Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

140311-senin(selasa)-definisi sastra banjar.2 (Dm.190311)

Pintu Kesatu Dari Lima Pintu Masuk Kedalam Sastra Banjar

BANJARMASIN - Jika definisi sastra Banjar diibaratkan sebagai pintu masuk ke dalam rumah pustaka sastra Banjar, maka sesungguhnya pintu masuknya ada beberapa pintu.
Menyambung penjelasan mengenai pertikaian definisi sastra Banjar beberapa waktu yang lalu, Tajuddin Noor Ganie, M.Pd kembali memberikan ulasannya.  Senin (14/3), menurut Tajuddin “ ada lima pintu masuk dalam sastra Banjar, yaitu:
Pintu Satu, semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar.
Pintu Dua, semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar.
Pintu Tiga, semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh orang Banjar).
Pintu Empat, semua jenis karya sastra yang bercerita tentang apa saja (tidak mesti tentang etnis Banjar) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (bukan dalam bahasa lainnya) oleh siapa saja (tidak mesti oleh orang Banjar).
Pintu Lima, Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar, dilisankan atau dituliskan oleh siapa saja (tidak mesti oleh orang Banjar), dan dalam bahasa apa saja (tidak mesti dalam bahasa Banjar)” ujarnya.
Untuk lebih memahami pintu kesatu, Tajuddin berkata “semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar. Sastra Banjar menurut definisi di ini merujuk kepada tiga ciri, yakni:
Pertama, bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (aspek sosio-kultural yang sudah ditentukan fokus dan lokusnya). Kedua, dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (aspek bahasa).
Dan ketiga, sastrawan yang melisankan atau menuliskannya berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (faktor etnisitas yang fokus dan lokusnya sudah ditentukan). Karya sastra yang tidak memenuhi semua ciri yang disyaratkan tidak boleh dimasukan ke dalam kelompok sastra Banjar” ungkapnya.
Sementara itu, Tajuddin kemudian menyebutkan pendapat lain, katanya “menurut Suryanata (2006:38) definisi sastra Banjar yang ideal adalah definisi sastra Banjar yang mengintegrasikan tiga pilar sekaligus, yakni : aspek bahasa, sosio-kultural, dan etnisitas pengarangnya.
Maka, ujar Tajuddin “definisi sastra Banjar yang ditempelkan pada pintu kesatu ini, saya rumuskan dengan cara mengintegrasikan tiga pilar yang dimaksudkan Suryanata, yakni aspek bahasa (dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar), aspek sosio-kultural (bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar), dan faktor etnisitas pengarangnya (sastrawan berdarah Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar)” pungkasnya. ara/mb05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar