Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Minggu, 25 Desember 2011

230211-rabu(kamis)-penjual buah lokal (Dm.di Ekonomi & Bisnis hal.9)


Photo: mb/ara
BUAH LOKAL – Masih ada penjual buah lokal yang tetap setia dengan buah tradisional, walau buah impor membanjir di Banjarmasin.

TETAP SETIA MENJUAL BUAH LOKAL

BANJARMASIN – Penjual buah impor memang menjamur di sepanjang jalan kota Banjarmasin, maupun di pasar supermarket. Sedangkan penjual buah lokal sering hanya bisa dijumpai di pasar-pasar tradisional, itupun dalam ragam jenis yang tidak lengkap.
            Ungkap Masrina (25) penjual buah lokal di jalan Lingkar Utara Dalam “buah impor mudah mendapatkannya karena distributornya banyak, sehingga yang menjual juga sudah banyak. Sedang buah lokal ini musiman (tahunan), sehingga terkadang sulit didapatkan, kecuali sudah langganan lama, dengan yang mengantarnya (distributornya).
            Harga Kedondong Rp.4 ribu per sepuluh biji, Ketapi Rp.5 ribu per sepuluh biji, Jeruk yang besar Rp.15 ribu per sepuluh biji, Jeruk yang kecil Rp.10 ribu per sepuluh biji, Nenas Rp.5 ribu per biji. Sedangkan pisang tergantung jenisnya, ada yang 7 ribu per sisir, ada yang 8 ribu per sisir.
            Bila lagi musim, ada juga Rambutan, Cimpedak, Manggis, Asam Kuini, Asam Sapat, Kesturi, Mangga, Hampalam, buah Kapul, Jambu Air, Jambu Biji dan buah musiman lain” ujarnya.
            Masrina, ibu dua putri ini sudah 4 tahun, menjual buah lokal. Walaupun mudah mendapatkan buah impor, tapi ia tetap setia menjual buah lokal.
            Menurut Darmansyah guru pengajar dari SMPN 6 yang kebetulan sedang membeli buah Ketapi “buah impor terkadang membuat ragu-ragu, bisa saja selama proses pengirimannya yang tentunya memerlukan waktu, buah tersebut diberi bahan pengawet agar tidak cepat busuk.
Sedangkan buah lokal, setelah panen langsung diantar kepasar, jadi benar-benar alami. Selain itu buah lokal adalah buah tradisional daerah kita sendiri yang hanya setahun sekali, tentunya saat musim benar-benar rindu untuk memakannya. Yang pasti buah lokal lebih cocok bagi lidah orang Banjar” pungkasnya. ara/mb06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar