Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

210611-selasa(rabu)-hamiedan AC pencipta lagu banjar (Dm.230611)


Photo: mb/ara
MAESTRO – Penyerahan penghargaan oleh Kepala Disporbudpar HST, Drs Suryani MAp untuk maestro lagu daerah Banjar Hamiedan AC yang diwakili keponakannya Ir Henrita, pada MBKBB 2011

Photo: Ir Henrita

Hanya Untuk Kepuasan Batin

BANJARMASIN – Seorang seniman sejati dalam menciptakan karya, hanyalah untuk kepuasan batin dirinya, tanpa ada keinginan untuk mengejar popularitas. Sehingga karya yang dihasilkan, benar-benar berkualitas dan menjadi abadi, tidak lapuk ditelan perubahan zaman.
            Hamiedan AC, lahir di Kandangan 26 September 1940, meninggal di Jakarta pada 10 Desember 1997. Kesenangannya dalam menyanyi, mencipta lagu dan mengaransemen lagu, menghantarkannya menjadi maestro lagu daerah Banjar. Lebih dari 100 lagu daerah Banjar yang ia ciptakan, dan dinyanyikan oleh penyanyi Nasional. Selain itu, pada era 80-an, Hamiedan aktif mengaransir lagu untuk anak-anak yang dinyanyikan oleh Puput Novel dan Ira Maya Sopha. Serta menciptakan lagu jenis langgam keroncong yang dinyanyikan Mus Mulyadi, Sundari Sukoco dll.
            Bagaimana kenangan keluarga almarhum Hamiedan AC, terhadap sang maestro lagu daerah Banjar semasa hidupnya.
Ir Henrita G Dohamid, salah satu keponakan Hamiedan yang hadir untuk mewakili menerima penghargaan, pada Malam Batanam Karya Baharum Banua (MBKBB) 2011, pada Sabtu (16/6) malam yang lalu di gedung Balairungsari Taman Budaya Kalsel, mengatakan “saya datang pada acara malam ini, untuk mewakili mami (panggilan untuk istri Hamiedan) yang tidak bisa berhadir, mami saat ini tinggal di Tangerang – Jakarta.
Semasa hidup papi (panggilan untuk Hamiedan) orangnya tidak bisa melihat ballpoin dan kertas, apabila ketemu ballpoin dan kertas dalam bentuk apapun, langsung diambil, lalu duduk dimana saja yang sepi, tidak berapa lama, satu lagu tercipta.
Kami (keponakan-keponakan Hamiedan) pernah bertanya kepada papi, dari mana inspirasi menciptakan lagu? kata beliau, kadang-kadang berasal dari kehidupan kita sehari-hari, dari pengalaman dalam keluarga dan dari kehidupan bermasyarakat. Sering pula, beliau mengajak keluarga menyanyikan lagu yang diciptakannya. Lagu beliau yang paling aku sukai yaitu yang berjudul Tatangis dan Yun Apan Yun Nana” ujar Henrita.
            Dilain pihak, Bahrani sepupu Hamiedan, yang juga hadir pada MBKBB 2011, untuk menerima penghargaan sebagai seniman tradisi, mengatakan ”sejak kecil aku sudah bersama Hamiedan, kami terpisah saat ia berangkat ke Jakarta pada tahun 70-an.
Tahun 80-an, ia kembali ke Kandangan, dan kami membuat studio rekaman yang kami beri nama Hamika Record. Karya yang dihasilkan oleh studio ini antara lain lagu Banjar yang berjudul Yulalin, Japinhu, Badendang, Panganten Bausung, Matan Loksado, dll.
Lagu Tatangis yang diciptakan Hamiedan, inspirasinya adalah dari peristiwa sepupu kami almarhum Kadri, yang terkenang dengan kekasihnya, tapi keluarga si gadis tidak mau menerima Kadri. Agar Kadri tidak terlalu sedih, di bawah pohon kelapa di Kandangan, kami bertiga merangkai lagu Tatangis. Sepeninggal Hamiedan, kami tetap mencoba menyambung karyanya, yaitu mengkolaborasi musik daerah karya Hamiedan dengan dangdut atau pop.
Acara malam ini (MBKBB) dengan menyajikan lagu-lagu karya Hamiedan, benar-benar membawa kami kepada kenangan masa lalu. Kami merasa bangga dan gembira, diadakannya pertunjukan untuk almarhum, tapi juga sekaligus merasa rindu dengan almarhum.
Harapan kami sebagai seniman, mudah-mudahan pemerintah provinsi lebih memperhatikan karya-karya kami. Untuk perkembangan lagu Banjar saat ini pada generasi muda, aku rasa sudah mulai bagus, asal kita terus mendorong mereka, jangan dibiarkan begitu saja. Kita dorong terus generasi muda, agar tetap menggali musik-musik daerah” kata Bahrani.
Sedangkan Henrita, mengatakan “kami atas nama keluarga besar Hamiedan, mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah dan Taman Budaya yang telah menyelenggarakan acara malam ini (MBKBB), serta penghargaan yang diberikan untuk papi, ini semua menciptakan kenangan yang sangat besar bagi keluarga.
            Dirumah, banyak terserak master catatan lagu Banjar tulisan tangan papi, insyaallah akan kami kumpulkan dan akan kami serahkan ke museum, agar bisa menjadi milik publik, dari dokumen berharga seorang seniman daerah.
            Dalam mencipta lagu, papi tidak pernah berkeinginan untuk dihargai, ia menciptakan lagu, hanya untuk kepuasan batin, apabila disukai dan dinyanyikan orang, alhamdulillah hanya itu yang di ucapkan papi” ungkap Henrita. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar