Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

100111-senin(selasa)-Catatan Akhir Tahun Lingkungan Hidup Kalsel 2010

Photo: Dwitho Frasetiandy

Potret Buram Lingkungan Kalsel 2010

BANJARMASIN - Selamat datang di musim bencana, itulah kata-kata yang banyak dikatakan orang terkait dengan kondisi Kalimantan Selatan (Kalsel) sekarang.
Namun, bukanlah peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami ataupun gunung meletus seperti yang saat ini terjadi di mentawai dan gunung merapi. Kalsel aman dari bencana-bencana itu, tapi Kalsel tidaklah aman dari ancaman bencana yang disebabkan oleh ulah tangan manusia seperti banjir.
Manager Kampanye WALHI Kalsel Dwitho Frasetiandy, Senin (10/1) sore mengatakan “bencana demi bencana yang setiap tahun melanda Kalsel seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Di 2010 ini saja menurut data yang kami olah dari berbagai sumber sudah terjadi 68 kali banjir, dan ada sekitar lebih dari 15431 hektar persawahan yang terendam banjir, serta 3591 hektar lain mengalami puso. Tercatat 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel merupakan daerah langganan banjir dan tanah longsor setiap tahunnya” ujarnya.
Lanjut Andy “sebanyak 82 kecamatan yang terdiri dari 550 desa terendam banjir, daerah tersebut meliputi Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Barito Kuala, Tanah Laut, dan Kotabaru. Kabupaten Hulu Sungai Utara, Banjar, dan Tanah Bumbu merupakan daerah paling rawan terhadap ancaman bencana ini. Untuk Kota Banjarmasin juga tidak aman karena rob atau pasang laut selalu terjadi dan merendami permukiman warga.
Sepanjang 2010 adalah episode lanjutan membangun bencana dari tahun-tahun sebelumnya. Korban bencana alam mencapai 249919 jiwa keluarga dengan taksiran kerugian hampir Rp 50 miliar” katanya.
Apakah pemerintah tidak mengetahui permasalahan ini? Menurut Andy “pemerintah sebenarnya sangat sadar bahwa bencana itu terus berulang-ulang dan tidak pernah bosan sedikit pun mengingatkan kita semua.
Tetapi masih saja sering abai dengan kenyataan yang ada, sehingga bencana banjir dikatakan hanyalah musibah atau ujian atau curah hujan yang berlebihan. Tanpa mengakui bahwa itu semua disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam dan menurunnya daya dukung lingkungan. Bahwa oleh kebijakan pemerintah tanpa perspektif bencana justru membangun bencana itu sendiri” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar