Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 30 Desember 2011

300511-senin(selasa)-bagandut.4


Photo: mb/ara
ADU KEAHLIAN - Tari Gandut menjadi arena persaingan adu keahlian menari para  para lelaki dalam menari, seperti pada pesta perkawinan yang di selenggarakan salah satu warga Banjarmasin yang membawakan hiburan tari Gandut.
.
Bagandut Adu Keahlian Laki-Laki Menari

BANJARMASIN – Pada masa kejayaannya, arena tari Gandut sering pula menjadi arena persaingan adu gengsi para lelaki yang ikut menari. Persaingan ini bisa dilihat melalui cara para lelaki tersebut mempertontonkan keahlian menari dan besarnya jumlah uang yang diserahkan kepada para Gandut” ungkap tokoh tari Kalsel Sirajul Huda.
            Pertengahan Mei yang lalu, Sabtu (14/5) malam, pada sebuah pesta perkawinan salah satu warga di Komplek Kebun Jeruk 3, Mata Banua menyaksikan salah satu kesenian rakyat yang sudah sangat langka di pentaskan di daerah perkotaan, yaitu Bagandut. Sedangkan para kru dan penari gandut di bawakan oleh Sanggar Seni Ading Bastari Barikin Kabupaten HST, yang di pimpin oleh AW Sarbaini.
Rajul juga mengatakan “tari Gandut ini pada mulanya hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan, baru pada kurang lebih tahun 1860-an tari ini berkembang ke pelosok kerajaan dan menjadi jenis kesenian yang disukai oleh golongan rakyat biasa.
Tari ini dimainkan setiap ada keramaian, misalnya acara malam perkawinan, hajad, pengumpulan dana kampung dan sebagainya.Tari Gandut sebagai hiburan terus berkembang di wilayah pertanian di seluruh Kerajaan Banjar, dengan pusatnya di daerah Pandahan, Kecamatan Tapin Tengah.
Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari, seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu hitam” ujarnya.
Sanggar Seni Ading Bastari sering diminta untuk membawakan pertunjukan Gandut, bila ada pesta perkawinan ke berbagai daerah di Kalsel hingga ke Kalteng. Mengenai saweran, Sarbaini menjelaskan “sawer atau menyawer yaitu bila seseorang memberi uang kepada penari agar menari bersamanya, atau meminta lagu tertentu untuk dibawakan sebagai pengiring tari Gandut.
Di daerah Bontok Kalteng banyak yang menyawer, karena masyarakat di sana sangat suka menari. Biasanya mereka menari dengan istrinya atau pacarnya sendiri. Tidak ada patokan berapa harus menyawer, paling sedikit Rp5 ribu tapi ada juga yang sampai Rp10 ribu” katanya.
Dalam pesta perkawinan yang membawakan tari Gandut tersebut, Mata Banua melihat gerakan tari yang di bawakan para pria mirip dengan tari Japin. Untuk itu Mata Banua meminta penjelasan dari Mukhlis Maman pemerhati budaya Banjar.
Kamis (26/5) malam, Mukhlis mengakui kalau sekarang sedikit sekali generasi yang mengetahui bagamana gerakan tari Gandut yang sebenarnya, begitu juga lagu-lagu Banjar yang di gunakan untuk mengiringi tarian Gandut.
Menurut Mukhlis “gerakan tari ada beberapa macam, antara lain Gandut Mandung-mandung, Gandut Mangandangan, Gandut Manunggul dan Gandut Mangaruncung.
Maka, mengenalkan gerakan tari Gandut yang sebenarnya kepada masyarakat sangat perlu dilakukan” pungkasnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar