Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

110311-jumat(sabtu)-urang banjar di sumatera


Orang Banjar di Pulau Sumatera

BANJARMASIN – Tiga gelombang migrasi besar, menjadi faktor penyebab banyaknya orang Banjar yang tinggal di pulau Sumatera, seperti di Tembilahan, Tungkal, Hamparan Perak/ Paluh Kurau, Pantai Cermin, Perbaungan. Orang Banjar di pulau Sumatera ini merupakan anak dan cucu dari para imigran orang Banjar.
            Jumat (11/3), pada kesempatan menjenguk  Drs Syarifuddin R, ia mengisahkan penyebab terjadinya migrasi  orang Banjar ke luar dari pulau Kalimantan dan menetap di pulau Sumatera, katanya” migrasi besar-besaran pertama orang Banjar terjadi  pada 1780 ke pulau Sumatera.
Orang Banjar yang menjadi emigran ketika itu adalah para pendukung Pangeran Amir yang menderita kekalahan dalam perang saudara antara sesama bangsawan Kesultanan Banjar, yakni Pangeran Tahmidullah. Mereka harus melarikan diri dari wilayah Kesultanan Banjar karena sebagai musuh politik, mereka sudah dijatuhi hukuman mati.
Migrasi besar-besaran kedua ke pulau Sumatera, pada 1862. Orang Banjar yang menjadi imigrannya kali ini adalah para pendukung Pangeran Antasari dalam kemelut Perang Banjar.
Mereka harus melarikan diri dari pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di kota Martapura karena posisi mereka terdesak sedemikian rupa. Pasukan Residen Belanda yang menjadi musuh mereka dalam Perang Banjar, sudah menguasai kota-kota besar di wilayah Kerajaan Banjar.
Migrasi besar-besaran ketiga ke pulau Sumatera, pada tahun 1905. Kali ini mereka terpaksa melakukannya karena Sultan Muhammad Seman yang menjadi raja di Kerajaan Banjar ketika itu mati syahid di tangan Belanda” ujarnya.
Kemudian lanjut Syarifuddin “migrasi orang Banjar ke Sumatera khususnya ke Tembilahan, Indragiri Hilir. Sekitar 1885 di masa pemerintahan Sultan Isa (raja Indragiri sebelum raja yang terakhir).
Tokoh orang Banjar yang terkenal di Tembilahan adalah Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari (Tuan Guru Sapat/ Datu Sapat) yang berasal dari Martapura dan menjabat sebagai Mufti Kerajaan Indragiri” ungkap Syarifuddin, budayawan Kalsel yang kesehatannya saat ini sudah membaik, setelah beberapa waktu yang lalu dalam keadaan sakit. ara/mb05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar