Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

150211-selasa(rabu)-penjual asinan (Dm.di Ekonomi & Bisnis hal.9)


Photo: mb/ara
ASINAN – Warung asinan buah lokal yang berpenghasilan rata-rata Rp.100 ribu perhari

LARIS MANIS ASINAN BUAH LOKAL

BANJARMASIN – Bagi kebanyakan perempuan, asinan merupakan makanan kegemaran selain rujak. Asinan dalam bahasa Banjar disebut jaruk buah atau bajaruk.
Biasanya di pinggiran kota atau di perkampungan, pada warung-warung kecil ada beberapa penduduk yang hanya menjual asinan jenis buah lokal tertentu, seperti nenas, kedondong dan asam hampalam.
Seperti halnya warung ibu Asum yang berada di jalan Sulawesi Banjarmasin, tidak pernah sepi dari penggemar asinan buah. Menurut penuturan ibu Asum kepada Mata Banua pada Senin (14/2), bahwa ia sudah menjual asinan buah kurang lebih lima tahun. Buka dari pukul 9 pagi hingga malam, penghasilannya rata-rata Rp.200 ribu hingga Rp.400 ribu per hari yang tentunya tergantung cuaca, dengan keuntungan bersih minimal Rp.100 ribu.
Ungkap ibu Asum “kalau pagi yang menunggu warung adalah anakku, karena aku pergi kepasar untuk membeli buah. Asinan yang aku jual ada nenas, kedondong, asam hampalam, jambu biji, jambu air dan bengkoang. Untuk buah lain tergantung musim, seperti buah ramania.
Harga jual per biji seperti asam hampalam itu seribu rupiah. Tapi ada juga asinan yang sudah diracik, yang harganya satu porsi 5 ribu rupiah. Resep pembuatan asinan adalah asli buatan sendiri, tidak menggunakan bahan pengawet, sari manis yang digunakan berasal dari tebu” katanya.
Selain asinan, ibu Asum ada juga menjual tempe bakar, tempe bacam, dan tahu bakar. Ia mengakui, terpaksa memperkecil ukuran potongan tempe dan tahu, kalau harga bahan mentahnya lagi mahal seperti ini. “Yang jelas asinan inilah yang paling ramai dibeli, tiap hari selalu habis” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar