Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

030311-kamis(jumat)-sosial dasar kearifan lokal (Dm.070311)


POLA SOSIAL DASAR  KEARIFAN LOKAL

BANJARMASIN – Menggali dan memahami sosial dasar kearifan lokal masyarakat, menjadi faktor penting bila untuk peningkatan kemajuan ekonomi dan sosial Masyarakat.
            Menurut Ir.Hastirullah Fitrah, MP dosen pengajar Ilmu Sosial Dasar Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin, pada Rabu (3/3) mengatakan “sudah umum kita ketahui bahwa daerah Kalsel mempunyai lahan pertanian rawa yang lebih besar. Sehingga sosial dasar kearifan lokal masyarakatnya terbentuk menjadi suatu pola yang akrab dengan perairan.
            Walau pun demikian pada sebagian besar daerah di Kalsel telah terjadi pergeseran pola kehidupan perairan, akibat pungsi sungai yang dulunya sebagai pusat taransportasi telah berpindah kedaratan. Tapi setidaknya pada sebagian daerah pola sosial dasar masyarakat rawa atau perairan masih dominan, seperti:
Pemukiman dan konstruksi rumah panggung dengan bertiang tinggi diatas daratan dan rumah lanting untuk di pinggir tepian sungai. Karena perairan adalah sistem utama, maka pengelolaan dan konservasi tanah dan air yang dikenal antara lain dengan sistem handil, sistem anjir, dan sistem tabat.
Sistem sosial kemasyarakatan yang berhubungan dengan organisasi/ kelompok seperti handil (saluran pengairan) dipimpin oleh kepala handil meliputi kawasan handil sepanjang 2-3 km dan berperan sebagai pengelolaan air dan pertanian setempat, termasuk perawatan saluran” ujarnya.
Selanjutnya “untuk pertanian dan pola tanam dikenal dengan banih tahun, padi surung, padi rintak. Secara tradisional pengelolaan kesuburan lahan menggunakan pemberian garam, abu, pengelolaan pembusukan rumput atau kompos (tajak-puntal-hambur) untuk padi sawah, serta malibur dan manimbuk untuk tanaman tahunan seperti jeruk, kelapa, karet dan lainnya.
Karena sistem pertanian adalah lahan rawa, masyarakat menciptakan peralatan pertanian produk lokal seperti susundak, tajak, tatajuk, ranggaman, kakakar, lanjung, tikar purun, gumbaan, kindai, kalumpu, tanggui dan lainnya.
Menurut Hastirullah “hakekatnya sosial dasar kearifan budaya lokal dapat bertahan dengan adaptasi atau penyesuaian-penyesuaian mengikuti kondisi atau tuntutan yang berkembang” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar