Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

161210-kamis(jumat)-penyair siluman (Dm.201210)

PENYAIR DAN CERPENIS SILUMAN

BANJARMASIN – Seorang penyair tentunya harus berani mempertanggung jawabkan hasil karya yang diciptakkannya. Apalagi bila karya tersebut memenangkan sebuah lomba. Dan tentunya bila penyair tersebut tidak menampakkan diri, maka layak untuk disebut sebagai penyair dan cerpenis siluman.
Isi rekomendasi dari hasil rapat pleno dalam Aruh Sastra (AS) VII di Tanjung, pada point ke-3 yaitu Dalam penetapan pemenang lomba yang dilaksanakan pada aruh sastra, tim juri/ penilai terlebih dahulu melakukan wawancara/ dialog terhadap karya calon pemenang.
Mata Banua kemudian menanyakan (12/12) dengan Micky Hidayat, mengenai kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu “mengamati keadaan dalam setiap pelaksanaan lomba pada AS, baik itu lomba cipta puisi ataupun cerpen, sebagian peserta yang sudah dinyatakan sebagai pemenang malah tidak berhadir dalam AS untuk menerima hadiah. Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang tersebut malah hanya minta hadiahnya diambilkan oleh kenalannya yang hadir pada AS
Dengan adanya peraturan yang diputuskan dalam rekomendasi, bagaimana kalau calon pemenang yang sudah ditetapkan, kemudian saat diminta untuk wawancara/ dialog terhadap karyanya, calon pemenang tersebut tidak juga mau datang, apakah berarti kemenangannya juga digugurkan? Sedang yang nyata-nyata untuk mengambil hadiah saja tidak datang, apalagi diminta untuk wawancara!”
Micky menjawab “memang kemungkinan itu tidak terpikir saat rapat pleno, sehingga tidak dirumuskan dalam rekomendasi. Tapi nanti kita perjelas lagi dalam peraturan lomba yang akan dilaksanakan dalam AS VIII 2011 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah” ungkapnya.
Sebelumnya dalam sidang pleno AS VII (27/11) yang dipimpin Micky Hidayat, terlontar beragam keluhan dan pertanyaan dari peserta AS VII mengenai beragam hal tentang pelaksanaan AS dan lomba dalam AS.
Salah satunya adalah penyair dan cerpenis yang sudah dinyatakan menang malah tidak datang memperkenalkan diri dengan para sastrawan yang berhadir pada AS. Puncak persoalan terletak pada pemenang lomba cipta puisi (dengan judul Manyanggar Banua) dan sekaligus pemenang cerpen (dengan judul Tagaian) pada AS VII atas nama Erika Andriani. Yang juga memenangkan dalam lomba cipta puisi pada AS sebelumnya.
Dari kemenangan yang diperoleh Erika tersebut, dia sama sekali tak pernah datang dalam AS. Hingga akhirnya menimbulkan pertanyaan pada kalangan penyair, apakah orang yang bernama Erika Andriani ini memang benar-benar ada. Sedangkan biodatanya sendiri juga tidak jelas. Akhirnya titik tumpu permasalahan ditimpakan kepada juri yang menyeleksi puisi dan cerpen tersebut.
Rahmiyati penyair muda wanita dari Tapin berkata “saya minta kepada panitia AS untuk menghadirkan peserta yang dinyatakan menang dalam lomba, sehingga para penyair bisa mengenal siapa orangnya yang sebenarnya dan bisa diminta pertanggung jawaban atas karya yng telah dihasilkannya” protes Rahmi yang juga sebagai guru Bahasa Indonesia di SMAN5 Barabai ini dengan lantang saat sidang pleno AS VII.
Diluar sidang pleno AS VII, Harie Insani Putra cerpenis dari Banjarbaru, berkomentar “sebut saja penyair dan cerpenis yang tidak hadir tersebut sebagai Penyair dan Cerpenis Siluman” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar