Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Kamis, 22 Desember 2011

011210-rabu(kamis)-sejarah tari radap rahayu


TARI RADAP RAHAYU TARI KLASIK BANJAR YANG BERSIFAT SAKRAL

BANJARMASIN – STKIP PGRI Banjarmasin telah selesai melaksanakan lomba tari Radap Rahayu Anak Perseorangan, tingkat SMP dan SMA se-Kalimantan Selatan. Yang tentunya mengetahui asal muasal Tari Radap Rahayu menjadi suatu yang perlu dilakukan sehingga bisa lebih menghargai kesenian tari tradisional Kalimantan Selatan secara seutuhnya.
Menurut Arsyad Indradi, tokoh sastra Kalsel dan juga sebagai tokoh tari daerah, menceritakan “asal muasal tari Radap Rahayu adalah ketika Kapal Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat yang pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas di tengah jalan. Perahu menjadi oleng dan nyaris terbalik.
Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja Bantam yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Tak lama dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal kemudian mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan” tutur Arsyad.
Karena kapal sudah baik maka, lanjut Arsyad “kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa. Dari cerita ini lahirlah Tari Radap Rahayu. Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar karena dipentaskan setiap acara penobatan raja serta pembesar-pembesar kerajaan dan juga sebagai tarian penyambut tamu kehormatan yang datang ke Banua Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai tapung tawar untuk keselamatan. Tujuan tari ini adalah sebagai ucapan rasa bersyukur dan doa agar kegiatan yang akan dilaksanakan dapat terselenggara dengan baik dan lancar.
Diantara banyak tarian daerah, kata Arsyad “tarian Radap Rahayu ini termasuk jenis tari klasik Banjar dan bersifat sakral. Dalam tarian ini diperlihatkan para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan. Gerak ini diperlihatkan pada gerakan awal serta akhir tari dengan gerak terbang layang.
Syair lagu Tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk halus (bidadari) ketika ragam gerak Tapung Tawar, untuk turun ke bumi. Jumlah penari Radap Rahayu selalu menunjukkan bilangan ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya” kata Arsyad.
Dalam tari Radap Rahayu Tata Busana telah baku yaitu baju layang. Hiasan rambut mengggunakan untaian kembang bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan bunga rampai untuk doa restu dibawa para penari di tangan kiri.
Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga Tari Radap Rahayu. Tarian tersebut kembali digubah oleh seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada 1955 oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali” tutur Arsyad Indradi pada Rabu (01/12). ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar