Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Kamis, 22 Desember 2011

021210-kamis(jumat)-wayang gung4


HIKAYAT SEPUTAR WAYANG GUNG

BANJARMASINAda jenis wayang kulit tapi ada pula yang dinamakan Wayang Gung. Setiap kesenian tradisional daerah, mempunyai hikayat dan mitos sendiri yang akrap dengan masyarakat tempo dulu. Hikayat dan mitos itu sendiri merupakan kekayaan lain dari cerita rakyat.
Menurut Arsyad Indradi (2/12) “kalau dirunut dari beberapa arti yang berkembang kata wayang berarti baying-bayang. Wayang Kulit, yang kita saksikan adalah bayangan dari wayang itu, dari balik kelir (layer) yang dihidupkan oleh blencong (lampu minyak). Dalam perkembangannya lahir sebuah bentuk kesenian Wayang Orang. Wayang yang dilakonkan oleh orang (manusia). Di Jawa dikenal dengan Wayang Wong.
Wayang orang di tanah Banjar dinamakan Wayang Gung. Secara analogi mungkin Wayang Gung itu sebagai bentuk lain dari Wayang Gong di Jawa atau terjadi perubahan bunyi W ke G pada kata Wong dan Gung” kata Arsyad.
Selanjutnya Arsyad sendiri menapikannya “tetapi berubahan bunyi tersebut kecil kemungkinannya sebab tidak ada peristiwa bahasa yang mirip seperti itu. Dan kedua kata Wong dan Gung tidak memiliki hubungan makna.sama sekali.
Kata Gung dalam bahasa Banjar adalah salah satu instrumen gamelan Banjar yakni Agung. Bunyi agung ini adalah sebagai penutup irama dari bunyi-bunyian instrumen gamelan tersebut. Ada kemungkinan, gerak tari dalam Wayang Gung sangat ditentukan oleh satuan bunyi pukulan agung, sehingga ada kecenderungan penyebutan Wayang Gung ini sebagai pengaruh gerakan pelakonnya yang mendasarkan gerakannya pada bunyi Gung” ungkapnya.
Arsyad kemudian menceritakan hikayat seputar instrumen gamelan Agung. (Gung) yang dalam budaya Banjar dianggap keramat. Konon, Lambung Mangkurat pergi ke Kerajaan Majapahit meminta Putra Majapahit yang bernama Raden Putera, yang sebenarnya tidak berwujud manusia, yang akan dijadikan suami Putri Junjung Buih di Kerajaan Negara Dipa.
Sesampainya di Kerajaan Dipa, Raden Putera memasuki istana dengan bajajak (berpijak) di atas agung. Seketika itu Raden Putera berubah wujud menjadi manusia yang sempurna berwajah tampan, yang kemudian berganti nama yaitu Pangeran Surianata. Sejak saat itu Gung dipandang memiliki mitos sebagai alat menjelmakan Raden Putera yang tidak berwujud manusia hingga menjadi manusia yang sempurna.”
Maka Arsyad menyimpulkan bahwa “kemungkinan besar sebutan Wayang Gung ini ada kaitan erat dengan pengaruh gerakan pelakon Wayang Gung yang berdasarkan gerarakannya pada bunyi Gung dan juga ada hubungan makna Gung pada peristiwa Raden Putera menjadi orang (manusia).
Di samping ada kemungkinan lain bahwa adanya pengejawantahan tokoh-tokoh dengan karakter yang Agung (besar) pada Wayang Gung. Tokoh Agung ini sebagai simbol kebaikan yang dapat mengalahkan keangkaramurkaan. Dengan tiga tesa ini sebutan Wayang Gung populer di dalam masyarakat Banjar” tutur Arsyad Indradi. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar