Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

040111-selasa(rabu)-sastrawan yang meninggal di2010 (Dm.060111)

SASTRAWAN KALSEL YANG MENINGGAL DUNIA DI 2010

BANJARMASIN – 2010 telah dilalui, satu persatu sastrawan Kalimantan Selatan (Kalsel) datang dan pergi. Selama 2010, beberapa orang sastrawan Kalsel telah meninggal dunia, menyisakan jejak catatan karya bagi generasi yang ada.
Menurut Tajuddin Noor Ganie, M Pd sastrawan Kalsel yang meninggal dunia pada 2010, katanya (4/1) yaitu “Drs Jarkasi M Pd, sastrawan Kalsel generasi penerus zaman orde baru 1980-1989, meninggal dunia di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar pada Jumat 27 Agustus, pukul 21.30 Wita, dalam usia 50 tahun.
Jarkasi lahir di Kertak Hanyar, 30 Mei 1960. Sarjana S1 dan S2 PBS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Bekerja sebagai PNS, dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Jarkasi mulai menulis puisi, cerpen, dan esei sastra sejak tahun 1980-an. Antologi cerpennya Suara Suara Burung. Buku-bukunya antara lain Struktur Lamut (1996), Karakter Tokoh Idaman Cerpen Banjar Modern (1999), Kajian Prosa Fiksi dan Drama (1999), Retorika Pantun dalam Sistem Kritik Masyarakat Banjar (2001), dan Mamanda, Dari Tradisional ke Kesenian Populer (2004). Hasil pemikirannya tentang sastra Banjar ikut dimuat dalam buku berjudul Sastra Banjar Kontekstual (2006)” katanya.
Kemudian kata Tajuddin di susul oleh “H Rizhanuddin Rangga, S Pd, sastrawan Kalsel generasi penerus zaman orde baru 1970-1979, meninggal dunia di Marabahan pada Minggu 3 Oktober 2010, dalam usia 53 tahun. Lahir di Barito Utara, Kalteng, 10 November 1957. Sarjana S.1 PBSID STKIP PGRI Banjarmasin (1994). Bekerja sebagai PNS, Guru SD (1978-2001), Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Barito Kuala di Marabahan (2001-2004), dan Dinas Sosial Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Barito Kuala di Marabahan (sejak 2004).
Antologi puisi pribadinya lain Nyanyian Rindu Bagi Tanah Kelahiranku (1982). Puisi-puisinya ikut dimuat dalam antologi puisi bersama Ampalas (1974), Penjuru Angin (1978), Riak Riak Barito (1979), Kuala (1984), Menatap Cermin (1988), Tembang Sungai Lirik (1993), Rimbun Tulang (1994), Bahalap (1995), Pelabuhan (1996), Seribu Sungai Paris Barantai (2006), dan Cinta Rakyat (2007). Serta banyak naskah drama yang ditulisnya dan pada 2000, menerima hadiah seni bidang sastra dari Gubernur Kalsel” ujarnya.
Dan yang terakhir, katanya yaitu “H Ahmad Safwani Ibahy (ASI) bin Ismail Bakri, sastrawan Kalsel generasi penerus zaman orde lama 1960-1969, meninggal dunia di RS Pelni Jakarta, pada Minggu 28 Nopember 2010 dalam usia 69 tahun dan dimakamkan di Banjarmasin.
Lahir di Muara Teweh, Barito Utara, Kalteng, 28 November 1941. Bekerja sebagai wartawan. Tahun 1979-1987 menjadi Kepala Cabang Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Cabang Banjarmasin. Mulai menulis puisi sejak tahun 1960-an. Antologi puisi bersama yang ikut memuat puisi-puisinya antara lain Perkenalan di Dalam Sajak (1963), dan Dengarlah Bicara Kami (1984)” pungkas Tajuddin yang menjadi pengelola Pusat Pengkajian Masalah Sastra (Puskajimastra Kalsel) di Banjarmasin. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar