Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 23 Desember 2011

231210-kamis(jumat)-ayo belajar (Dm.271210)

KRITIK CERPEN TERHADAP PENDIDIKAN DAN UJIAN NEGARA

BANJARMASIN - Sebuah cerpen yang bagus dan berbobot, akan memberi pengaruh pada yang membacanya. Bukan cuma pujian yang terlontar dari mulut, tapi juga akan memberi pemahaman serta mampu menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
Mengupas isi dari cerpen-cerpen karangan Sainul Hermawan dalam buku Pelajaran Bahasa (PB), Nailiya Nikmah M Pd mengemukakan beragam kritik sosial tentang pemahaman salah orang tua terhadap kata sukses bagi anak dan masalah yang ditimbulkan Ujian Negara (UN), yang terkandung di dalam buku tersebut.
Pada makalah yang dipaparkannya untuk memberikan pemaknaan isi dari PB dalam Diskusi Interdisipliner (20/12) di Perpustakaan Pusat Unlam Banjarmasin, Nailiya berkata ”sejak anak-anak memasuki usia sekolah, para orang tua mencarikan sekolah yang bagus untuk anaknya. Tidak cukup dengan sekolah yang bagus, para orang tua pun membelikan anak-anaknya perlengkapan dan fasilitas penunjang belajar, bahkan mendaftarkan anak-anaknya les macam-macam, bahkan memanggil pengajar ke rumah.
Betapa ingin orang tua melihat anak-anaknya sukses dalam pendidikan, sehingga orang tua terlalu sempit mengartikan kata sukses. Sukses adalah angka 8 dan 9. sukses adalah menjadi juara kelas. Sukses adalah lulus ujian nasional. Tak jadi soal, bagaimana cara anak mendapatkannya dan bagaimana anak mengurai hasil yang diperolehnya” ujarnya.
Selanjutnya, Nailiya juga mengatakan “tidak sedikit orang tua memahami belajar dalam pengertian yang cenderung sempit. Belajar hanya jika anaknya duduk manis sambil membaca buku teks, menghitung, menulis pelajaran di buku.
Jadi, jika anaknya berlari-lari dihalaman rumah sambil menghitung anak bebek yang mengikuti induknya, maka anak tersebut sedang bermain, bukan belajar. Belajar adalah melakukan sesuatu untuk bisa lulus UN”
Maka menurut Nailiya “kompleksnya permasalahan pendidikan hingga tentang UN yang setiap tahunnya telah menghadirkan beragam fenomena masalah dalam masyarakat. Maka dalam buku PB, dengan jeli memotret sisi memprihatinkan tentang UN dan menggambarkan kerabunan orang tua tentang pendidikan yang sejati. Bahwa dalam benak orang tua tertanam pemikiran yang salah yaitu yang penting anaknya lulus UN, bagaimanapun caranya” ungkap Nailiya yang juga pengajar di Politeknik Negeri Banjarmasin ini. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar