Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

230611-kamis(jumat)-definisi sastra banjar.3


Photo: Noor Ganie MPd

Pintu Sempit Dalam Sastra Banjar

BANJARMASIN – Apakah semua karya sastra dalam bahasa Banjar atau karya sastra berbahasa Indonesia tapi menceritakan tentang busaya Banjar dapat digolongkan dalam sastra Banjar?
Pada rumah pustaka sastra Banjar, terdapat lima pintu masuk yang mendefinisikan sebuah karya sastra layak menjadi karya sastra Banjar, sebagian pintu hanya hanya dapat dimasuki oleh sastrawan Banjar tertentu saja.
            Menurut Tajuddin Noor Ganie MPd, beberapa waktu yang lalu “pada pintu-pintu definisi karya sastra Banjar, pintu kesatu merupakan pintu masuk yang paling sempit (pintu eksklusif).
Pintu ini hanya dapat dimasuki oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang nyata-nyata lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar saja (bukan sastrawan anonim). Saking sempitnya, sastrawan berdarah Banjar yang tinggal di Tanah Banjar saja belum tentu dapat memasuki pintu ini.
Karya sastra berbahasa Banjar yang mereka lisankan atau tuliskan dalam bentuk sastra klasik atau sastra modern harus melewati uji materi atau uji publik, apakah isinya bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Kalsel, atau sebaliknya malah bercerita tentang masalah-masalah yang universal?
            Definisi dari pintu ini yaitu semua jenis karya sastra yang bercerita tentang etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar” katanya.
Lanjut Tajuddin “ciri dari sastra Banjar pintu ini yakni :
Bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (aspek sosio-kultural yang sudah ditentukan fokus dan lokusnya). Dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (aspek bahasa). Dan sastrawan yang melisankan atau menuliskannya berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (faktor etnisitas yang fokus dan lokusnya sudah ditentukan).
Karya sastra yang tidak memenuhi semua ciri yang disyaratkan tidak boleh dimasukan ke dalam kelompok sastra Banjar”
Tajuddin mengakui, katanya “ tidak semua karya sastra berbahasa Banjar yang dilisankan atau dituliskan dalam bentuk andi-andi, bacaan (mantra), bapandung (monolog), cerita rakyat (mitologi, legenda, hikayat, kisah, dongeng), japin carita (teater), lamut (prosa liris), madihin (puisi), mamanda (teater), pantun, syair, surat tarasul, hikayat (kisah panjang berbahasa Banjar : kisjang), kisdap (kisah handap : cerpen berbahasa Banjar), puisi, dan drama, bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar.
Syair-syair yang selama ini diakui secara luas sebagai bukti kekayaan khasanah sastra Banjar klasik yang asli, ternyata tidak dimuati dengan paparan menyangkut kode budaya dan warna lokal yang khas etnis Banjar sebagaimana yang mungkin dipersangkakan orang selama ini” ujarnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar