Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

200611-senin(selasa)-madihin lamut (Dm.220611)


Photo: mahfuz

Kolaborasi Madihin Lamut Memberikan Kesegaran Baru Pada Kesenian Lama

BANJARMASIN - Mengemas kesenian lama yang sudah mulai kehilangan regenerasi, dalam suatu kemasan baru. Sehingga menjadi menarik untuk disaksikan. Adalah hal mutlak yang sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah, instansi terkait, maupun pelaku seni itu sendiri. Apabila ingin, agar kesenian lama tidak hilang ditelan selera zaman.
Pertunjukan kolaborasi antara madihin dan lamut pada Malam Batanam Karya Baharum Banua 2011, Sabtu (16/6) malam yang lalu di gedung Balairungsari Taman Budaya Kalsel, telah memberikan kesegaran baru pada kesenian lama.
Lantunan pantun madihin yang dibawakan oleh Drs H Syakrani, dipadukan dengan kisah lamut yang dibawakan oleh satu-satunya maestro lamut yang masih hidup di Banjarmasin, yaitu Gusti Jamhar Akbar.
Kisah yang dibawakan adalah salah satu pakem lamut yaitu tentang Raden Bungsu yang memperoleh putra bernama Raden Kasan Mandi. Kolaborasi seni yang dikemas menjadi sebuah alur cerita yang saling bersenergi. Lamut menceritakan sebuah kisah, kemudian madihin menegaskannya.
Kepada Mata Banua, seusai pertunjukan Jamhar, menuturkan “cerita dalam lamut pada dasarnya bisa pula dibawa kedalam madihin, hanya cara menuturkannya yang berbeda. Perpaduan penuturan antara madihin lamut ini sangat perlu dikembangkan lagi” katanya.
Kemudian Syakrani menambahkan “karena madihin lamut instrumennya sama yaitu seni cerita bertutur dengan menggunakan alat pukul tarbang, sehingga kalau dikolaborasi menjadi bersenergi, sehingga cerita lamut diperjelas oleh gaya tutur madihin. Maka terbentuklah perpaduan gaya seni kaum tua dalam lamut dengan kaum muda dalam madihin, ceritapun menjadi lebih hidup. Pada dasarnya antara madihin dan lamut, adalah suatu ikatan cerita yang tidak dapat dipisahkan.
Bagi generasi muda sekarang, yang tidak pernah mendengar cerita dalam lamut, belum tentu mengerti alur cerita lamut dan dalam lamut ada tokoh cerita, agar lebih mudah memahami maka madihinlah yang menjelaskan ceritanya dalam bentuk keringkasan atau kesimpulannya. Formatnya bisa saja, di buka dengan madihin sebagai pengantar, lalu di lanjutkan dengan cerita dari lamut, kemudian dijelaskan lagi dengan madihin, akhirnya di tutup” ujarnya.
Menurut Syakrani “kolaborasi madihin lamut ini adalah suatu apresiasi yang luar biasa, dan masih terbuka untuk pengembangan dan bentuk apresiasi lainnya. Malam ini adalah kolaborasi madihin lamut untuk pertama kalinya. Madihin lamut bila digabungkan menjadi karya seni sastra tutur yang luar biasa.
Kita harapkan para generasi muda, bisa semakin tertarik untuk mengembangkannya lebih jauh lagi” pungkasnya. ara/mb05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar