Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

010311-selasa(rabu)-sinoman hadrah.1


Photo: Abdurrasyid

ADAPTASI KESENIAN ARAB DAN PARSI

BANJARMASIN – Pembauran dalam aspek budaya pada masyarakat Banjar berkaitan dengan religi melalui proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Dalam beberapa kesenian daerah pengaruh Islam lebih dominan, seperti yang terlihat pada kesenian Sinoman Hadrah dan Rudat.
            Menurut Mukhlis Maman, pada Selasa (1/3) ”orang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya.
Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal dari Kaharingan, Hindu dan Budha” ujarnya.
Dilain pihak, mengenai kesenian tradisional yang mendapat pengaruh Islam, Abdurrasyid menjelaskan “Sinoman Hadrah dan Rudat bersumber daripada budaya yang dibawa oleh pedagang dan pendakwah Islam dari Arab dan Parsi. Kemudian berkembang campur menjadi kebudayaan pada masyarakat pantai pesisir Kalimantan Selatan hingga Timur.
Puja dan puji untuk Tuhan serta Rasul Muhammad SAW mengisi syair dan pantun yang dilagukan bersahutan dalam qasidah yang merdu, dilindungi oleh payung (merupakan lambang keagungan dalam kehidupan tradisional) ubur-ubur, dalam gerakan yang dinamis.
Sebagai salah satu kesenian Islam yang sudah berusia puluhan tahun, Hadrah dan Rudat masih sanggup bertahan diantara seni budaya modern lainnya. Di Banjarmasin, Hadrah masih sering dijumpai dalam berbagai acara bernuansa keagamaan seperti sunatan, perayaan perkawinan, atau menyambut tamu kehormatan” tutur seniman tua Kalsel yang sering diminta menjadi juri kesenian tradisional yang bernuansa Islami. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar