Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

220611-rabu(kamis)-anak menggambar


Photo: Nanang M Yus

Menggambar Membentuk Kreatifitas Anak

BANJARMASIN – Pendidikan dasar dari seorang anak adalah dengan menumbuhkan kreatifitas dari dirinya, seperti dengan menggambar. Sebuah gambar dari anak-anak terlihat polos, lugas dan bebas tanpa terikat oleh pola kewajaran serta logika.
            Menurut Nanang M Yus, pelukis senior Kalsel, dalam perbincangan santai beberapa waktu yang lalu, katanya ”bebas untuk anak-anak bukan dilihat dari berperilaku semaunya, tetapi bebas dari bayangan nilai, maupun pola yang telah biasa diterapkan secara umum, dan menjadi baku dalam bentuk patokan-patokan standart kehidupan.
Dari kebebasan seperti inilah sebuah jiwa menjadi kreatif, dan dari kebebasan semacam inilah kita memahami lukisan anak. Jadi kita tidak menilai dengan ukuran yang kita punyai, tidak menilai dengan kacamata kita, melainkan dengan kaca mata batin anak.
Dalam menumbuhkan kreatifitas anak, peran orang tua sangat penting. Tapi di sisi lain seringkali kreativitas yang ditampilkan orang tua, menjadi boomerang ketika seorang anak hanya menjadi obyek saja.
Karena, aktifitas yang niatnya mulia, yaitu memancing kreatifitas anak, seringkali dalam pelaksanaannya menjadi sebuah paksaan. Tanpa sadar kreatifitas yang diharapkan bisa muncul malah terbalik. Anak tak ubahnya robot kecil yang dikendalikan orang tua. Aktivitas yang dilakukannya atas selera orang tua. Sementara si anak tidak bisa menikmati aktifitasnya” ujarnya.
Lanjut Nanang “membangun kreatifitas hendaknya disikapi sesuai dengan porsinya. Mengedepankan nilai yang benar-benar atas nama kreatifitas saja. Bukan malah memaksakan nilai kreatifitas itu sendiri. Menciptakan anak kreatif, itulah keinginan semua orang tua, tetapi kita harus sadar segala sesuatu dengan kewajaran, akan menghasilkan kebahagiaan bagi si anak .
Di tengah zaman yang hanya memandang nilai studi (prestasi dalam bentuk angka) dari diri anak. Dengan anggapan anak yang mempunyai nilai yang tinggi adalah anak yang cerdas dan pintar, adalah pandangan dari keinginan orang tua, yang sebenarnya untuk mengubah anak menjadi robot kecil, bukan menjadi manusia seutuhnya.
Anak yang kreatif adalah anak yang sebenar-benarnya cerdas, dan di zaman nilai ini, cenderung dilupakan. Kegiatan kreatif sering dianggap menjadi sesuatu yang kurang bermanfaat, buang-buang waktu. Sementara apabila kegiatan itu berkaitan dengan yang berhubungan dengan logika, seperti belajar baca dan berhitung, maka akan dijadikan keharusan dalam program yang teratur, anak dituntut tunduk dan patuh.
Sebenarnya kegiatan yang berkaitan dengan kreatifitas (intuisi) dan logika, seharusnya dapat berjalan seiring, sehingga dapat meciptakan anak yang pintar sekaligus kreatif.
Maka sediakanlah kertas menggambar dan krayon, biarkan anak-anak membangun kreatifitasnya sendiri, tanpa dipaksakan” pungkasnya. ara/mb05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar