Photo: mb/ara
KLENTENG – Perayaan Tahun Baru Imlek bagi warga Tionghoa dirumah maupun di Klenteng tidak cuma satu hari, tetapi berlangsung selama 15 hari yang kaya dengan makna yang luhur dan positif
TRADISI PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK SELAMA 15 HARI
BANJARMASIN - Di Indonesia selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Pada 12 Februari 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Sukarno Putri.
Dari beberapa sumber yang dihimpun Mata Banua mulai 3 sd 6 Pebruari, melalui warga Tionghoa yang bersembahyang di klenteng Soetji Nurani jalan Vetran Banjarmasin, mengatakan bahwa tahun baru imlek atau yang dikenal dengan sebutan Sin Cia, secara tradisional berlangsung selama 15 hari.
Yohanes Handoko, anggota Dewan Kehormatan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia di Banjarmasin dan juga sebagai ketua Perkumpulan Sosial Mulia Sejahtera (PSMS) Kalsel, yang ditemui Mata Banua pada Senin Pagi (7/2) di PSMS, membenarkan tentang 15 hari tradisi tahun baru imlek.
Kegiatan yang dilakukan selama 15 hari tersebut adalah: Hari ke-1, sejak tengah malam menjelang Sin Cia, upacara sembahyang menyambut kedatangan dewa-dewi dilakukan baik dirumah maupun di tempat ibadah warga Tionghoa. Pintu, jendela dibuka, lampu-lampu dinyalakan. Agar keberuntungan tahun baru masuk dan kehidupan terang sepanjang tahun.
Hari ini, pakaian baru dikenakan, yang lebih muda mencari yang lebih tua di keluarga dan mengucapkan Xin Nian Kuai Le (Mandarin) atau Sin Ni Khoai Lok (Hokkian) atau San Nin Faai Lok (Cantonese), yang artinya Selamat Tahun Baru.
Sudah menjadi tradisi, orang tua akan memberikan ang pau kepada anak-anaknya dan begitupun sebaliknya. Hari pertama ini aktivitas dan kunjungan umumnya difokuskan kepada keluarga inti dan dekat.
Hari ke-2, melakukan sembahyang kepada dewa-dewi dan leluhur. Mengucap syukur atas berkah dan lindungan yang diberikan. Bagi pebisnis, hari ini mereka melakukan doa Hoi Nin dengan pengharapan agar bisnis mereka lebih berkembang dan sukses dan memulai aktivitas bisnis lagi. Hari ini juga dipakai untuk mengunjungi dan bersilahturahmi dengan handai taulan dan sahabat.
Hari ke-3 dan ke-4, dianggap tidak baik untuk menyambangi sahabat dan relasi, juga tidak bagus untuk memulai aktivitas bisnis. Karena kedua hari ini dikenal sebagai chi kou, yang artinya mudah terlibat perdebatan, penyebabnya karena hidangan goreng yang dikonsumsi selama kedua hari pertama Sin Cia. Jadi hari ketiga umumnya dipakai untuk berziarah ke kuburan, mendoakan anggota keluarga yang sudah tiada.
Hari ke-5, dikenal sebagai po wu. Hari ini juga adalah hari ulang tahun Dewa Kekayaan, jadi bagi yang percaya akan melakukan sembahyang khusus bagi Dewa Kekayaan. Umumnya hari ini semua kegiatan bisnis sudah buka dan dimulai lagi. Aktivitas menyapu sudah diperkenankan lagi.
Hari ke-6, diisi dengan mengunjungi rumah ibadah, famili dan teman yang masih belum sempat ditemui.
Hari ke-7, disebut sebagai ren ri atau hari ulang tahun semua orang. Hari ini dianggap sebagai hari dimana semua orang bertambah usianya. Hari dimana hidangan yu sheng (salad ikan) disantap. Orang-orang akan berkumpul dan bersama-sama melambungkan yu sheng dan berharap agar kekayaan dan kemakmuran yang tinggi dan berkesinambungan.
Hari ke-8, bagi orang-orang Hokkian, hari ini mereka mengadakan makan malam reuni lagi.
Hari ke-9, untuk memanjatkan doa dan mengucapkan selamat ulang tahun bagi Dewa Jade Emperor. Hari ini disebut juga hari Sin Cia-nya orang Hokkian, karena hari ini orang Hokkian melakukan sembahyang mengucap syukur kepada Thian (Tuhan) dengan sajian utamanya adalah tebu. Tebu dipakai dan diperingati, karena berabad-abad silam suku Hokkian dapat selamat dari pembantaian dengan bersembunyi di perkebunan tebu.
Hari ke-10 sampai hari ke-12, hari-hari meneruskan perayaan Sin Cia dengan keluarga dan sahabat.
Hari ke-13, dimana makanan vegetarian (cia cai) dikonsumsi. Ini perlu dilakukan untuk membersihkan perut setalah dua minggu mengkonsumsi aneka makanan.
Hari ke-14, dipakai untuk menyiapkan diri untuk perayaan Cap Go Meh.
Hari ke-15, menandakan malam dengan bulan purnama yang pertama kalinya setelah Sin Cia, yang disebut juga sebagai yuan xiao jie (malam pertama bulan purnama) atau Cap Go Meh (dialek Hokkian). Makan malam reuni diadakan lagi. Tang yuen (semacam onde dengan isi), simbolisme dari bulan purnama dan kebersamaan dikonsumsi.
Demikian, perayaan Sin Cia diawali pada bulan baru di hari pertama dan berakhir pada bulan purnama di hari ke lima belas adalah tradisi dan perayaan yang kaya dan sarat dengan makna yang luhur dan positif. Bukan sekedar hura-hura dan urusan memberikan ang pau saja. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar