Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

050711-selasa(rabu)-baayun wayang (Dm.070711)

Upacara Tradisi Baayun Yang Menghilang

BANJARMASIN – Banyak orang Banjar hanya mengenal Baayun Mulud, yaitu upacara mengayun anak pada bulan maulud. Tapi selain itu adapula upacara lain dalam masyarakat Banjar yang semakin menghilang dan tidak lagi dikenal, yaitu upacara Baayun Wayang dan Baayun Topeng.
            Arsyad Indradi, salah satu tokoh budaya Banjar, pada Selasa (5/7) menceritakan “masyarakat Banjar di antaranya ada yang melaksanakan upacara berdasarkan adat, yang bersifat khusus di lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
            Salah satu upacara yang sering diadakan, adalah upacara Baayun Wayang dan Baayun Topeng. Upacara ini biasanya dilakukan, bersamaan dengan diadakannya Upacara Manyanggar Banua atau Babunga Tahun.
Bentuk ayunan dan peralatan lain yang digunakan, hampir sama dengan ayunan pada upacara Baayun Mulud, perbedaannya hanya terdapat pada waktu pelaksanaan, tempat dan tujuan upacara” ujarnya.
Menurut Arsyad “upacara Baayun Wayang dilaksanakan dini hari, menjelang subuh sehabis pergelaran wayang sampir, yang diadakan di panggung terbuka, dalam rangkaian upacara manyanggar banua. Begitu pula dengan Baayun Topeng, hanya waktu pelaksanaannya saja dilakukan pada sore hari, yaitu setelah upacara memainkan topeng.
            Pada upacara Baayun Wayang, yang mengayun anak dalam buaian adalah seorang dalang, sambil bamamang (membaca mantra) dengan wayang di tangan. Sedangkan pada upacara Baayun Topeng, anak-anak juga diayun oleh seorang dalang, sambil membaca mantra dengan memegang topeng.
            Pada kedua upacara ini kedua orang tua hanya membawa anak ke tempat upacara kemudian memohon kepada dalang agar anaknya dapat diayun. Upacara ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat yang biasa menunggui anak-anak.
            Menurut kepercayaan pada waktu diadakan upacara manyanggar banua, maka diundang semua mahluk halus yang menghuni jagad raya, sehingga kesempatan itu digunakan untuk meminta, agar jangan mengganggu anak cucu. Sebagai pelengkap upacara disajikan berbagai jenis kue-kue tradisional” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar