Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 31 Desember 2011

260611-minggu(senin)-H Matani


Photo: H Matani

Ragam Keahlian Tokoh Tua Yang Tersisa

BANJARMASIN - Tidak banyak kini tersisa, tokoh tradisional daerah yang mempunyai beragam keahlian, baik dalam tradisi suku maupun kesenian tradisional Banjar. Ragam keahlian yang memang bermula dari kecintaan akan kesenian tradisi daerah, yang sepatutnya dicontoh oleh generasi muda.
H Matani adalah salah satu tokoh keturunan dayak Bakumpai yang bisa melakukan ritual pengobatan tradisional Badewa, keahliannya bukan cuma sebagai Padewa (sebutan untuk ahli pengobatan Badewa), tetapi juga sebagai seniman. Dalam sanggar Seni Sinar Pusaka Selidah yang dibinanya, terdapat beragam kesenian tradisional Kalsel, seperti wayang kulit, wayang gong, mamanda, kuda gepang, tari topeng, musik panting, dan beladiri tradisional Kalsel yaitu kuntau.
Menurut H Matani dalam bahasa Banjar berlogat Dayak, ia menuturkan pada akhir April yang lalu “seorang pemain wayang gong harus bisa ilmu beladiri kuntau dan menari, dalam ilmu beladiri aku menguasai jurus bangkui dan simbing, yang aku pelajari dari empat orang guru yang semuanya sudah meninggal dunia, antara lain guru kuntau Marjunit, Jagau, dan Biye. Rata-rata dalam seni beladiri pertarungan, jurus-jurus kuntau sangat mematikan.
Kalau bermain wayang gong, aku berperan sebagai Hanoman Pancasona, apabila bermain mamanda, aku berperan sebagai menteri atau pembantu raja) kata H Matani yang sudah belajar kesenian semenjak umur 14 tahun” katanya kepada Mata Banua di tempat kediamannya yang telah ditempati selama 16 tahun, yaitu di jalan Arya Bujangga kelurahan Berangas Timur.
H Matani atau dikenal dengan panggilan pak Rudi, dilahirkan pada 27 April enam puluh tahun yang lalu. Rudi adalah nama anak pertama H Matani. Sedangkan mengenai kemampuannya sebagai Padewa, sudah dikuasainya semenjak 30 tahun yang lalu, tepatnya semenjak 1981 dan lebih dari 4290 pasien yang sudah ia tangani. “Alhamdulillah semua sembuh setelah diobati” katanya memberikan penjelasan.
Menurut H Matani, kemampuan Padewa yang dimilikinya diwarisi dari leluhur, ia adalah keturunan ke enam dari datu kutai dan datu radap (dua saudara). Dalam keturunan keluarganya, sejak datu kutai, kemampuan Padewa selanjutnya diwarisi oleh Bukusin, lalu di warisi oleh H Jahri, hingga kemudian di warisi oleh H Matani.
Jalur pewarisan Padewa, tidak harus dari satu garis keturunan dan hanya bisa di warisi oleh keturunan laki-laki saja, tapi dari ketutunan perempuan juga bisa mewarisinya. Bisa saja dari keturunan pihak saudara melompat ke saudara yang lain, atau yang mulanya dari pihak ibu, kemudian diwarisi oleh keturunan pihak paman, tetapi semuanya masih bermula dari keturunan awal yang pertama sebagai Padewa yaitu datu Kutai.
Oleh karena itu, tidak semua keturunan, sanggup menjadi Padewa, karena memang harus mempunyai jiwa yang kuat, dan katanya “urang nang kada jujur wan mancari harta haja kada kawa manjadi Padewa, sualnya gasan manulung urang kada bulih maminta bayaran (orang yang tidak jujur tidak bisa menjadi Padewa, karena untuk menolong orang yang kesusahan tidak dibolehkan meminta bayaran)” pungkas H Matani. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar