya dan taraweh
  11. 21.00, tablik akbar Nujulul Qur’an di halaman kantor Bupati Batola
  12. 23:00, ke Banjarmasin untuk kembali ke Jakarta Sabtu pagi
ara/mb06


-----------------

Di muat Senin, 27 Agustus 2010/ 17 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Hari moekti Tablik Akbar di Unlam
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Buka Puasa Bersama dan Diskusi Antar Iman di Gereja Katolik Jalan Veteran

BANJARMASIN-Pluralitas agama yang melahirkan toleransi sebenarnya, itulah substansi ajaran Islam berhadapan dan bermasyarakat antara sesama manusia dalam konteks antar agama
Itulah yang dikatakan Drs. H.Muhamad Ramli dalam pemaparan makalah yang disajikannya pada Diskusi dan Degradasi Moral serta buka puasa bersama yang dilaksanakan oleh LK3 bersama Forum Dialog Kalsel dan Keuskupan Banjarmasin Bidang Hubungan antar Iman pada Rabu (25/8) tadi, yang dimulai dari pukul 15:00 Wita, bertempat di Aula Sasana Bakti Gereja Katolik Hati Yesus yang Maha Kudus di jalan Veteran Banjarmasin.
Peserta yang hadir ada dari kalangan pemerintah, pendidik, perwakilan gereja, dan kelompok-kelompok agama, jumlahnya kurang lebih 100 orang tamu.
Muhammad Ramli, menyoroti pula tentang keadaan umat Islam yang dibangga-banggakan sebagai kelompok mayoritas, tapi dalam kenyataannya bukan menjadi pemenang lomba berbuat kebajikan dan taqwa untuk umat dan bangsa Indonesia, tetapi malah menjadi beban.
Sebagai nara sumber perwakilan Cendikiawan Muslim, ia juga mengkritik dunia pendidikan dan para pengajar untuk lebih ikhlas dalam memberikan pelajaran agar hal itu bisa menjadi pelajaran moral bagi murid yang dididiknya.
Sementara itu Romo Benny Susetyo, nara sumber dari Cendikiawan Katolik, dalam pemaparannya lebih banyak menyoroti peran pemerintah dan politik dalam mengambil kebijakan. Terutama mengenai masalah kurikulum dunia pendidikan yang tidak menitik beratkan pada pendidikan moral dan selalu berubah-ubah dengan cepat.
Menurut Benny “anak-anak disekolah hanya diajarkan untuk menghapal, tapi tidak diajarkan untuk memahami dan berbudi pekerti yang baik”.
Sekertaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan ini juga mengatakan “saat ini kesejahteraan hanya untuk kekuasaan politik, sehingga demoralisasi dimana-mana.
Sementara itu undang-undang hanya dibuat untuk memperkaya diri bagi kalangan tertentu saja. Kemudian agama hanya dikomersilkan oleh karena itu, katanya agama jangan cuma hanya menjadi sumber aspirasi yang dibawa kelingkungan politik tapi jadikan agama sebagai sumber inspirasi, yang akan menciptakan visi kedepan bagi bangsa, agar kesejatian diri yang telah hilang bisa kembali ditemukan” ujarnya.
Mengenai kekerasan terhadap anak, Hj. Yurliani, SH, dalam pemaparannya menekankan perlunya kerjasama antar kelompok dalam mengatasi meningkatnya kekerasan seksual terhadap anak. Katanya “sekitar 18,27% terjadi kekerasan seksual terhadap anak, dari data Polda Kalsel pada Januari sampai Juni 2010.
Keadaan ini antara lain disebabkan karena hubungan keluarga 5 kasus, pacar 10 kasus, teman 3 kasus, tetangga 3 kasus, hubungan kerja 1 kasus, lain-lain 1 kasus” ungkapnya.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak ini, menambahkan “salah satu faktor meningkatnya keinginan berhubungan sek pada anak-anak adalah karena kurangnya pengawasan orang tua, mudahnya mengakses situs-situs porno diwarnet, dan tidak adanya keterbukaan dalam pendidikan sek yang benar dalam masyarakat dan institusi pendidikan.
Sebagai tuan rumah, Romo Gregorius, CP, saat ditemui Mata Banua setelah acara buka puasa selesai, berkomentar “saat ini yang perlu ditekankan dalam pendidikan adalah menanamkan budi pekerti dalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal ini tidak bisa dilakukan cuma satu pihak saja tapi juga sangat penting keterlibatan pemerintah” pungkasnya. ara/mb06


-----------------

Di muat Kamis, 26 Agustus 2010/ 16 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Berdiskusi Sambil Menunggu Bedug
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

           

MB - Bulan Ramadhan Masjid Sultan Surinsyah Kurang Diperhatikan Pemda

BANJARMASIN – Di depan masjid terdapat papan nama yang berbunyi Masjid Sultan Suriansyah adalah bangunan bersejarah yang juga bagian dari bangunan cagar budaya, dilindungi oleh Pemda Kalsel.
Mata Banua tergelitik untuk bertanya pada Lahwani panitia ta’mir ramadhan, apakah Pemda atau Dinas Pariwisata Kalsel sudah ada membuat jadwal untuk berbuka puasa bersama di sini, atau yang terpenting memberikan bantuan anggaran untuk berbuka puasa? Ia terdiam, kemudian menggeleng, lalu katanya: “sampai hari ini tidak ada”. Jawab Muadzin sholat 5 waktu ini dengan suara perlahan.
Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin dalam suasana ramadhan terasa seperti kembali pada masa lalu, zaman kerajaan Banjar. Di halaman masjid tertua di Kalimantan Selatan ini pada suatu sore pukul 17.00 wita terlihat sekelompok anak-anak kecil yang sedang bermain bola dengan gembira, 30 menit sebelum waktu berbuka puasa tiba, mereka segera berhamburan pulang kerumah masing-masing.
Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid Kuwin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid yang lainnya adalah Masjid Besar (Masjid Jami) dan Masjid Basirih. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di seberangnya terdapat sungai kuin. Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk.

Menu berbuka
Lahwani, menuturkan: “rata-rata jamah yang berbuka puasa sekitar 150 orang, menu yang disajikan adalah bubur ayam,wadai amparan tatak, korma dan air teh. Anggaran yang diperlukan kurang lebih Rp. 500.000. Apabila ada permintaan dari penyumbang yang membukakan puasa tehadap menu buka puasa, maka akan kami siapkan, tapi biasanya pilihannya adalah nasi sop.”
Panitia buka puasa masjid kono ini menambahkan: “daftar penyumbang untuk membukakan puasa di sini masih banyak yang kosong, jadi bila ada yang berkenan untuk menyumbang di sini, kami sangat berterimakasih.
Sabtu (21/8) Ustad M.Nor Yasin Rais, ketua umum pengurus masjid yang hari ini membukakan puasa, menu yang dipilih adalah nasi sop. Sementara waktu telah menunjukkan pukul 18:00 wita, pancaran cahaya lampu yang berpadu dengan keindahan arsetektur tradisional diantara kaligrafi yang bertebaran membuat suasana pembacaan surah Yasin, kemudian dilanjutkan dengan Fatihah ampat, Tahlil selanjunya berdo’a, terasa semakin membuat khusu’ jama’ah yang hadir untuk berbuka puasa bersama. ara/mb06


-----------------

Di muat Rabu, 25 Agustus 2010/ 15 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Berbuka ‘Ala Kadarnya Di Sultan Suriansyah
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

Sabtu, 05 Maret 2011

MB - ‘Itikaf dan Buka Puasa di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Satu Bulan Daftar Penyumbang Buka Puasa Terpenuhi

BANJARMASIN – Berada di tengah-tengah kota membuat masjid Raya Sabilal Muhtadin tidak pernah sepi dari jama’ah, apalagi dibulan Ramadhan jumlah pengunjung akan semakin meningkat, baik yang datang untuk tujuan beribadah ataupun hanya sekedar bersantai.
Arsitektur bangunan yang khas, di kelilingi oleh taman dan hutan kota menjadi daya tarik bagi pengunjung, walau cuaca siang sangat panas suasana di sekeliling masjid kebanggaan warga Banjarmasin ini tetap sejuk.
Seperti pengakuan beberapa orang ibu-ibu yang ditanya Mata Banua pada suatu sore (20/8) bahwa tujuan mereka datang ke salah satu masjid tua di Kalsel ini adalah untuk ‘itikaf dan beribadah.
Salasiah, wanita berusia kurang lebih 60 tahun dan diam di Kayu Tangi ini berkata bahwa ia sudah ada di sini dari siang sebelum sholat zhuhur dan baru pulang kerumah nanti setelah sholat tarawih.
Sabilal Muhtadin adalah nama sebuah kitab fiqih berbahasa arab melayu karya ulama besar Kalsel, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 — 1812 M) yang tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal meliwati batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
Oleh karena itu sebagai penghargaan dan penghormatan untuk ulama yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kalsel ini, maka diabadikan nama kitab tersebut pada pada masjid yang berdiri megah didepan sungai Martapura ini, Masjid Raya Sabilal Muhtadin menjadi saksi perkembangan kota Banjarmasin dari waktu kewaktu.
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dibangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, yang sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas.
Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2.
Menara mesjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour berwarna emas yang ditopang oleh susunan kerangka baja.
Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M. Kemudian seperti biasanya yang terdapat pada setiap mesjid raya, maka pada Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk keagungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam.
Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, agar makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu semakin nampak.
Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan. Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis dengan porselein, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik.
Seluruh bangunan Mesjid Raya ini, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.

Sumbangan Satu Bulan Sudah Terpenuhi.
Fahruraji, keamanan Masjid Raya Sabilal Muhtadin menjelaskan: “kalau untuk tahun ini para penyumbang untuk buka puasa selama satu bulan Ramadhan sudah penuh, tidak seperti tahun lalu banyak hari-hari yang kosong, sehingga untuk biaya buka puasa terpaksa diambil dari uang kas masjid.
Menu yang disajikan adalah bubur daging, yang ditaburi dengan dendeng ayam dan abon, kemudian ada sambal dan kecapnya. Untuk minuman ada susu dan teh. Makanan pembuka seperti biasa korma, irisan wadai, dan semangka. Tahun lalu menu pernah diselingi dengan nasi, tapi banyak jama’ah yang protes, mereka minta untuk buka puasa dengan bubur saja, karena lebih praktis.”
Iwan, rekan kerja Fahruraji menambahkan: “nominal untuk membukakan puasa yaitu Rp.3.500.000,- . Jama’ah yang berbuka puasa di hari-hari biasa kurang lebih 1000 orang. Sedang pada hari libur seperti hari Minggu atau malam Nujulul Qur’an, jama’ah yang ikut berbuka puasa akan lebih banyak lagi.”
Pukul 17:00 wita panitia ta’mir buka puasa nampak sibuk menyiapkan menu buka puasa dalam aula, yang terletak disamping depan mihrab. Setelah makanan tertata rapi, kurang lebih pukul 18:00 wita, para petugas pun mempersilahkan jama’ah untuk berbuka puasa bersama-sama didalam aula, sambil mengatur posisi duduk bagi jama’ah wanita dan jama’ah pria. Tetapi bagi jama’ah yang ingin berbuka puasa diluar aula bisa mengambil makanan sendiri di tempat yang sudah disediakan. ara/mb06


-----------------

Di muat Selasa, 24 Agustus 2010/ 14 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Rp3,5 Juta untuk Satu Kali Berbuka
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska


MB - Buka Puasa Bersama MAN1 Pada Penutupan Pesantren Ramadan di Guyur Hujan

BANJARMASIN – Setelah tiga hari siswa siswi MAN1 Banjarmasin mengikuti rangkaian kegiatan pesantren ramadan disekolahnya, pada Sabtu (21/8) mereka melakukan buka puasa bersama di halaman sekolah. 
Hujan yang turun dengan lebat mengguyur kota Banjarmasin membuat mereka memindahkan acara ke ruang kelas masing-masing, sehingga rencana sholat magrib yang juga direncanakan pada awalnya dilakukan di halaman sekolah juga harus pindah ke musholla.
Anwar, ketua panitia pesantren ramadhan MAN1 Banjarmasin, menjelaskan “pesantren ramadan dimulai dari hari Senin untuk kelas X, Rabu untuk kelas XI dan Kamis untuk kelas XII, pesertanya ada 550 siswa siswi dari semua kelas di MAN1 ini, acara ini gratis tanpa ada memungut biaya dari siswa siswi.
Materi yang diberikan antara lain: sholat duha, tadarus, ceramah agama, tanya jawab (diskusi) dan ditutup dengan sholat juhur bersama-sama. Sementara pada Sabtu pagi di isi dengan acara penyerahan bantuan kepada pesantren, yang sebelumnya setiap kelas sudah ditentukan perorang barang apa yang akan dikumpulkan.
Kelas X membawa susu kaleng dan 2 bungkus mie, kelas XI membawa sirup botol, dan kelas XI membawa 3 kg gula putih. Semua barang yang terkumpul ini diserahkan kepada panti asuhan al-Mujakkir di Benua Anyar dan panti asuhan Insanul Kamil di Kayu Tangi. Dan Sabtu sorenya ditutup dengan buka puasa dan sholat magrib bersama-sama” ujarnya.
Guru pengajar Kimia dan Wakamad kesiswaan ini melanjutkan “acara pesantren ramadhan selama 3 hari  ini dilakukan bergantian perkelas karena saat itu juga sedang melakukan pelatihan untuk guru di sekolah
Pelatihan untuk guru tersebut meliputi, yaitu Senin ada seminar, Rabu dan Kamis pelatihan administrasi. Pematerinya dari Kakandepak dan LPMP. Oleh karena itu katanya mereka kekurangan tenaga untuk mengawasi pesantren ramadhan siswa siswi.
Dengan pesantren ramadhan ini diharapkan untuk menjadi media pelatihan siswa siswi berdiskusi dan berbicara di depan orang banyak, menambah pengetahuan agama mereka,  mempunyai rasa kebersamaan dan tenggang rasa terhadap sesama muslim melalui bantuan kepanti asuhan yang dilakukan.
Setelah hari ini mereka libur, hingga masuk sekolah kembali pada 15 September” pungkasnya mengakhiri pembicaraan. ara/mb06


-----------------

Di muat Senin, 23 Agustus 2010/ 13 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Pesantren MAN1 Berakhir
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16


Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska


MB - Buka Puasa di Masjid Jami Banjarmasin Salah Satu Masjid Tertua di Kalsel

BANJARMASIN – Selepas Ashar, Kamis (19/8) hari ke-9 ramadhan, sisa panas matahari siang masih terasa menyengat kulit. Semakin sore situasi lalu lintas di Jalan Masjid Kelurahan Antasan Kecil Timur, semakin padat dengan aktivitas masyarakat yang pulang dari bekerja, membeli makanan untuk berbuka atau pun hanya untuk jalan-jalan sore saja.
Diantara pepohonan dan arsitektur masjid yang bergaya tradisional ini, terasa sangat teduh. Ditiap sudut mesjd Jami entah di luar atau pun di dalam masjid, tampak beberapa orang yang asik dengan kegiatannya, sebagian besar sedang mengaji, ada yang sedang tidur-tiduran, atau hanya mengobrol menanti waktu buka puasa tiba.
Di sudut belakang serambi masjid tampak dua kelompok anak-anak yang sedang belajar mengaji, sementara di sudut belakang kanan dua orang laki-laki sedang memasak bubur untuk berbuka puasa. Beberapa panitia takmir ramadhan Masjid Jami tengah sibuk menyiapkan menu rutin untuk berbuka puasa.
Masjid Jami Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami Sungai Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin. Mesjid berarsitektur joglo yang dibuat dengan bahan dasar kayu besi (ulin) ini dibangun di tahun 1777.
Walaupun termasuk di lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid Jami Sungai Jingah.
Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid kelurahan Antasan Kecil Timur,Kota Banjarmasin pada tahun 1934.

Sejarah
Konon ceritanya di masa itu masyarakat Banjar kesulitan beribadah karena tidak ada mesjid yang cukup besar untuk menampung orang banyak. Pemerintah kolonial Belanda yang kehadirannya tidak disukai oleh masyarakat Banjar berusaha menggunakan kesempatan itu untuk mengambil hati orang Banjar. Mereka berniat menyumbangkan uang hasil pajak untuk pembangunan masjid.
Kebetulan saat itu pendapatan pajak pemerintah Belanda dari hasil memeras rakyat Kalimantan sedang berlimpah, terutama dari hasil hutan seperti karet dan damar. Namun masyarakat Banjar menolak mentah-mentah tawaran itu.
Bagi orang Banjar yang beragama Islam adalah haram hukumnya menerima pemberian dari penjajah Belanda, apalagi untuk pembangunan masjid. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka secara swadaya dan bergotong royong membangun tempat ibadah tersebut.
Tua-muda, laki-laki dan perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama kemudian di atas tanah seluas 2 hektar berdirilah sebuah mesjid yang indah dan megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang
Di belakang masjid terdapat Komplek Makam Pangeran Antasari yaitu sebuah kompleks pemakaman Pahlawan Nasional Pangeran Antasari dan kerabatnya. Tokoh-tokoh yang dimakamkan: Pangeran Antasari, Pahlawan nasional Indonesia. Ratu Antasari, isteri Pangeran Antasari. Panglima Batur, panglima perang pengikut setia Pangeran Antasari dari suku Dayak Siang Murung. Hasanuddin H.M. (Hasanuddin bin Haji Madjedi), pahlawan ampera (amanat penderitaan rakyat) daerah ini yang wafat tahun 1966.

Buka Puasa
Menurut Jainudin, setiap hari mereka harus menyiapakan menu buka puasa kurang lebih untuk 200 orang, tidak ketinggalan 20an orang anak-anak yang juga ikut berbuka puasa.
Menu utama adalah bubur daging, sedang makanan pencuci mulutya adalah wadai amparan tatak.  Terkadang katanya ada masyarakat yang membukakan puasa dengan menyumbangkan nasi bungkus, wadai bingka, korma, susu, gula, teh, kopi dan lan-lain. Ada juga masyarakat yang hanya menyerahkan uang untuk menyiapkan menu buka puasa.
Semua daftar penyumbang tertulis di dinding pengumuman, bahkan sudah ada penyumbang yang telah menentukan jauh-jauh hari pada hari keberapa ia akan membukakan puasa. Biaya/ sumbangan untuk sekali membukakan puasa kurang lebih Rp. 1.500.000. Buka puasa dilakukan di serambi masjid.
Karena semakin dekat waktu berbuka puasa, Mata Banua mempersilahkan panitia ta'mir buka puasa masjid Jami ini untuk melanjutkan pekerjaannya menyiapkan piring-piring dan cangkir yang akan di susun bagi masyarakat yang akan berbuka puasa di mesjid yang berarsitektur tradisional ini, dan masih terjaga nilai-nilai historisnya.
Di hari berikutnya, Jumat (20/8) hari ke-10 ramadhan, ketika Mata Banua ikut berbuka puasa di Masjid Jami, menu buka puasa yang disajikan adalah nasi kuning bungkus, sumbangan dari masyarakat sekitar masjid, dengan lauk yang beragam dalam nasi bungkus tersebut, ada telur itik, telur ayam, daging ayam dan ada juga iwak haruan. Ditemani sepiring wadai amparan tatak dan korma serta secangkir teh hangat. ara/mb06


-----------------

Di muat Sabtu, 21 Agustus 2010/ 11 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Berbuka Puasa di Masjid Jami Banjarmasin – Nasi Bungkus Hingga Bubur Daging
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska



MB - 17 Agustus Kehilangan Makna Dalam Ramadhan Dari Sudut Pandang Seniman

BANJARMASIN – Suara kritis seniman akan terus menghiasi setiap perayaan agustusan yang diperngati bangsa Indonesia, bila mana mereka masih melihat ketidak adilan mewarnai kehidupan rakyat. Sering kali suara mereka teramat tajam dan pedas entah tercermin dalam karya maupun komentar keseharian.
Rabu (18/8) malam Micky Hidayat, penyair Kalsel yang selalu tajam memberikan pendapatnya, berkata "hari kemerdekaan 17 Agustus yang diperingati oleh bangsa kita setiap tahun hanyalah kegiatan seremoni yang kian tak bermakna. Bangsa dan negara ini belum benar-benar merdeka sebagaimana cita-cita para pahlawan pejuang".
Sementara Agus Suseno, dengan gamblang berkomentar "17 Agustus kehilangan makna jika masih banyak rakyat yang belum terbebas dari ketidak adilan hukum, korupsi dan kemiskinan".
Sirajul Huda, menambahkan "yang perlu adalah peningkatan rasa nasionalisme dan solidaritas sosial. Dua masalah tersebut sudah luntur sehingga nilai kebersamaan dalam berbangsa menjadi hal yang memprihatinkan".
Dengan kalem Syaripudin.R, Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel, menengahi: "makna kemerdekaan itu artinya tidak ada yang merasa dikecilkan perannya dalam aktivitas sosial sehari-hari. Setiap orang/ komunitas merupakan yang sama pentingnya dalam berkiprah dan mengabdi. Kemerdekaan tidak ada artinya tanpa diisi kegiatan sesuai profesi masng-masing".
Menutup kalimat Hamamy Adabi, penyair dari Banjarbaru, lebih menekankan pada suasana ramadan "kemerdekaan wajib bagi suatu negara, individu, merdeka untuk Tuhan adalah beribadah pada-Nya sesuai keyakinan, kemudian kemerdekan hidayah taufik 17 Agustus dalam 17 rakaat, dan kemerdekaan bagi penyair lewat tulisan" pungkasnya.

LOMBA CIPTA PUISI RELIGIUS 2010M/ 1431H
untuk PELAJAR DAN MAHASISWA
Dalam Rangka Menyambut Bulan Suci Ramadhan & Hari Raya Idul Fitri
MENGURAI RASA DALAM KATA UNTUK JIWA PENYAKSI

KIRIMKAN PUISIMU Sebanyak-banyaknya – BUKTIKAN KARYAMU pada Kata Jiwa
Bersama Telkomsel Membangun Negeri

Lomba dimulai dari tanggal 11 Agustus hingga 11 September 2010
Puisi di kirim melalui SMS, ketik :
PUISI<spasi>isi puisi kirim ke 3954

Isi puisi minimal 4 baris – maksimal 255 karakter

Seleksi penilaian melalui tiga tahapan :
1. 1000 judul puisi terpilih akan di konfirmasi oleh panitia untuk kelengkapan biodata
2. kemudian 50 judul puisi nominasi akan dimasukkan dalam Antologi Puisi Religius Indonesia
3. lalu 5 judul puisi terbaik non kategore peringkat, mendapat vocher dengan total nominal jutaan rupiah dari Telkomsel

Peserta nominasi dan 5 terbaik mendapat piagam penghargaan dan buku antologi puisi religius tersebut
Lomba ini dilaksanakan oleh
KELOMPOK STUDI SENI BUDAYA SOSIAL SASTRA dan Art Partner
Serta di dukung pula oleh
Harian Pagi Mata Banua

Informasi selengkapnya,
dan kreteria penilaian bisa di lihat di
http://artpartner.blogspot.com
atau di facebook pada Grup Art Partner
hotline : 085249903859 – 085248627538

ara/mb05


-----------------

Di muat Jumat, 20 Agustus 2010/ 10 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Hanya Kegiatan Seremoni
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

MB - Peringati Hari Kemerdekaan Dalam Ramadhan Dengan Bungy Jumping

BANJARMASIN – Kemeriahan memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus yang biasanya semarak dengan berbagai lomba ditiap kampung, kali ini terlihat sepi. "Hal ini dikarenakan bertepatan dengan situasi puasa dalam bulan ramadhan", kata ketua RT di Rambai Padi kelurahan Kebun Bunga, saat ditanya kenapa tidak ada lomba untuk anak-anak seperti tahun-tahun sebelumnya..
Situasi ini tidak berlaku bagi beberapa kelompok pecinta alam. Untuk memperingati hari kemerdekaan mereka melakukan Bungy Jumping di jembatan Barito, Selasa (17/08) tadi, dengan hanya menggunakan Harness. Tali panjat tebing yang diikatkan pada salah satu sisi jembatan sebagai titik lompatan, kemudian ujungnya diikat pada Harness.
Loncatan dilakukan dari sisi sebelah jembatan yang lain (seberang jalan), karena hanya menggunakan tali panjat tebing maka tidak ada tali yang melar (elastis) karena energi lompatan, peloncat hanya akan berayun diatas sunga barito setelah melompat. Salah satu peloncat membawa bendera merah putih terikat ditubuhnya.
Suasana sore dijembatan Barito menjadi semarak baik dari kelompok-kelompok pecinta alam, cowok dan cewek yang bergantian melompat, atau dari orang yang sekedar hanya untuk melihatnya saja. Hembusan angin sore di atas jembatan terpanjang di Kalimantan Selatan ini terasa semakin menantang bagi para pelompat.
Lompat bungee (Bungy Jumping) adalah sebuah aktivitas di mana seseorang melompat dari sebuah tempat tinggi (biasanya beberapa ratus kaki/meter) dengan satu ujung dari tali elastis yang ditempel di badan atau pergelangan kaki dan ujung talinya satunya terikat ke titik lompatan.
Ketika seseorang melompat, tali tersebut tersebut akan melar setelah mengambil energi dari lompatan, dan peloncat akan terlontar balik ketika tali tersebut memendek. Peloncat akan berosilasi naik dan turun sampai energi dari loncatan habis.
Kata bungee (dibaca banji) pertama kali digunakan pada tahun 1930. Lompat bungee modern pertama dilakukan pada 1 April 1979 dari Jembatan Suspensi Clifton setinggi 250 kaki di Bristol dan dilakukan oleh 4 anggota Dangerous Sports Club. Harnes / Tali Tubuh yaitu alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas : Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha, Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Obbeh dari Kompas Borneo Unlam, menjelaskan “Bungy Jumping ini adalah ide spontan dari kawan-kawan pecinta alam untuk memperingati hari kemerdekaan. Apa yang kami lakukan ini tidak sepenuhnya bungy jumping karena perlengkapan yang kami gunakan sangat sederhana hanya menggunakan Harness, kalau menggunkan perlengkapan yang sebenarnya, harganya sangat mahal. Jadi sebut saja apa yang kami lakukan ini adalah B’Jump, walau begitu keamanannya terjamin.
Lompatan akan kami lakukan sebanyak 17 kali, sebagai simbol dari 17 Agustus. Yang ikut serta dalam kegiatan ini cukup banyak, ada perwakilan dari mapala-mapala kampus, dan ada juga dari klub vespa. Dari Basarnas juga hadir sebagai pengamanan. Persiapan kami lakukan sejak siang tadi, baru sekitar pukul 17.00 wita baru semuanya siap untuk melompat, karena memasang peralatan agar aman memerlukan waktu yang cukup lama” katanya.
Ketika ditanya apa yang akan dilakukan setelah ini, sepontan Obbeh menjawab” tentunya sama-sama buka puasa di atas jembatan Barito ini, karena kegiatan ini juga untuk silaturahmi antar kelompok pecinta alam”.
Salman dari Basarnas, berkomentar menutup perbincangan “selagi semua ini aman dan mempunyai tujuan yang baik, kami akan terus mendukung” ungkapnya. ara/mb05


-----------------

Di muat Kamis, 19 Agustus 2010/ 9 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Bungy Jumping di Jembatan Barito
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Photo yang di muat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak di muat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Ramadhan Untuk Aksi Perdamaian Antar Agama

BANJARMASIN – Bulan ramadhan memang adalah bulan yang penuh kedamaian dan rahmat terutama bagi umat muslim, hingga tercipta saling pengertian antar pemeluk agama yang berbeda keyakinan mengusung satu visi dan misi.
Dalam rangka mewujudkan perdamaian maka kaum muda agama-agama, dan para pemimpin umat beragama di seluruh dunia,  menunjukkan kekuatan melalui tindakan bersama mengkampanyekan perdamaian dan mendukung pembangunan mendesak yang dibutuhkan.
Hal inilah yang mendasari dari suatu kegiatan Aksi dan Panggung Perdamaian pada Minggu (15/8), dari pukul 13.30 hingga 17.15 wita, bertempat di Gedung Balairung Sari Taman Budaya Provinsi Kalsel. Acara ini diselenggarakan oleh LK3 (Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan), FORLOG (Forom Dialog Kalsel), dan ARMS DOWN! (Religion for Peace).
Aksi ini dilakukan dengan cara pengumpulan tandatangan, menggelar panggung perdamaian, melakukan refleksi tentang pentingnya perdamaian melalui lagu, puisi dan pagelaran kesenian lainnya, serta orasi para tokoh agama.
Pembacaan puisi dilakkan oleh beberapa penyair, antara lain Ali Syamsudin Arsi dengan gumamnya yang berjudul Botol Plastik Kosong, dan Yadi Muriadi yang membacakan puisi Ajamuddin Tifani yang berjudul 50 Ramadhan dalam Langkah Tegap Kemerdekaan kita.  Kemudian dilanjutkan dengan musikalisasi puisi dari SMAN1 Sungai Tabuk, selanjutnya orasi dari beberapa tokoh agama.
Menurut A.Elga Joan Sarapung direktur Institut Dialog Antar-Iman di Indonesia (Institut DIAN) “target jumlah petisi kami adalah 50.000.000, petisi yang sudah ditandatangani akan dikirimkan kepada Sekertaris Jenderal PBB, anggota tetap Dewan Keamanan PBB, setiap Kepala Negara dan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat di tiap Negara.
Di Indonesia terkumpul 10.000 tandatangan, dan di Jepang ada 5.000.000 tandatangan. Proses pelaksanaan kegiatan ini sudah dimulai dari tahun 2005 yang berawal dari pertemuan se Asia Pasifi di Ambon, akhir kegiatan dan penyerahan petisi dan tandatangan pada bulan Oktober tahun 2012” katanya.
Afandi Rusli dari Wihara Damasoka di  Pecinan, berkata: “kegiatan seperti ini sangat perlu dilakukan, karena perbedaan antar agama itu adalah suatu kekayaan.”
Sementara itu Drs.M.Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag penasehat dari LK3, menekankan pentingnya kegiatan seperti ini, katanya “ditengah situasi isu agama dan salah pengertian yang berkembang saat ini, agar jelas bahwa agama itu membawa perdamaian”.
Sahala sekertaris dari cabang GMKI (Gerakan Mahasiswa Kresten Indonesia) Banjarmasin, berkomentar “kami mendukung sepenuhnya aksi ini, karena secara tidak langsung kami terlibat secara moral dalam aksi perdamaian antar agama.
Menggaris bawahi rangkaian kegiatan Syaripuddin.R Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel, yang ditemui Mata Manua di depan pintu keluar Balairung Sari, berkata “kreatifitas dalam menyampaikan suatu visi dan misi dalam suatu aksi sangatlah perlu dilakukan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik, seperti kegiatan hari ini memadukannya dengan unsur seni, sehingga menjadi penting artinya dalam momen ramadhan” pungkasnya. ara/mb05

-----------------

Di muat Rabu, 18 Agustus 2010/ 8 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Ramadhan Membawa Perdamaian
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Photo yang di muat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak di muat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Pesantren Ramadhan Angkatan Muda Sabilal Muhtadin Banjarmasin

BANJARMASIN - Pesantren Ramadhan 1431 H yang dilaksanakan oleh Angktan Muda Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Kegiatan dimulai pada Sabtu (14/8) hingga Kamis (2/9) selama 12 hari, dengan 1 minggu 4 kali pertemuan yaitu Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu, dari pukul 08.45 hingga 16.30 wita.
Jadwal acara rutin antara lain: Apel Pagi, Shalat Tahyatul Mesjid dan shalat Dhuha Berjama'ah, Shalat Zuhur, Tadarus Al-Qur'an, Kegiatan Kelompok, Shalat Ashar, dan Pengarahan yang dilakukan oleh panitia.
Sedangkan materi yang diberikan oleh nara sumber yaitu: Bimbingan Amaliah Ramadhan oleh Drs.KH.Tabrani Basri, Fiqih (Tharah) oleh Drs.KH.Rajudin, Kandungan Al-Qur'an oleh Ustad Ahmad, Akhlak oleh KH.Ali Furqan, Narkotika oleh BNP, Penyelenggaraan Jenazah oleh KH.Misbahul Munir, Budaya Banjar oleh Ustad H.Malik Yasin, Tauhid oleh KH.Husni Nurin, dan Pernikahan Dini oleh KH.M.Shafwan Mas'udi.
Menurut Ahmad Muzakkir ketua pelaksana "pesantren ramadhan ini dilakukan untuk membentuk karakter akhlak dari remaja. Dari semua rangkaian kegiatan pada hari terakhir akan dipilih peserta terbaik. Jumlah peserta kurang lebih 278 orang yang terdiri dari Mahasiswa, SMA dan SMP. Pendaftaran Rp.30.000 per orang, peserta mendapat sertifikat dan notes.
Namun panitia yang akan melaksanakan kegiatan ini lebih dulu harus mengikuti LDK, agar mereka bisa menjadi contoh yang baik bagi peserta pesantren ramadhan. Jumlah panitia dalam acara ini ada 22 orang putri dan 18 orang putra.
Kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan Angkatan Muda Sabilal Muhtadin yaitu Tanglong dengan jalan kaki seputar kota dan mengadakan lomba dalam pekan Rajabiyah, tapi ini masih menunggu persetujuan dari pengelola mesjid" ujarnya menutup perbincangan. ara/mb05


-----------------

Di muat Senin, 16 Agustus 2010/ 6 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Sabilal Muhtadin Gelar Pesantren Ramadhan
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16



Photo yang di muat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak di muat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Gelar Raja Muda Kesultanan Banjar Cuma Formalitas Politik

BANJARMASIN –Diantara kebanyakan para pelaku seni dan budaya, masih menjadi gumpalan tanda tanya. Apa fungsi dari gelar Raja Muda Kesultanan Banjar? Apa kontribusinya bagi seni budaya itu sendiri!
Dinegara ini seorang sultan bukanlah kepala daerah, tapi adalah kepala adat, pelindung bagi seni budaya dan adat. Itulah fungsi bagi raja muda kesultanan. Lalu bisakah hal itu diterapkan didaerah ini?
Rabu (11/8) sore, tokoh tari Kalsel Sirajul Huda, berkomentar: "keraton itu adalah pengayom seni, tanpa ada keberpihakkan pada suatu aliran seni tertentu, jangan cuma aliran seni Islami saja yang dikedepankan, masih banyak kesenian dan budaya kita yang lain dan sangat bagus untuk dikembangkan. Keberpihakan hanya akan membuat matinya aliran seni yang lain, maka warisan budaya pun juga akan hilang".
Menurut Agus suseno "sebelum pelantikan gelar raja muda, kami ada diskusi tentang ini, saat itu kami juga sedang menyusun Perda Kesenian Kalsel. Tentang gelar tersebut sudah ada pro kontra, sekarang okelah raja muda banjar peduli seni budaya yang islami, tapi seni islami apa yang saat ini menonjol disana? wisata relijius apa yang saat ini dikedepankan?
Banyak situs-situs religi yang tidak diperhatikan. Kalau cuma yang Islami saja bagaimana dengan kebudayaan minoritas seperti kebudayaan dari dangsanak kita bubuhan kaharingan, apakah akan dimusnahkan atau diasingkan, saat ini saja nasib mereka di Paramasan masih tidak jelas. Yang nyata saja Abdurahman El Husaini dan penyair-penyair lain di kabupaten banjar keberadaannya seperti tidak dipedulikan, bagaimana sastranya bisa berkembang dengan baik” katanya dengan panjang lebar.
Terlepas dari dua tokoh tari dan sastra diatas, masih banyak pendapat tokoh sastra dan seni Kalsel lain yang berkomentar, antaralain:
Micky Hidayat "sultan banjar tinggal sejarah, jadi kalau ada upaya menghidupkan lagi eksestensi Kesultanan Banjar di era globalisasi ini, ya sah-sah saja. Tapi si sultan atau pangeran atau raja muda atau apalah sebutannya jangan terjebak pada sikap feodalisme, jadilah raja adil dan bijak termasuk memperlakukan seni di kerajaannya. Jangan jadi raja arogan dan haus kekuasaan di tengah hamba-hamba kebudayaan.
Saat ini, mungkin wawasan seninya terbatas pada seni Islami saja dan menyesuaikan pada predikat Martapura sebagai kota Serambi Mekkah. Seniman dan budayawan kabupaten banjar perlu berikan masukan kepada rajanya tentang keragaman seni budaya itu, tidak cuma terkotak pada seni Islami saja.
Menurutku ada atau tidaknya raja banjar tidak penting bagi sastrawan. Simbol-simbol borjuisme, feodalisme, pemuja kekuasaan dan istana itu hanya cerita usang dan terabadikan dalam karya-karya sastra masa lalu” ujarnya.
Jamal T.Suryanata "status raja muda atau apapun istilahnya, cuma formalitas politik. Secara pragmatis ia tak lebih dari semacam harimau ompong. Nostalgia kejayaan masa lalu. Apa yang bisa diharapkan untuk mengusung konsep Banjar yang universal, kecuali dalam lingkup kabupaten banjar? Artinya pengangkatan raja muda itu adalah budaya mubazir dan bombastis”
Mukhlis Maman "pemberian gelar itu hanya simbolik untuk sebuah kejayaan masa lalu, tapi bila berbicara tentang perangkatnya, sangat tidak setuju, apalagi itu hanya bersifat politis. Apa untungnya bagi masyarakat dan seni budaya banjar umumnya yang sangat kompleks, kalau untuk kabupaten banjar saja, ya silahkan!
Kemudian menurut Syaripudin R "pengangkatan sebagai raja muda hanya berlaku dilingkungan kerabat keraton saja, bukan masyarakat Kalsel. Jika ingin diakui secara luas harus bisa mengayomi semua seni budaya yang hidup dan berkembang di Kalsel.
Pengangkatan gelar sebagai raja muda tadi tidak semudah itu, karena sesama keturunan raja banjar sendiri seperti yang ada di Cianjur, mempertanyakan penganugerahan gelar tersebut, karena mereka tidak terlibat/ dilibatkan” ungkapnya. ara/mb05

-----------------

Di muat Sabtu, 14 Agustus 2010/ 4 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Kesultanan Banjar Harus Jadi Pengayom Seni Budaya
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4