Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 September 2011

Melek Teknologi Komputer Untuk Guru

BANJARMASIN – Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat setiap orang berusaha untuk tidak tertinggal. Tentunya hal ini juga berlaku bagi tenaga pengajar di sekolah-sekolah.
Dalam beberapa kesempatan perbincangan dengan kepala sekolah dan beberapa guru pengajar di SMA dan SMP, antara lain seperti penuturan Maskunah staf pengajar SMA PGRI 4 Banjarmasin pada Senin (25/10) “memang masih banyak guru yang belum mahir untuk mengetik tulisan dalam komputer, apalagi untuk mengirim data dalam bentuk email. Hal ini banyak terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah pinggiran kota dan luar kota.”
Persoalan melek teknologi bagi pengajar inilah yang menjadi program utama dari Balai Teknologi, Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP). Kepala BTIKP Chairul Saleh pada Selasa (12/10) yang lalu, menuturkan “BTIKP seperti kita maklumi operasionalnya baru pada tahun 2009.
Dahulunya subtansinya itu masuk di BPKB Banjarbaru, kalau lebih jauh lagi sejarah tekom ini, di tahun 96an di Kanwil Depdiknas saat itu ada sanggar tekom di bawah pimpinan Pustekom.
Namun di era otonomi tahun 2000 subtansi tekom, tidak dibikin UPTD sendiri tapi dimasukkan menjadi salah satu subtansi di BPKB, sehingga sempat namanya menjadi Balai Pengembangan Teknologi Komonikasi dan Pengembangan Kegiatan Belajar Masyarakat  (BPTKPKB).
Ternyata dari PP 41 Pemerintah Provinsi, merasa perlu ada balai tersendiri khusus yang menangani teknologi, karena melihat bidang TIK untuk pendidikan perlu di garap serius, jadi terbentuklah balai ini yang baru berjalan satu tahun setengah.
Balai ini merupakan UPTD Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalsel, tapi secara subtansi linknya adalah PUSTEKOM Pendidikan Nasiaonal, jadi yang membina, yang menghendel, yang memback up segala kekurangan SDM BTIKP dari Pustekom.
Ditengah-tengah perjalanan selama dua tahun ini, BTIKP melakukan diklat-diklat, memberikan pengayaan, pelatihan, dan bimbingan. Hampitr tiap hari ada saja guru yang di didik dan di latih” ujarnya.
Lanjut Chairul “terkait pengembangan SDM ditahun 2009, ketika start balai ini, data sasaran kita ada 49000 lebih guru yang kita anggap belum melek TK, dan belum pernah didiklat.
Maka mulai tahun ini kita melakukan upaya agar setiap Disdik di Kabupaten kota, untuk membentuk tim pengembang  ICT. Yang bertugas menghendel dan membantu balai, untuk melakukan diklat bimbingan terhadap guru-guru.
Tahun ini kita beri sasaran 100 orang guru perkabupaten, dan sebagian besar sudah terlaksana. Artinya kalau nanti akhir Oktober ini selesai, yang sudah di diklat dari tim pengembang ada 1300 orang guru.
Tahun depan BTIKP akan memperbanyak lagi sasarannya, masing-masing 200 orang guru. Sehingga insyaallah di tiap Kabupaten Kota akan ada terdiklat 2600 orang guru, dananya kita bantu, begitu juga instruktur kalau mereka memerlukan akan kita berikan juga” pungkasnya dengan bersemangat. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 25 Oktober 2010
Di muat Kamis, 28 Oktober 2010/ 20 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Banyak Guru “Buta” Komputer
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Akademi Rontgen Masih Kekurangan Tenaga Pengajar Khusus

BANJARMASIN – Akademi Rontgen (Atro Chip/AC) satu-satunya akademi khusus yang ada di Kalimantan. Usianya yang masih sangat muda, semenjak didirikan pada 2008, masih dalam proses pembenahan. Dan akhir-akhir ini, telah terjadi bebrapa konflik antara mahasiswanya dan pihak pengelola akademi.
Mahasiswa AC, merasa tidak tidak puas terhadap proses belajar mengajar dalam kampusnya, dikarenakan tenaga pengajar yang sering tidak masuk, sehingga hanya digantikan oleh asisten dosen.
Menanggapi keluhan masiswa, Mohammad Effendy SH MH, Konsultan Hukum AC yang juga sebagai pengajar mata kuliah Kewarganegaraan di AC, pada Senin (25/10) siang menjelaskan  “saya diminta menjadi konsultan hukum AC baru beberapa bulan ini. Karena usia akademi baru, tentunya banyak hal yang harus dibenahi. Terutama kekurangan tenaga pengajar, yang terkait dengan akademi atau mata kuliah khusus.
Untuk tenaga pengajar dari mata kuliah umum, di Banjarmasin ini banyak. Sedangkan untuk mata kuliah khusus, yang berkaitan dengan rontgen tentunya harus dari tenaga spesialis.
Saat ini saja, sebagian kami datangkan dari Jakarta. Dan sebagian lagi dari dokter-dokter yang ada di Rumah Sakit Ulin. Nah, para dokter ini kan sibuk mengurus pasien, jadi mereka tidak bisa setiap waktu untuk memberikan mata kuliah, yang akhirnya diwakilkan dengan asistennya.
Menyangkut aksi protes mahasiswa AC, saya kira karena adanya faktor sakit hati dari direktur lama AC yang diberhentikan. Yang kemudian memprovokasi mahasiswa untuk membuat masalah. Karena sebelum-sebelumnya tidak pernah ada protes dari mahasiswa mengenai sistem pengajaran dan lainnya.
Kemudian, apabila memang benar ada mahasiswa yang ditekan oleh pihak akademi dan nilai yang tiba-tiba berubah di Kartu Hasil Studi, hanya karena mereka terlibat dalam aksi protes tersebut, tentunya hal itu tidak bisa dibenarkan.
Maka, silahkan mahasiswa datang melaporkannya atau membicarakannya dengan saya secara langsung, agar bisa ditindak lanjuti” ujar Effendy yang juga menjadi Dosen Tata Negara di Fakultas Hukum Unlam, saat di temui Mata Banua di ruang kerjanya di Unlam Banjarmasin.
Drs A Murjani MKes SH MH, Kepala Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalsel, membenarkan kalau ada mahasiswa AC yang datang menghadap ke Dinkes Kalsel, untuk melaporkan permasalahan yang ada di kampusnya.
“Memang benar ada mahasiswa yang datang kemari, dan membuat daftar tertulis keluhan mereka, kemudian kita tindak lanjuti. Mohammad Effendy selaku konsultan hukum AC juga sudah datang kemari, menjelaskan permasalahan yang sedang terjadi.
Dalam situasi ini, Dinkes Kalsel selaku pembina AC,  hanya  sebagai penengah, karena persoalan yang mereka hadapi adalah permasalahan interen, kami tidak bisa terlalu jauh mencampuri” tutur Murjani saat di temui di ruang kerjanya di Kanwil Dinkes Kalsel. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 25 Oktober 2010
Di muat Rabu, 27 Oktober 2010/ 19 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Mahasiswa Akademi Rontgen Keluhkan Dosen “Bolos”
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Isi Web Modal Utama SMPN 1 Banjarmasin

BANJARMASIN – Sudah dua tahun webblog SMPN1 Banjarmasin dibuat, dan akhirnya  memperoleh penghargaan dalam festival e-Pendidikan tingkat daerah, untuk lomba Desain Web dan Blog Sekolah tingakt SMP/ MTs, pada Minggu (10/10) yang lalu. Event festival tahunan yang dilaksanakan oleh Balai Teknologi, Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel.
Adhi Ambar Pramana, Staf bagian kurikulum SMPN1 Banjarmasin, yang menangani webblog sekolah, menjelaskan “dalam web kami, disana ada halaman interaktif melalui buku tamu. Kadang-kadang dalam buku tamu tersebut ada siswa, yang menyampaikan keluhannya dan berkomentar, lalu di tanggapi oleh alumni dan guru.
Melalui web sekolah, kami juga berkomunikasi dengan orangtua siswa. Bahkan pengumuman-pengumuman aktivitas dan kegiatan sekolah juga disampaikan di sana. Setiap minggu informasi dasn berita kegiatan sekolah, datanya selalu diperbaharui, paling tidak minimal sebulan sekali. Alamat web kami yaitu http://smpn1bjm.sch.id
Dari segi kelengkapan isi inilah, yang membuat ewb kami mempunyai nilai lebih dari sekolah lain, hingga bisa memperoleh peringkat satu dari 6 SMP se-Kalsel yang mengikutinya. Agar lebih baik lagi, kedepannya web kami akan semakin disempurnakan.
Mudah-mudahan nantinya disekolah ini, ada tenaga khusus yang menangani tentang Informasi dan Teknologi (IT), agar bisa lebih fokus. Karena saat ini, hanya kami guru-guru yang menanganinya, tentunya banyak keterbatasan pengetahuan tentang dunia web. Selain itu waktu kami juga sudah banyak tersita untuk mengajar, ujar Adhi pada Rabu (20/10) siang, yang juga menjadi guru  TIK dan PPKN.
Prestasi lain yang diperoleh SMPN 1 dalam festival e-pendidikan adalah peringkat 2 (Firdy Yatama) dan peringkat 3 (Luthfia Haq), untuk lomba Kuis Kihajar. Serta peringkat satu untuk tingkat SMP dalam lomba pembuatan media pembelajaran berbasih TIK.
Sunardi.MPd, pengajar TIK dan Fisika yang membuat media pembelajaran berbasis TIK, menjelaskan “judul dari karya media pembelajaran yang kami buat yaitu Pembiasan Cahaya pada Lensa Cembung, adalah model pembelajaran dalam praktek IPA di kelas. Saya kira karena kesederhanaan dan kemudahan dalam model tersebutlah, yang membuat dipilih menjadi pemenang oleh juri.
Keterampilan pengajaran guru dikelas, sangat mempengaruhi dalam membuat siswa untuk lebih menerima, apa yang diajarkan. Pengajaran juga jangan sampai monoton, tapi lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan” pungkas Sunardi yang sudah mengajar selama 5 tahun di SMPN 1. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 24 Oktober 2010
Di muat Rabu, 27 Oktober 2010/ 19 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Web SMPN 1 Jawara Festival e-Pendidikan
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Kamis, 29 September 2011

Workshop Teater SMAN 4 Banjarmasin

BANJARMASIN – Untuk meningkatkan kemampuan siswa dan siswi dalam seni peran, SMAN 4 Banjarmasin yang beralamat di Teluk Tiram, mengadakan workshop teater bagi anggota Sanggar Teater Balai Kencana. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu sore (23/10) hingga Minggu siang.
Materi workshop yang diberikan selain seni peran, juga diajarkan bagaimana memanajemen suatu sangar. Dari 17 peserta dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok akan menampilkan sebuah pementasan singkat, atas apa yang sudah dipelajari dan dilatih bersama-sama selama workshop.
Menurut Indri Yuslianti SPd, pembina Teater SMAN 4 “semenjak Sanggar Teater Balai Kencana dibentuk tahun yang lalu (2009), sangatlah banyak terlihat hal positif dari pelajar, yang bergabung dalam sanggar teater. Baik itu dari rasa percaya diri maupun kemampuan mereka dalam menangkap pelajaran”
Drs IGN Sugiri, pembina OSIS SMAN 4, menambahkan “dukungan dari sekolah untuk sanggar teater, cukup besar. Tetapi karena beragamnya pilihan ekstra kulikuler lain dalam sekolah, sehingga anggota sanggar teater tidak terlalu banyak.
Namun yang kita harapkan dari sanggar yang yang ada ini, bisa lebih menunjukkan kualitasnya, dari pada kuantitas. Itu sudah mereka buktikan ketika tahun lalu, mereka bisa meraih juara dalam salah satu lomba teater di Banjarmasin, untuk tingkat pelajar” ujarnya.
Di lain pihak, beberapa perserta workshop menceritakan, bahwa pada awalnya hanya ingin tahu dan coba-coba bagaimana itu teater, tapi setelah bergabung dalam sanggar, mereka merasa sangat senang.
Karena banyak hal yang bisa mereka pelajari dan dilatih. Sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan semangat untuk mengangkat nama baik sekolah. Selain itu terbit pula keinginan untuk lebih mengetahu bagaimana seni yang lain, terutama kesenian tradisional Banjar, lalu turut menampilkannya di pentas seni daerah maupun nasional.
Yadi Muryadi, Dramawan Kalsel yang memberikan latihan dan materi penokohan dalam workshop, berkata “untuk sejauh ini, kemampuan yang ditunjukkan peserta, sudah cukup baik. Memang anak-anak di sanggar ini masih baru, sehingga masih banyak yang harus mereka pelajari dan dilatih dengan tekun, terutama dalam penghayatan peran.”
Alfonso yang pada malam Minggunya memberikan materi manajemen seni, menambahkan “manajemen dalam seni, adalah sesuatu yang cukup penting bagi sebuah organisasi seni, begitu juga dalam suatu sanggar. Manajemen yang baik, akan meningkatkan kemampuan sanggar itu sendiri, baik dalam kegiatan ataupun dalam suatu event.
Tanpa manajemen, walau pementasan berjalan dengan baik di atas panggung, bisa saja membuat sanggar tersebut kacau dari dalam” pungkasnya. ara/mb05)

-----------------
Di setor Minggu, 24 Oktober 2010
Di muat Selasa, 26 Oktober 2010/ 18 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul SMA 4 Gelar Workshop Teater
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Demonstras Diintimidasi

BANJARMASIN – Demonstras mengaku mendapat telepon intimidasi dari orang yang tidak dikenal, satu hari sebelum aksi Gerakan Pemuda Kalsel Oktober 2010 di laksanakan. 
Dari pantauan Mata Banua di Balai Kota Banjarmasin, pada hari demonstrasi tampak puluhan orang berpakaian preman, berkumpul dibagian halaman depan hingga belakang gedung Pemko.
Orang-orang berpakaian preman tersebut, terlihat membawa beberapa bendera dan poster yang belum dibentangkan, lengkap dengan satu mobil pick-up yang berisi  seperangkat alat sound sistem. Di indikasi, kelompok ini merupakan pendemo tandingan, yang siap menghadang aktivis mahasiswa.
Bagaimana situasi persiapan aksi yang dilakukan Gerakan Pemuda Kalsel Oktober 2010, Kordinator Lapangan Demonstrasi, M.Fazri dari KAMMI, saat ditemui di ruang tamu Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin pada Jumat pagi (22/10), menjelaskan “sebelum demonstrasi kami melakukan konsolidasi rapat gabungan.
Dari KAMMI dan kawan-kawan BEM Unlam telah mengusulkan pula untuk mengangkat isu lokal, yang ingin kami kritisi lebih jauh untuk menegakkan supremasi hukum. Antara lain anti premanisme penguasa, sumber daya alam yang ada di Kalsel dan kasus PKM, serta bila pemimpin kita di Kalsel yang salah, tentu kita katakan salah.
Tetapi beberapa kawan-kawan perwakilan organisasi yang lain tidak setuju, sebab bila isu itu diangkat ada kemungkinan terjadi bentrokan, karena satu hari sebelunya ada beberapa orang yang tidak dikenal menelpon kami. Bahwa bila kami mengangkat isu-isu lokal, maka preman yang dibackup penguasa juga akan ikut turun kejalan.
Dan orang-orang yang pro dengan penguasa, telah menyiapkan isu demo tandingan di Pemko Banjarmasin, serta puluhan orang yang katanya sudah siap melawan kami. Kemudian, kami melihat pula adanya penjagaan yang ketat di sekretariat PBR, sebagai partai dari penguasa kota” ujar Fazri.
Mahasiswa semester lima Fakultas Hukum Unlam ini melanjutkan ”untuk peserta demo kami ingin meluruskan, beberapa media massa menyebutkan bahwa yang ikut demonstrasi lebih dari 15 organisasi pemuda dan mahasiswa.
Tapi yang sebenarnya yang ikut demonstrasi hanya dari KAMMI, PMII, GMKI, NKRI, AMAT, KOMPAK, BEM STIMIK Banjarmasin, BEM Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin dan BEM Uniska Banjarmasin. Sedang organisasi pemuda dan mahasiswa yang lain merasa masih belum siap.
Kami tidak akan berhenti disini saja tapi kami akan terus mengikuti, dan memantau perkembangan dari apa yang kami tuntut, dalam demonstrasi kemaren” pungkas Fazri. ara/mb05

-----------------
Di setor Jumat, 22 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 23 Oktober 2010/ 15 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Demonstras Mengaku Diintimidasi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Pasar Tradisional Pasar Rakyat

BANJARMASIN – Ketika sebuah pasar tradsional, mulai diintervensi oleh pemerintah daerah, tanpa memahami sosial kultur budaya, maka tidak lama kemudian pasar itu akan mati dengan cepat.
Pamong Budaya Madya Taman Budaya (TB) Kalsel, Mukhlis Maman menuturkan “pasar tradisional tidak muncul karena disediakan tempat atau lahan oleh penguasa daerah, tapi ia muncul dengan sendirinya.
Pada suatu perkampungan atau daerah yang pada awalnya tidak ada pasar, karena kebutuhan akan jual beli, maka entah dilakukan peduduk setempat atau pendatang yang akan memulai berjualan. Ini dalam masyarakat kita disebut pasar sajumput, karena hanya menjual beberapa kebutuhan pokok tertentu saja.
Lama kelamaan, karena mulai banyak yang berjualan di tempat tersebut, dan ramai dikunjungi masyarakat yang berbelanja, hingga akhirnya menjadi sebuah pasar yang lengkap menjual kebutuhan masyarakat.
Pasar tradisional memang sering terkesan kumuh dan tidak beraturan, apabila dipandang dari sudut tata kota atau daerah, maupun konsep pasar moderen. Tetapi walau kumuh dan tidak beraturan, bukan berarti tidak mempunyai nilai kearifan lokal. Masyarakat tradisional lebih mengerti dan tahu, akan tata ruang yang memberikan kemudahan bagi mereka dalam jual beli.
Seperti yang sudah kita lihat, bila sebuah pasar tradisional dicampuri oleh peraturan pemerintah demi tata ruang, lalu pasar tersebut dirubah, atau di pindah pada lahan yang disediakan. Secara perlahan pasar tersebut akan sepi, dan pada akhirnya akan mati.
Sudah banyak pembangunan pasar yang dilakukan pemerintah kota, ataupun kabupaten. Setelah selesai, maka para pedagang tradisional yang berusaha dimodernkan tadi. dituntut untuk menebus harga toko atau membayar sewa.
Pedagang yang menempati toko baru, tidak bertahan lama, hanya dalam hitungan bulan, satu persatu toko tersebut akan kembali kosong, ditinggalkan oleh pedagang. Tentu saja hal ini dikarenakan pembeli yang semakin sepi, hingga mereka tidak sanggup lagi untuk membayar harga sewa toko. Kemudian pedagang tadi, akan kembali mencari pasar tradisional lain, yang bisa memenuhi kebutuhan jual beli mereka” ujarnya.
Menurut Mukhlis “kebiasaan lain dari pasar tradisional, yaitu yang bersifat musiman atau tidak tetap, yang hanya buka pada hari-hari tertentu. Ini oleh masyarakat Banjar disebut pasar batungging, atau dinamakan sesuai dengan hari bukanya pasar. Seperti Pasar Ahad, Pasar Arba dan lain-lain.
Karena tidak mempunyai wadah yang tetap, pada satu tempat untuk berjualan seperti bak atau toko. Penjual hanya menggelar dagangannya di atas tanah, dengan dialasi terpal atau alas yang lain. Sambil berjongkok atau batungging, pembeli memilih barang yang diinginkan.
Sebutan untuk pedagang pasar batungging, yaitu pedagang keliling atau dalam bahasa Banjarnya manyasah pasar.
Pasar-pasar seperti ini, tidak bisa diintervensi lebih jauh agar tertib, karena tumbuh dengan sendirinya. Campur tangan pemerintah yang terlampau jauh, hanya mempercepat proses kematiannya.
Apalagi bila intervensi tersebut hanya karena proyek, yang tidak mengindahkan kultur budaya masyarakat tradisional dalam jual beli” pungkas Pemerhati Budaya Banjar ini dengan panjang lebar, pada Rabu (20/10) siang di TB Kalsel. ara/mb05

-----------------
Di setor Kamis, 21 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 23 Oktober 2010/ 15 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Punya Nilai Kearifan Lokal
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Awal Lahirnya Dewan Kesenian

BANJARMASIN – Mengamati perkembangan Dewan Kesenian dewasa ini, membuat Mata Banua mencari tahu dan menyusuri sejarah awal terbentuknya. Dari sejarahlah maka akan bisa memberikan pemahaman dan pengertian akan pungsinya.
 “DK adalah mitra bagi Disbudparpora (Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olah Raga), dan saling membantu untuk perkembangan dan kemajuan dunia seni. DK bersifat indipenden, tidak berada di bawah instansi pemerintahan.
Walaupun sebagian pengurus DK, ada yang berstatus sebagai pegawai pemerintahan. Tapi keberadaannya di DK adalah keterlibatan secara pribadi, baik sebagai seniman ataupun pemerhati dunia seni” kata Ketua Harian Dewan Kesenian (DK) Kalsel Syarifuddin R, dalam perbincangan Mata Banua di tempat kediamannya.
Micky Hidayat, penyair Kalsel yang rajin mengumpulkan dan banyak menyimpan arsip tentang perkembangan dunia seni dan sastra, baik itu perkembangan seni nasional maupun daerah. Pada suatu kesempatan menuturkan pengetahuannya akan sejarah awal dari berdirinya Dewan Kesenian.
Di rumahnya yang beralamat di jalan Pramuka, Micky Hidayat memulai ceritanya dari sejarah seni secara nasional melalui arsip yang dia punya
“Dekade 1960-an di tanah air diwarnai oleh munculnya dualisme angkatan, yakni Angkatan 63 atau Angkatan Manifes yang dicetuskan oleh Satyagraha Hoerip, dan Angkatan 66 yang dideklarasikan oleh HB Jassin. Maka pada tahun 1963 itulah terjadi apa yang disebut Manifes Kebudayaan, yang banyak didukung oleh para sastrawan yang anti-komunis di tanah air.
Di antara para pencetus dan penandatangan Manifes Kebudayaan ini di Jakarta adalah HB Jassin, Wiratmo Sukito, Goenawan Mohamad, dll. Sedangkan para manifestan di Kalsel, terdapat pula para sastrawan seperti Yustan Aziddin dan Rustam Effendi Karel.
Sastrawan Kalsel lainnya, yang di tahun 1960-an itu bermukim di Jawa Timur yaitu Hijaz Yamani dan Andi Amrullah, juga mendukung dan ikut menandatangani Manifes Kebudayaan tersebut.
Sastrawan Kalsel yang produktif dalam dekade 60-an ini, antara lain MH Hadharyah Roch, AS Ibahy, Ardiansyah M, Murjani Bawi, Bachtar Suryani, Gusti Muhammad Farid, dan lain-lain.
Pada 1963, untuk pertama kali terbit antologi puisi penyair se-Kalimantan yaitu Perkenalan di Dalam Sajak Penyair Kalimantan. Kemudian terbit pula beberapa antologi puisi perorangan, seperti dari penyair D Zauhidhie (Imajinasi, 1960), Bachtar Suryani (Kalender, 1967), Syamsiar Seman (Bingkisan, 1968), dan Maseri Matali (Nyala, 1968).
Perkembangan sastra (wan) dekade 1970-an di Kalimantan Selatan terbilang sangat pesat dan menggembirakan, sebagaimana hingar-bingarnya  percaturan sastra di tanah air. Terutama di Kalsel, kenyataan perkembangan yang menggembirakan ini dirayakan lagi dengan dibentuknya lembaga atau organisasi kesenian seperti Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kalsel.
DKD digagas pada Musyawarah Seniman (Musen) pertama se-Kalsel, pada 28 April s.d. 2 Mei 1971 di kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. DKD Kalsel periode pertama ini diketuai oleh seniman dan politisi Anang Adenansi.
Kemudian berturut-turut di berbagai kota dan kabupaten lainnya di Kalsel juga mendirikan dewan kesenian. Perkembangan selanjutnya DKD, berubah penyebutannya menjadi DK Kalsel” ujar Micky. ara/mb05

-----------------
Di setor Kamis, 21 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 23 Oktober 2010/ 15 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Menyusur Lahirnya Dewan Kesenian
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Penguasa Jangan Lupa Siapa Yang Harus Diperkuat

BANJARMASIN – Sebuah puisi akan menimbulkan penafsiran yang berbeda, dari orang yang mendengarnya. Karena makna puisi akan menjadi lebih kaya, bila maknanya menjadi beragam. Sementara pemaknaan tersebut, tergantung dari latar belakang profesi dan tingkat pendidikan seseorang.
Seperti beragam penafsiran dari beberapa tokoh, terhadap puisi karya Emha Ainun Nadjib yang berjudul Seribu Masjid Satu Jumlahnya, yang dipentaskan dalam pagelaran dramatisasi puisi di Gedung Seni Balairung Sari Taman Budaya Kalsel, pada malam Minggu (16/10) yang lalu.
Sebagian dari bait puisinya, yaitu aku menjelma masjid tak berpintu, tak beratap tak berdinding, ayo masuklah, panjatkan do’a: Muhammadkan Hamba ya Rabbi.
Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Syarifuddin R, mengatakan “puisi ini, ambigu yaitu memiliki pengertian yang banyak, jadi tidak bisa diartikan satu saja. Mungkin si A mengartikan ini, si B mengartikan itu. Kalau diangkat dalam bentuk teater akan lebih jelas lagi penafsirannya dan menjadi lebih kaya.
Jadi, kalau dikatakan puisi itu adalah seribu kata-kata, maka itu adalah benar. Maknanya bisa di interprestasikan kemana saja dan diapresiasikan kemana saja. Sisi-sisi dan kekayaan puisi bisa diambil orang dari sudut mana saja.
Pengertian Seribu Masjid Satu Jumlahnya, menafsirkan dimanapun dan berapapun masjidnya, tapi yang disembah cuma satu. Seperti fenomena yang kita lihat di masyarakat, banyaknya aliran keagamaan dimasyarakat yang saling menyalahkan, merasa benar sendiri, tapi yang harus diingat bahwa yang disembah itu cuma satu jua.
Maka janganlah saling bertengkar. Itulah makna yang aku ambil dari puisi tersebut. Dan bila dibahas lagi puisi Emha ini, akan lebih luas lagi maknanya” ujar Syarifuddin.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparpora Kota Banjarmasin, Mujiyat. SS.n,M.Pd, berkomentar “Seribu Masjid Satu Jumlahnya adalah makna sebuah kehidupan, menggambarkan sistem pemerintah.
Yang mana sistem pemerintah itu, kadang-kadang lupa apa yang dipikirkan. Sehingga seribu masjid itu, kalau digambarkan dengan simbol-simbol kehidupan, akan banyak sekali. Tapi orang jarang menyentuh simbol tersebut.
Salah satu contoh simbol, seperti orang yang dalam posisi kuat hanya memperkuat dirinya sendiri. Tapi lupa siapa yang akan diperkuat, padahal dia milik rakyat. Dia merasa memperkuat rakyat tapi dia berkecamuk dalam kelupaan. Maka satu fisi yang punya kehidupan, hingga akhirnya menyentuh perasaan mereka dan menyadarkan kembali.
Dalam sebuah pertunjukan, menampilkan simbol sangat penting. Dan yang harus diperhatikan, makna dari simbol itu jangan sampai hilang. Bila subtansi hilang, makna tidak akan ada esensinya” pungkasnya, dari sudut pandang penguasa daerah. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 20 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 23 Oktober 2010/ 15 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Puisi Punya Banyak Arti
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Demonstrasi Serentak Se-Indonesia

BANJARMASIN –Tepat pukul 10.00 Wita, pada Rabu (20/10), ratusan mahasiswa yang telah berkumpul sejak pagi di halaman gedung KNPI Banjarmasin, mulai bergerak dalam sebuah konvoi kendaraan.
Satu peserta demonstran dari BEM STIMIK Banjarmasin, menjelakan ”demonstrasi hari ini kami beri nama Gerakan Pemuda Kalsel Oktober 2010. Demonstrasi serentak dilakukan seluruh Indonesia, dalam rangka menyikapi satu tahun pemerintahan Presiden SBY.
Menurut kami, dalam Bidang Ekonomi, pemerintahan SBY gagal mempertahankan kekuatan prekonomian nasional. Bahkan perekonomian industrialisasi lebih didominasi oleh asing. Serta semakin meningkatnya hutang luar negeri Indonesia.
Bidang Hukum, tidak adanya prestasi di kelembagaan pemberantasan korupsi (KPK), semakin kuatnya para oknum mafia hukum, serta menghilangnya kasus century tanpa ada kepastian hukum.
Bidang Politik dan Pertahanan, kedaulatan bangsa telah dipermalukan oleh bangsa lain. Terutama kasus perbatasan antara RI dan Malaysia, yang menunjukkan sikap tidak tegasnya kepemimpinan SBY.
Bidang Sosial Budaya, mental dan jiwa nasionalisme bangsa yang semakin luntur. Jalur kekerasan dan penindasan mengalahkan budaya leluhur bangsa, yaitu musyawarah untuk mencapai mufakat.
Bidang Pendidikan, anggaran pendidikan 20% dari pemerintah tidak terealisasi dengan baik” ujarnya.
Di mulai dari halaman gedung KNPI, demonstran bergerak ke gedung RRI Banjarmasin, di depan pagar RRI demonstran bergantian berorasi, setelah itu mereka melanjutkan konvoi ke gedung TVRI.
Di dua tempat ini mereka menyampaikan tuntutannya dan minta untuk disiarkan, yang selanjutnya dipersilahkan oleh pimpinan RRI dan TVRI, agar perwakilan demonstran membacakannya sendiri dalam siaran langsung.
Aksi demonstrasi di kawal ketat oleh aparat kepolisian, yang telah menyiagakan personil Brimop polda 1 kompi, polmas polda 1 kompi, potabes samapta 1 kompi, lalu lintas 1 kompi, dan kompi gabungan polsek 2 kompi. Jumlahnya kurang lebih sekitar 600 orang aparat.
            Kordinator Lapangan Demonstrasi, Fajri dari KAMMI mengatakan “demonstrasi ini adalah gabungan dari beberapa organisasi mahasiswa, yang ada di beberapa Perguruan Tinggi di Banjarmasin. Seperti KAMMI, PMII, GMKI, NKRI, AMAT, KOMPAK, BEM Stimik Banjarmasin, BEM Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin dan BEM Uniska Banjarmasin.
Kami tidak akan berhenti disini saja tapi kami akan terus mengikuti dan memantau perkembangannya” ungkapnya.
Karena tuntutan telah disampaikan, sekitar pukul 11.30 Wita, demonstran membubarkan diri dengan tertib untuk kembali kekampusya masing-masing. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 20 Oktober 2010
Di muat Selasa, 21 Oktober 2010/ 13 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Unjuk Rasa Wujud Demokrasi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Selasa, 27 September 2011

Kejutan Bagi SMPN 31 Banjarmasin

BANJARMASIN – Prestasi yang diperoleh dua siswa kelas IX SMPN 31 Banjarmasin, Theo Surya Edoardo yang meraih peringkat satu, dan Kartika Dewi yang juga masuk dalam final dari 35 peserta, dalam kuis KIHAJAR yang dilaksanakan oleh BTIKP Kalsel, pada tanggal 12 dan 13 Oktober yang lalu, menjadi kejutan bagi guru-guru SMPN 31 Banjarmasin.
H.Johanis, Kepala SMPN 31 Banjarmasin, berkata “sekolah sangat kagum dan kaget serta terkesima melihat Theo menjadi juara dalam kuis Kihajar, rasa kada percaya. Alhamdulillah banar, karena tujuannya awalnya hanya untuk berpartisipasi dalam lomba, sakalinya malah jadi juara.
Kalau non akademik kami kada heran, seperti karate dan pencak silat  yang sudah pernah memperoleh prestasi dalam lomba se Kota Banjarmasin dan Se Kalsel tingkat pelajar SLTP pada 2009.
“Tapi kemenangan dalam lomba yang bersifat akademik ini, dengan mengalahkan SMP-SMP unggulan, adalah untuk pertama kalinya. Ini artinya jerih payah bapak dan ibu guru di sekolah ini dalam membimbing, membina dan mendidik sudah cukup maksimal.
Saat ini kami juga menyiapkan siswa untuk mengikuti lomba catur, tingkat pelajar. Latihan giat dilaksanakan tiap Sabtu dalam pengembangan diri” ujar Johanis yang menjadi kepala sekolah di SMPN 31 semenjak Pebruari 2008.
Sementara itu guru pendamping siswa dalam lomba Kihajar, S.Dinato, SPd.MM menceritakan “berdasar penunjukan dari Kepsek, lalu kami menseleksi siswa berdasar akademik yang kemudian kita dapat 22 siswa.
Karena ini menyangkut nama baik sekolah, kemudian diseleksi lagi yang akhirnya di dapat 20 nama. Selanjutnya anak-anak diarahkan dan diberi motifasi bahwa kuis Kihajar itu seperti apa, dan apa yang harus dipelajari.
Dalam kuis Kihajar pertanyaannya itu banyak logikanya, baik logika matematika maupun logika sosial. Dari 400 lebih peserta dalam lomba kuis Kihajar, dua siswa kita masuk 35 besar, hingga akhirnya menjadi juara satu.
Ini merupakan motifasi bagi sekolah kami yang berada dipinggiran kota, malah  bisa meraih prestasi. Jangan sampai kita menganggap orang yang dipinggir itu terpinggirkan, karena prestasi itu sama saja. Dari keberhasilan ini, juga turut memberikan animo bagi siswa yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam lomba-lomba lainnya.
Persiapan bagi Theo untuk dikirim lomba kuis Kihajar tingkat Nasional yang terpenting adalah motifasi dan mental. Itulah yang kami lakukan, karena sejak awal kita tidak ada tekanan, atau beban dan target-target bagi anak didik kita, yang penting mereka berusaha dengan baik, tanpa peduli menang atau kalah” tutur guru mata pelajaran IPS ini.
Theo Surya Edoardo sendiri merasa sangat senang, sudah bisa menang, apalagi akan dikirim ke tingkat Nasional, walau merasa gugup. Sedang  Kartika Dewi merasa cukup bangga walau hanya 16 besar di final, ungkap ke dua siswa ini malu-malu saat ditanya Mata Banua, pada Senin (18/10) siang. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 18 Oktober 2010
Di muat Selasa, 19 Oktober 2010/ 11 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Kejutan Bagi SMPN 31
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Pulihkan Kalsel Untuk Keselamatan Rakyat

BANJARMASIN – Pulihkan Lingkungan Kalsel untuk Keselamatan Rakyat, menjadi tema peringatan milad organisasi gerakan sosial, berbasis pada upaya penyelamatan lingkungan hidup, yaitu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), yang dibentuk pada 15 Oktober 1980.
Untuk Kalsel, momentum peringatan hari kelahiran Walhi, bertempat di Aula Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel, pada Sabtu (16/10) siang, Walhi Kalsel mengundang beberapa Penyair, tokoh-tokoh lingkungan, wartawan yang peduli dengan lingkungan, dan perwakilan mahasiswa pecinta alam dari beberapa Universitas di Kalsel.
Rangkaian acara, selain di isi degan testimoni dan catatan kritis dari para tokoh dan aktivis lingkungan, juga ada penampilan musik akustik. Untuk parade puisi lingkungan, dibacakan oleh penyair senior Kalsel Micky Hidayat, dengan puisi yang berjudul Kalimantan Selatan 2030 Tahun
Selanjutnya Dramawan Kalsel, Yadi Muryadi membacakan puisi dari D.Zauhidhie yang berjudul Orang Gunung. Lalu dari Penyair muda Kalsel, A Rahman A  membacakan dua puisinya yang berjudul, Musim Alam Terzholim Tangisan Waktu dan Prasasti Kehancuran Alam. Kemudian dilanjutkan dengan Isur Loeweng yang membacakan dua puisi yang berjudul, Ke mana Harus Kami Tanam dan Ibu sebenarnya hutan ni milik siapa?.
Semua puisi yang dibacakan tersebut, terkumpul dalam satu Antologi Puisi Lingkungan Kalsel, yang berjudul Konser Kecemasan yang di tebitkan oleh Walhi Kalsel, KSI Banjarmasin dan Art Partner dan di launchingkan pada peringatan hari Bumi 2010 yang lalu.
Dalam pidato politiknya, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Hegar Wahyu Hidayat menyampaikan “rakyat dan lingkungan hidup Indonesia saat ini masih diliputi krisis multidimensional, kemiskinan dan korupsi yang merajalela.
Kekayaan alam terus dieksploitasi, diserahkan pada pihak asing dan pemodal besar. Penegakan hukum bagi penjahat lingkungan dan koruptor masih lemah. Bencana ekologis terus terjadi secara massif.
Dari semua yang terjadi itu, maka meletakkan komunitas, serta jejaring organisasi masyarakat sipil, sebagai mitra kerja strategis advokasi, akan terus kami lanjutkan” ujarnya..
Kemudian testimoni dari Dewan Daerah Walhi Kalsel, mengakui bahwa minimnya kepedulian pemerintah terhadap lingkungan. Dan hal-hal yang berkepentingan dengan infestasi dan ekonomi lebih diutamakan oleh pemerintahan, dibandingkan dengan kesejahteraan dan pengakuan kedaulatan rakyat atas sumber daya alam.
Sementara itu, wartawan senior Kalsel,  Ida mawardi menyatakan “dengan usia 30 tahun untuk Walhi adalah usia yang masih produktif, adalah harapan kita berada di pundak Walhi saat ini.
Kami sebagai wartawan akan siap membantu upaya Walhi, untuk menyelamatkan lingkungan dan masyarakat adat yang termarjinalkan dengan pemberitaan” katanya.
Untuk catatan kritis disampaikan oleh Habib Ali yang menyerukan agar Walhi kembali menyatu dengan masyarakat, dan bekerja sama dengan masyarakat, untuk gerakan perbaikan lingkungan. Ia juga mengatakan agar kedepannya, Walhi bekerja sama dengan tokoh agama. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 17 Oktober 2010
Di muat Kamis, 21 Oktober 2010/ 13 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Untuk Keselamatan Rakyat
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Dramatisasi Puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya

BANJARMASIN – Kali ini ada sedikit perbedaan dengan pementasan dramatisasi puisi  yang pernah ditampilkan di Taman Budaya (TB) Kalsel, sebab pagelaran yang di produseri oleh Disbudparpora Kalsel melalui UPTD TB Kalsel, di Gedung Seni Balairung Sari pada malam Minggu (16/10) tadi, memadukan teknologi yang cukup modern.
            Sementara pelaksana pementasan dilakukan oleh Sanggar Lawang Banjarmasin, yang didirikan oleh sekelompok seniman pada 17 Februari 1994. Dengan pemikiran akan pentingnya kebebasan berkesenian tanpa intervensi, maka naskah puisi yang di dramatisasi adalah karya Emha Ainun Nadjib, yang berjudul Seribu Masjid Satu Jumlahnya.
Pimpinan produksi dipegang oleh Anwar Zain SP, Penasihat Produksi dengan Abdulah SP,  YS.Agus Suseno, dan Nurdin Yahya. Sutradara Abdullah Sukur MH, Dramaturugi dengan Iwan Lawang dan M.Syahriel M.Noor. Penata Artistik dengan Ariel Lawang dan Maulidi NB. Penata Gerak, Musik dan Lampu oleh Laila Rizka, MS.Arif, Djumadiansyah dan Riswan.
Seusai menonton pertunjukan, Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Syarifuddin R, berkomentar “walau kita sudah pernah mengangkat tema dramatisasi puisi yang lain, dan puisi karya Emha ini juga sudah sering dimainkan di daerah lain. Tapi kali ini bagi Banjarmasin cukup bagus untuk perkembangan puisi.
Intinya mendekatkan masyarakat kepada puisi. Sehingga orang yang tidak mengerti akan makna puisi saat membacanya, saat diangkat dalam bentuk teater, bisa menjadi lebih jelas pemaknaannya. Sehingga, penafsiran-penafsiran terhadap puisi menjadi lebih kaya.
Di atas panggung teater, untaian puisi bisa memberikan warna lain dalam pertunjukkan, dan saya kira penampilan dari segi pemeranan cukup berhasil” ujarnya.
Kemudian, Kepala Bidang Kebudayaan Disparpora Kota Banjarmasin, Mujiyat. SSn MPd, yang juga turut menyaksikan pagelaran, mengatakan “penampilan tadi cukup bejalan baik, artinya standart pertunjukan itu, jika penonton tidak jemu, dan itulah kuncinya.
Apabila penonton tidak jemu, maka akan menikmatinya hingga selesai” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 17 Oktober 2010
Di muat Senin, 18 Oktober 2010/ 10 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Pagelaran Dramatisasi Puisi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Jumat, 23 September 2011

LDK BEM Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin

BANJARMASIN – Membangun Karakter Kepemimpinan Mahasiswa Islam yang Kompeten, Profesional, dan Visioner, menjadi tema dalam Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) mahasiswa. LDK dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, selama empat hari.
M.Surya Rifqi, Ketua Panitia Pelaksana LDK, pada Kamis (14/10) siang menjelaskan “kegiatan dibagi menjadi dua pelaksanaan yaitu materi ruangan selama dua hari, bertempat di Aula PSB IAIN Antasari, dan materi lapangan selama dua hari, bertempat di Mandi Kapau Riam Kiri.
Materi ruangan, pada Kamis dan Jumat di isi dengan pemaparan makalah dari Dosen IAIN Antasari dan makalah dari Alumni BEM Fakultas Tarbiyah. Materi makalah utama oleh Prof Dr Mahyudin Barni MAg, yang judul makalahnya dijadikan tema kegiatan.
Sedangkan makalah lain yaitu, Manajemen dan Administrasi Organisasi Menuju Tatanan Kelembagaan Profesional dan Berkualitas, Membangun Komunikasi yang Efektif dan Efisien dalam Sebuah Organisasi, Teknik Dasar Analisis SWOT dan Staratak dalam Pencapaian Visi Organisasi
            “Materi lapangan, pada Jumat sore kita berangkat ke Mandikapau. Di sana sesuai jadwal pada Sabtunya masih ada satu makalah yang akan diberikan yaitu dengan judul Managemen Soft Dimension (Motivasi Orientasi, Nilai, Sikap, dan Simbol) dalam Menjalankan Kepemimpinan” katanya.
Selain materi, dari Kamis hingga Minggu juga di isi dengan beragam kegiatan  secara berkelompok dan praktek, seperti Dinamika Kelompok, Follow Up, Praktek Persidangan, Discussion Group, Sharing Fungsionaris BEMFT, Ajang Kreatifitas, Emotional Comitment, serta Wide Game pada hari terakhir.
Peserta pelatihan ini nantinya akan menjadi pengurus BEM Fakultas Tarbiyah. Dibanding tahun lalu jumlah peserta memang ada penurunan, kalau tahun kemaren dibuka pendaftaran untuk 100 orang dan semuanya diluluskan.
Tapi tahun ini kami lebih selektif, tidak semua peserta yang mendaftar diluluskan untuk mengikuti pelatihan, jadi hanya 79 orang. Sebagian peserta dari mahasiswa baru sekitar 50% dan sisanya mahasiswa lama yang belum mengikuti latihan kepemimpinan. 
Semua peserta diwajibkan untuk membuat makalah tentang kepemimpinan dan makalah tersebut akan dipertanggung jawaban atau disidangkan, kami juga akan memilih makalah dari peserta yang terbaik.
Apabila ada peserta yang tidak mengikuti atau ketinggalan dua materi yang dipaparkan, maka tidak akan kami luluskan, dan tidak bisa menjadi pengurus BEM” ujar Mahasiswa semester 7 Fakultas Tarbiyah ini, kepada Mata Banua. ara/mb05

-----------------
Di setor Jumat, 15 Oktober 2010
Di muat Kamis, 21 Oktober 2010/ 13 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Membangun Karakter Mahasiswa
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Bazar Buku Murah Untuk Kantong Mahasiswa

BANJARMASIN – Untuk menambah minat baca, Mizan melaksanakan Bazar Buku dari kampus ke kampus, dengan harga yang lebih murah dan tentunya terjangkau oleh kantong mahasiswa.
Hanil, salah satu penjaga Bazar Buku, mengatakan “namanya adalah Bazar Pintar Mizan, setiap melaksanakan bazar buku dari kampus ke kampus, kami agen buku-buku Mizan bekerjasama dengan kampus tersebut. Dan Bazar di kampus Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin ini, dilaksanakan dari 12 sd 21 Oktober 2010, dari pukul 08.00 sd 17.00 Wita, tapi bila pada malam harinya kampus sedang ramai, kami akan buka juga.
Bazar keliling ini sudah dimulai dari awal tahun kemaren (2009), dengan sistem penjualan jemput bola, karena kita yang mendatangi tempat pembeli. Harga buku dimulai dari Rp 7000 rupiah, hingga ada yang sampai Rp 350.000 rupiah seperti buku Fiqih Jihad. Pada buku-buku tertentu kami memberikan diskon hingga 70%. Mizan sendiri lebih fokus kepada buku-buku yang Islami, walau ada beberapa buku yang bertema umum.
Tentunya harga buku yang kami tawarkan dibawah harga toko. Buku yang paling banyak dicari seperti buku-buku doa. Untuk penjualan kita tidak ada target,  yang penting laku, ini semua untuk menambah minat baca” ujarnya..
Salah satu mahasiswa yang tengah asik melihat-lihat buku, turut berkomentar. Menurut Chandra “bazar ini sangat berguna bagi mahasiswa, untuk memperluas ilmu dan wawasan.
Apalagi harganya terjangkau oleh kantong mahasiswa. Tadi saya ada membeli buku, yang berjudul Energi Cahaya Ilahi” ungkap mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat, semester 5 Uniska ini sambil memperlihatkan buku yang dibelinya. ara/mb05

-----------------
Di setor Jumat, 15 Oktober 2010
Di muat Rabu, 20 Oktober 2010/ 12 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Bazar Buku Murah di Kampus
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Lomba Debat Bahasa Inggris Antar SMA Dan SMK Se Kalsel

BANJARMASIN – Untuk meningkatkan kemampuan dan semangat siswa-siswi SMA dan SMK se-Kalsel dalam berbahasa asing, Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel pada Rabu siang (13/10) mengadakan Lomba Debat Bahasa Inggris (LDBI), yang dilaksanakan di aula Disdik Kalsel.
Drs Mardani, kepala seksi pemberdayaan sekolah dan kesiswaan bidang dikmen, pada Kamis siang (14/10) menjelaskan “ini program rutin tahunan Disdik provinsi, karena bahasa inggris saat ini menjadi pelajaran yang diutamakan untuk siswa, maka dengan debat ini diharapkan bisa memfasilitasi siswa, agar kemampuan mereka lebih meningkat, serta menjadi media evaluasi sejauh mana kemampuan mereka.
LDBI yang dilaksanakan Rabu kemaren, pada dasarnya hanya babak seleksi, sedang lomba debat yang sebenarnya (final) akan dilakukan di TVRI, dengan batasan peserta hanya 16 sekolah untuk masing-masing tingkat SMA dan SMK. Sedangkan kapan waktu final tersebut dilaksanakan, masih dibicarakan dengan TVRI, mencari jadwal yang kosong.
Animo peserta tahun ini lebih banyak dari tahun kemaren, LDBI SMA yang mengikuti ada 21 sekolah, 16 SMA diantaranya lolos ke final. Nilai rata-rata tertinggi 81,67 diraih oleh SMAN 1 Banjarbaru (regu satu), selanjutnya diikuti oleh SMAN 1 Martapura, SMAN1 Banjarbaru (regu dua), SMAN2 Kandangan, SMAN1 Amuntai, SMAN 1 Simpang Tanbu, SMAN 7 Banjarmasin, SMAN 1 Pelaihari, SMAN 1 Marabahan, SMAN 1 Sei Pandan, SMAN 1 Barabai, SMA Darul Hijrah Puteri, SMAN 1 Kandangan, SMAN 1 Awaian, SMAN1  Banjarmasin dan SMAN 1 Tapin Selatan.
Peserta LDBI SMK hanya ada 14 sekolah yang berpartisipasi, sehingga semuanya lolos ke babak final. Nilai rata-rata tertinggi 85,00 diraih oleh SMK Telkom Banjarbaru, selanjutnya diikuti oleh SMKN 1 Banjarmasin, SMKN 1 Martapura, SMKN 1 Amuntai, SMKN 2 Amuntai, SMKN 2 Banjarbaru, SMKN 2 Kandangan, SMKN 2 Simpang Tanbu, SMKN 1 Pelaihari, SMKN 2 Banjarmasin, SMKN 4 Banjarmasin, SMKN 5 Banjarmasin, SMKN 1 Rantau, SMKN 1 Banua Lawas, SMKN 1 Batumandi, dan SMK Darussalam.
Dalam babak final LDBI nanti akan ditentukan, peringkat 1,2, dan 3 baik tingkat SMA maupun SMK, dengan hadiah Pembinaan untuk juara pertama sebesar Rp.7.500.000, juara ke dua sebesar Rp.5.000.000, dan juara ke tiga sebesar Rp.3.500.000.
Pemenang juara pertama akan mewakili Provinsi Kalsel dalam LDBI tingkat nasional. Tentunya sebelum berangkat kesana akan kita bina dulu.
Prestasi yang kita peroleh untuk LDBI tingkat nasional, masuk dalam 10 besar se-Indonesia, yang diperoleh oleh SMK Telkom Banjarbaru pada tahun lalu. Mudah-mudahan tahun ini kita bisa masuk dalam 5 besar” pungkasnya. ara/mb05
-----------------
Di setor Kamis, 14 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 16 Oktober 2010/ 08 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Lomba Debat Bahasa Inggris
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Sabtu, 17 September 2011

Festival E-Pendidikan Kalsel

BANJARMASIN- Balai Teknologi, Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel, mengadakan beragam kegiatan lomba yang bertemakan pendidikan dan teknologi, yang dinamakan Festival E-Pendidikan.
Kegiatan dilaksanakan di Taman Budaya (TB) Kalsel, selama tiga hari, di mulai dari Minggu 10 Oktober sd 12 Oktober 2010. Selain itu juga di laksanakan pameran dan bazar yang diikuti oleh beberapa lembaga pendidikan yang ada di kota Banjarmasin.
            Dari Pantauan Mata Banua dalam Festifal E-Pendidikan, pada Selasa (12/10) kegiatan sudah ditutup, namun karena masih ada satu rangkaian kegiatan yang belum di selesaikan, yaitu Kuis KIHAJAR yang bertempat di ruangan Gemilang Kaca TB Kalsel.
Menurut keterangan salah satu guru, yang saat itu mendampingi murid-muridnya, dalam mengikuti Kuis KIHAJAR, “seleksi tahap kedua untuk 35 siswa-siswi SMP peserta kuis yang tersisa, akan dilanjutkan pada Rabu pagi di Aula Disdik Kalsel. Sebab, semenjak pagi hingga sore ini, anak-anak sudah kelelahan“ujarnya.
Di lain pihak, Kepala BTIKP, Chairul Saleh mengatakan “event seperti ini akan kami laksanakan setiap tahun, sebagai media evaluasi sejauh mana hasil dari Diklat yang kita lakukan pada mereka. Sedangkan untuk tahun ini, karena merupakan baru pertama kami melaksanakannya, tentunya masih banyak kekurangan, alhamdulillah teman-teman peserta juga bisa memakluminya.
Tujuan Festival E-Pendidikan, adalah untuk mendorong dan menumbuhkan kometmen bersama, akan pentingnya pengembangan dan pemanpaatan TK, pada semua jajaran di Kalsel. Dan sudah terlihat hasilnya, dari semangat guru dan siswa yang mengikuti kegiatan, bahwa mereka memang insan-insan yang siap berkompetisi” katanya.
Hasil akhir dari Festival E-Pendidikan, pada Rabu (13/10) siang, Hasbi Salim panitia pelaksana kuis KIHAJAR dari BTIKP, menjelaskan “pemenang Kuis KIHAJAR, peringkat 1 di raih oleh Theo Surya Edoardo (SMPN 31), peringkat 2 – Firdy Yantama (SMPN 1), peringkat 3 – Luthfia Haq (SMPN 1).
Pemenang lomba Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TIK (bagi guru), untuk tingakat SD diraih oleh Exan Rosyadi dari SDN Bangkal 2, dengan judul karya Pesawat Sederhana. Untuk tingkat SMP diraih oleh Sunardi MPd dari SMPN 1 Banjarmasin, dengan judul karya Pembiasan Cahaya pada lensa cembung. Untuk tingkat SMA/SMK diraih oleh  Gusti dari SMKN 1 Batu Mandi, dengan judul karya Mari belajar animasi.
Pemenang lomba Desain Web dan Blog untuk tingkat SMA/MA/SMK, peringkat 1 diraih oleh SMAN 7 Banjarmasin, peringkat 2 – SMAN 1 Amuntai dan peringat 3 – SMAN 1 Kusan Hilir (Tanah Bumbu).
Untuk tingkat SMP/MTs, peringkat 1 diraih oleh SMPN 1 Banjarmasin, peringkat 2 – SMPN 4 Paringin, dan peringkat 3 – SMPN 6 Banjarmasin.
Sedang untuk tingkat SD, hanya diikuti dua sekolah yaitu SDN Pekauman 1 Banjarmasin dan SDN Internasional kabupaten Banjar”.
Menurut Hasbi “salah satu dari pemenang kuis KIHAJAR dan pemenang Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TIK, akan kami kirim untuk mewakili Kalsel, mengikuti lomba tingkat nasional pada 26 sampai 27 Oktober.
Khusus pemenang kuis KIHAJAR akan kita bila lagi sebelum nantinya di kirim ke tingkat nasional” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 13 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 16 Oktober 2010/ 08 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Pemenang E-Pendidikan Diumumkan
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Senin, 12 September 2011

Stand Poliban Di Minati Anak-Anak

BANJARMASIN – Selama tiga hari Politeknik Negeri (Poliban) Banjarmasin mengikuti Pameran dan Bajar yang dilasanakan oleh Balai Teknologi, Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) Disdik Kalsel di Taman Budaya Kalsel, dimulai dari Minggu hingga Selasa (10-12 Oktober 2010).
Dalam Pameran ini, Jurusan Elektro Poliban menampilkan tema Robotikc. Beberapa robot karya masiswa dipajang di depan stand. Secara bergantian mahasiswa yang menjaga stand, memperagakan dan menjawab pertanyaan bagaimana membuat robot, serta mengajari pengunjung yang ingin belajar mengendalalikan robot yang dipajang.
Khalil, Pembimbing Himpunan Mahasiswa Elekto Poliban, pada Selasa (12/10) menjelaskan “animo dari pengunjung sangat luar biasa, paling ramai bila ada anak-anak yang datang, kemudian minta diperagakan. Bahkan ada yang minta dibuatkan dan minta diajarkan cara membuatnya.
Robot Pemadam api dan Robot KRI 2010, menjadi andalan dalam pameran. Dua robot ini sudah memperoleh prestasi juara dua kontes robot tingkat regional 2010.
Robot KRI 2010 mempunyai kemampuan menyusun balok, dalam bentuk pyramid. Sedangkan Robot Pemadam Api (Black Fire) adalah robot otomatis sederhana, yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Ada sensor untuk mendeteksi garis dan sensor mendeteksi panas. Sehingga robot akan mengikuti garis dalam bilik, dan memadamkan api yang dia lewati didepannya.
Robot KRI 2010 diberi kepercayaan penuh, untuk menjalankan tugas yang telah di programkan, tanpa dikontrol oleh remote atau wireless apapun” ujar masiswa yang baru saja wisuda D3 Politeknik tahun ini dan ingin melanjutkan kuliah S1 di Brawijaya Malang jurusan elektronik
Menurut Khalil “untuk kegiatan selanjutnya, kami akan mengadakan Workshop Robotic di beberapa SMK yang ada di Banjarmasin. Rencananya dilaksanakan setelah mengikuti Kontes Robot Indonesia (KRI) Iregional Robotic pada Juni 2011, satu bulan sesudahnya kembali mengikuti KRI tingkat nasional. 
Sejauh ini, persiapan yang sudah dilakukan adalah riset-riset, dan percobaan program terhadap robot yang akan di ikutkan dalam kontes. Mudah-mudahan kali ini kita bisa kembali meraih prestasi” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 13 Oktober 2010
Di muat Jumat, 15 Oktober 2010/ 07 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Poliban Suguhkan Robotic
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Selasa, 06 September 2011

Malam Keakraban Fakultas Teknik Uniska Di Alam Terbuka

BANJARMASIN – Untuk menjalin komunikasi yang baik antara mahasiswa lama dan mahasiswa baru serta menjalin malam keakraban (Makrab) antar mahasiswa, maka Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari, melaksanakan kegiatan langsung di alam terbuka. Makrab berlangsung selama dua hari yaitu pada 9-10 Oktober 2010, bertempat di Mandiangin.
Fauzi ketua panitia pelaksana Makrab, pada Selasa (12/10), menuturkan “pelaksana kegiatan ini dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Uniska Banjarmasin. Panitia yang terlibat berasal dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Fakultas Teknik., yaitu dari Divisi Musik atau Band ada 15 orang, sedang dari Divisi Lingkungan yaitu Mapala Agas ada 10 orang. Sedang jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ada 135 mahasiswa baru.
Pada dasarnya kegiatan ini memang adalah keinginan dari fakultas (kalangan dosen), jadi BEM hanya sebagai pelaksana. Oleh karena itu ada 4 orang perwakilan dosen yang ikut serta ke Mandiangin, dari teknik mesin ada dua orang dan dari teknik informatika ada dua orang.
Rangkaian isi kegiatan, selain mengenai penjelasan tentang organisasi-organisasi yang ada di fakultas teknik, juga ada materi lingkungan, game dan yang terpenting adalah pada saat api unggun, karena disitulah semua peserta dan panitia menjadi satu untuk mengeluarkan ekspresinya,” kata mahasiswa semester 5 di Fakultas Teknik Uniska yang juga anggota dari divisi band.
Mengenai materi lingkungan dalam Makrab, Anggun Fitriani dari Mapala Agas, berkata “kita mengajarkan kepada peserta mengenai kebersihan lingkungan, menghargai alam dan Up Selling Frusikking yaitu bahwa pecinta alam itu bukan cuma naik gunung turun gunung, tapi juga harus bersosialisasi dengan masyarakat. Dalam hal ini kita langsung mengajak peserta untuk melakukan pendekatan langsung dengan masyarakat.
Setelah ini kita Mapala Fakultas Teknik akan ada lagi kegiatan Latihan Dasar pada awal November dan berselang beberapa bulan kemudian disusul dengan Latihan Pemantapan” ujar gadis manis, mahasiswi semester 3 jurusan Teknik Informatika Uniska, yang juga sebagai bendahara Mapala Agas.
Menutup pembicaraan Fauzi menambahkan “yang terpenting dalam Makrab ini yaitu menekankan kepada mahasiswa baru untuk bisa menjaga nama baik Fakultas dan Universitas” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Selasa, 12 Oktober 2010
Di muat Kamis, 14 Oktober 2010/ 06 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Malam Keakraban Di Alam Terbuka
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4