Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

060311-minggu(senin)- tari rajang dewa di Bjm (Dm.090311 di Mozaik hal.7)

Photo, di mozaik: mb/ara
TARI SAKRAL – Gemulai tarian Rejang Dewa membuat suasana semakin sakral dalam rangkaian prosesi ritual perayaan hari raya Nyepi bagi warga Hindu di pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel di jalan Gatot Subroto Banjarmasin.

Tarian Sakral Rajang Dewa di Pura Agung Jagat Natha

BANJARMASIN – Lemah gemulai gerakan tiga gadis yang membawakan tarian Rejang Dewa, diantara suara gamelan dan aroma dupa, menambah suasana semakin sakral dan khidmad bagi warga Hindu yang mengikuti rangkaian prosesi ritual perayaan hari raya Nyepi di pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel di jalan Gatot Subroto Banjarmasin, pada Jumat malam.
Tari Rejang adalah tarian sakral religius yang biasa digunakan untuk upacara keagamaan antara lain meliputi tari Rejang Dewa, baris gede, topeng side karye. Tari Rejang tidak boleh dilakukan disembarang tempat, hanya dibolehkan di area suci Pura.
Tari Rejang Dewa merupakan simbol menyambut kehadiran Hyang Widhi Waca dan para dewata dari Kahyangan ke dunia. Pementasan tarian itu memang merupakan rangkaian ritual tawur kesangka, yaitu upacara bersih bumi untuk menyongsong tahun baru Saka
Cokorda Anom Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalsel, kepada Mata Banua pada Jumat (4/3) sore mengatakan “hari raya Nyepi tahun Saka 1933 ini, kita mengharapkan kepada umat hindu di Kalsel  untuk menjaga toleransi dengan umat yang lain, jaga komunitas kita agar tidak ada kesalah pahaman antara umat beragama.
Sesaji yang kita persembahakan sesuai dengan situasi lingkungan disekitar kita. Sebagai hari istimewa bagi umat Hindu, Nyepi memiliki makna ritual khusus yang berbeda dengan ritual lainnya dalam agama Hindu. Ini karena, perayaan Nyepi mengandung unsur-unsur kebaktian menuju kepada Tuhan Sang Pencipta” ujarnya.
Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa.
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/ Mekiyis. Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepat pada bulan mati (tilem) melaksanakan upacara Bhuta Yadnya (mecaru) untuk mengusir semua roh jahat atau Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Pada hari raya Nyepi yaitu awal tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal 1 sasih Kedasa bertepatan dengan 5 Maret ini dilaksanakan upacara Yoga Samadhi. Ada empat berata pantangan yang wajib diikuti pada saat hari raya Nyepi, disebut Catur Berata Penyepian, yakni tidak bekerja (Amati Karya), tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak bersenang senang (Amati Lelanguan).
Dalam kesenyapan hari suci Nyepi, warga Hindu mengisi dengan mengadakan mawas diri, menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri  dan inti sari kehidupan semesta. Melakukan Berata penyepian upawasa (tidak makan dan minum), mona brata (tidak berkomunikasi), dan jagra (tidak tidur).
Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga dan handai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, untuk menyucikan Buwana Alit (alam manusia) dan Buwana Agung (alam semesta).
Dalam konsep agama Hindu, penghargaan terhadap kemajemukan menjadi prioritas utama sebagai pelecut semangat untuk membangun perdamaian dan keharmonisan dengan umat agama-agama lain. ara/mb07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar