Photo: mahfuz
KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DALAM FILM DOKUMENTER
Cornelas Tonton P, ketua panitia berkata ”pelaksana dari kegiatan ini adalah Banjar Film yang bekerjasama dengan In-docs. Motifasi yang melatar belakangi kami mengadakan kegiatan malam ini adalah untuk mengangkat film-film dokumenter yang berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat.”
Menurut Tonton “selama ini kita mengetahui bahwa disekitar kita ada orang yang bertingkah ganjil yang tidak sesuai dengan manusia normal. Kita angkat dan kita diskusikan, agar kita memahami apa yang sebenarnya terjadi “ujarnya.
Mengenai Banjar Film sendiri, Yayat Sufiatna menjelaskan “Banjar Film terbentuk pada 26 Januari 2008, dilatari dari kesamaan hobi beberapa pemuda yang menyukai film dokumenter.
Setelah terbentuk kami ada memproduksi 2 film dokumenter, yang menceritakan kritik sosial tentang PLN dan film tentang anak jalanan yang ada di Banjarmasin . Sampai saat ini kami memang hanya sebuah kelompok pemuda yang menyukai film dokumenter, kedepannya mudah-mudahan akan bisa menjadi rumah produksi yang resmi” kata Yayat.
Untuk program kerja Banjar Film, Yayat menambahkan “setiap bulan hingga enam bulan kedepan kami mempunyai kegiatan pemutaran film seperti malam ini. Tentunya dengan tema yang beragam, entah perempuan, pendidikan dan lainnya. Siapa saja yang ingin menonton silahkan datang, kemudian kita diskusikan sama-sama. Kita harapkan dari kegiatan ini akan lahir para senias-senias muda pembuat film-film dokumenter di kota Banjarmasin ” ungakap Yayat, mahasiswa fakultas hukum Unlam Banjarmasin , semester VII ini dengan bersemangat.
Film yang diputar pada Rabu malam tersebut antara lain:
Relieved dari Netherlands . Menceritakan tentang seorang remaja berusia 11 tahun, bernama Kristopher yang menyadari bahwa dirinya gay. Walaupun takut, pada akhirnya ia memutuskan untuk berterus terang. Sehingga menimbulkan reaksi teman-teman sekelas dan keluarganya ketika mendengar hal itu.
The Day I Decided to Be Nina dari Netherlands , juga menceritakan seorang remaja berusia 11 tahun, bernama Guido yang tidak ingin menjadi laki-laki. Karena ia lebih merasa dirinya sebagai perempuan. Sampai pada suatu hari ia memutuskan menjadi Nina, sehingga keluarga dan teman-temannya harus belajar menerima keputusan itu.
The Last Bissu dari Indonesia . Menceritakan tentang seorang pemuka agama yang menentang seorang anak yang bernama Matoa Saidi yang kerasukan arwah masa Saidi disuruh oleh arwah untuk menjadi Bissu (laki-laki yang mengenakan pakaian, bertingkah dan bersuara seperti perempuan). Sebuah gambaran perjuangan hidup di tengah akar budaya dan tradisi di I La Galiyo. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar