Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

010811-senin(selasa)-ogi & penerbitan

Photo: mahfuz

Membangung Masyarakat Melalui Menulis

BANJARBARU – “Kota pada dasarnya adalah kumpulan manusia yang memerlukan fasilitas seperti; gedung pemerintah, sekolah, plaza atau pasar. Pengertian ini menjadi sangat berbahaya jika logikanya dijungkir balikkan menjadi ‘Kota adalah kumpulan bangunan yang perlu di isi oleh manusia’.
            Pada pemahaman yang keblinger inilah manusia dijadikan objek dari sebuah kota. Artinya, kebijakan pembangunan dibuat, kemudian dicocok-cocokkan dengan manusia yang ada didalamnya” kata Ogi Fazar Nuzuli
            Selanjutnya menurut Ogi “kreatifitas adalah satu hal yang mudah diucapkan, namun relative sulit untuk dibentuk atau dibangun. Apalagi misalnya dengan slogan ‘Dengan Kesenian Kita Tingkatkan Kreatifitas Remaja’, adalah slogan yang benar-benar memerlukan kesungguhan untuk mewujudkannya.
            Kesungguhan yang dimaksud adalah keseriusan dalam pemikiran daya dan upaya, karena kalimat romantis atau heroik saja, belum cukup untuk mewujudkan cita-cita itu. Membangun kreatifitas masyarakat melalui kesenian, tak cukup dengan talenta. Diperlukan mekanisme manajerial untuk sampai pada titik pencapaian” itulah sebagian tulisan dalam kumpulan esai wakil walikota Banjarbaru ini, dalam bukunya yang berjudul Melawan Dengan Budaya.
            Sabtu (29/7) malam, di Minggu Raya Banjarbaru dalam acara launching novel karya Rico Hasyim yang berjudul Minggu Raya, dan dihadiri oleh tokoh-tokoh teman sepermainan Ogi angakatan tahun 70-an, dan para seniman Banjarbaru.
            Sebagai tanda persahabatan teman lama, saat itu Ogi juga menyerahkan buku esai yang telah diterbitkannya, kepada H Fachruddin Nor Ifansyah Pimpinan Redaksi Harian Pagi Mata Banua yang turut menghadiri acara pada malam tersebut.
            Di lain pihak, Ogi menuturkan lebih jauh kepada Mata Banua “esai saya bercerita tentang apa yang saya ketahui tentang seputar Banjarbaru. Isinya banyak bernada sinis dan tidak sepakat dengan pemerintah, hingga pada akhirnya saya sendiri menjadi bagian dari pemerintah. Tetapi itulah hasil pemikiran yang saya ungkapkan, terhadap ketidak puasan pada pemerintah saat itu, baik pembangunannya atau pun yang lainnya.
            Tetapi pemikiran, hanya menjadi pemikiran apabila tidak diupayakan sebuah jalan untuk mewujudkannya, maka bersama kawan-kawan yang sering nongkrong dan berdiskusi di Minggu Raya Banjarbaru, melalui penerbitan Mingguraya Press, impian menerbitkan buku tidak hanya menjadi impian lagi. Ini adalah sesuatu yang menggembirakan bagi kawan-kawan yang gemar menulis dan ingin diterbitkan.
            Lahirnya penerbitan buku, merupakan gerakan dari sisi sosial, kemudian dilanjutkan dengan dukungan dari pemerintah, karena dengan kita sering menulis atau menerbitkan suatu tulisan, berarti membangun suatu masyarakat” pungkasnya. ara/mb05
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar