Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

080311-selasa(rabu)-nilai filosofis sungai1


Nilai Filosofis Sungai Bagi Orang Banjar

BANJARMASIN - Sungai bagi masyarakat Banjar memiliki daya renung dan muatan filosofis yang dalam, baik karena sungai memiliki ideasi lanskap alam dan lingkungan ekologi yang khas atau pun karena sungai memang memiliki kontribusi terhadap sikap dan peradaban anak Banjar sejak masa lalu.
            Perbincangan santai dengan salah satu aktivis sosial budaya dari Art Partner pada Senin (7/3) malam, mengenai nilai filosofis sungai bagi orang Banjar. Tanpa mau namanya di korankan, ia berkata “akan lebih baik kalau suara kritis dari pendahulu kita yang kita ceritakan kembali.
Karena dengan begitu, dapat diketahui bahwa kepedulian terhadap nasib sungai telah lama disuarakan oleh mereka. Salah satu tulisan yang sangat menarik bagiku adalah dari almarhum Drs Jarkasi MPd, sastrawan Kalsel yang meninggal dunia pada 2010 yang lalu, dalam usia 50 tahun” ujarnya.
Ia kemudian menceritakan ulang tulisan Jarkasi yang berjudul Kota Yang Tidak Adil Pada Sungai. Dalam tulisan tersebut Jarkasi mengatakan “bahwa Bambang Subiyakto dalam jurnal Sosiohumanika, 14 (1), Januari 2001 mengedepankan catatan, masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya adalah masyarakat yang sungai oriented atau  masyarakat yang berkebudayaan sungai (river culture).
Dalam catatan lain, Tjilik Riwut via Bambang Subiyakto juga mengemukakan, sekitar 1950-an dan 1960-an, masyarakat melakukan kegiatan berdagang, mencari ikan, ke kantor, ke sekolah, ke pasar, rekreasi, bertani, dan rupa-rupa aktivitas lainnya di lanskap sungai Banjarmasin.
Konon, menurut tetuha Banjar kita, pada masa penjajahan Belanda di Banjarmasin, orang Belanda pernah membuat peraturan agar masyarakat tidak boleh membangun apa pun di sepanjang bantaran sungai di Kota Banjarmasin tempo dulu. Orang-orang Belanda itu sudah mencermati, sungai memberi arti dan berkontribusi secara mendalam terhadap sikap sosial orang Banjar.
Tetuha kita dulu juga berharap banyak terhadap sungai di Banjarmasin untuk selalu dijaga dan dipelihara, karena tipografinya yang sangat unik maupun jumlahnya yang begitu banyak. Peran sosial maupun politiknya cukup kental.
Menurut Jarkasi “sebagian sungai itu juga cukup bersejarah membangun peradaban dan performans politik. Karena itu, tidak salah kalau orang memberi slogan Banjarmasin adalah Kota Seribu Sungai.
Sungai memiliki estetika yang cukup kuat dalam membangun ketahanan budaya masyarakat kampung di Banjarmasin. Masyarakat kampung yang dihubungkan oleh aliran sungai lebih mudah harmonis dan tertata sebaik-baiknya secara alami.
Kemudian kata aktivis Art Partner ini “dari bagian pertama tulisan Jarkasi tersebut, jelaslah bahwasanya sungai bagi masyarakat Banjar tempo dulu memiliki daya renung dan muatan filosofis yang dalam.
Ditambah dengan aturan pemerintah yang benar-benar menata situasi kondisi sungai, walaupun dari pemerintah kolonialis. Dan apakah nilai filosofis tersebut masih menjadi milik orang Banjar hingga sekarang?” tanyanya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar