Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

030111-senin(selasa)-edi sutardi1

NASIB DOSEN SENI SENDRATASIK FKIP UNLAM BANJARMASIN

BANJARMASIN – Dalam sebuah Universitas yang membuat suatu jurusan baru, tentunya mempunyai cerita yang seringkali memprihatinkan. Alasan fasilitas belum lengkap yang dikemukakan, kemudian kesejahteraan pengajar dalam jurusan tersebut yang kemudian di jadikan korbankan.
Naparin, PD3 Bidang Kemahasiswaan FKIP Unlam, mengatakan (2/9) “jurusan ini di buka mulai dari tahun 2009. Peminat yang masuk FKIP itu lebih banyak dari fakultas lain, begitu juga yang ingin masuk jurusan Sendratasik. Namun khusus untuk jurusan Sendratasik, mahasiswa yang diterima masih dibatasi, karena fasilitas alat bantu perkuliahan masih belum lengkap, seperti tari yang memerlukan ruang kaca dan fasilitas yang lainnya”, katanya.
Sulisno, S Sn, M A, dosen pengajar seni drama di Sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, pada akhir 2010, ia menceritakan nasibnya sebagai pengajar di Sendratasik yang sudah satu tahun masih belum jelas. Sulisno sendiri adalah dosen pengganti, setelah dosen sebelumnya Edisutardi mengundurkan diri untuk melanjutkan pendidikan S2.
Untuk mengetahui, bagaimana perjuangan dosen pendahulu di Sendratasik, Mata Banua menyusuri kembali jejak yang pernah ditinggalkan oleh Edisutardi yang saat ini tidak berada di Bumi Lambung Mangkurat. Namun berada di pulau seberang tanah Jawa.
Melalui perbincangan di telepon, Edisutardi menuturkan (3/1) “2003 s.d 2007 pada bulan Juni aku masih bekerja untuk mengajar di Scool Busines and Managemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), saat itu aku kebetulan masih banyak melakukan aktifitas di kampusku dulu (STSI Bandung). Dari pihak jurusan kampusku dulu aku mendapatkan panggilan kalau ada informasi, bahwa kampus Unlam khususnya FKIP saat itu membutuhkan tenaga pengajar untuk drama.
Pihak jurusan kampusku memperlihatkan surat permintaan dari FKIP Unlam untuk orang yang bersedia menjadi pengajar, dan pada akhirnya sekertaris jurusan kampusku memberikan nomor kontak yang bisa dihubungi” ujarnya.
Kemudian kata Edisutardi “keesokan harinya langsung kutelepon, luar biasa sebuah propokator kuat dalam bahasanya. Dia mengatakan dengan tegas dan sangat penuh kepastian dan cukup meyakinkan: yo mas, Unlam tahun ini membutuhkan untuk pengajar drama, karena Unlam sekarang membuka jurusan baru, (Sendratasik) tahun ini dibuka! pokoke siapa saja yang lebih awal/ cepat mengirimkan lamaran dan bisa langsung datang kesini itu yang dijamin untuk diangkat,beneran ini mas! pokoke ditunggu secepatnya.
Sungguh manis kalimat itu keluar, lebih pekat dari manisnya madu asli hutan Kalimantan, tapi kenyataannya tidak semanis atau hanya sedikit icip-icip manis melainkan sepahit-pahitnya Batrawali yang ada di muka bumi! Aku datang kesana, ternyata yang namanya Sendratasik itu masih dalam angan, masih dalam proses proposal pengajuan ke DIKTI” pungkas Edisutardi. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar