BANJARMASIN – "Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk menulis puisi. Setiap orang dapat menulis puisi. Masalahnya, mau atau tidak orang tersebut tergerak untuk menuliskan kata-kata yang mampu mewakili hatinya.
Misalnya, jika sedang sedih, jatuh cinta, kecewa, rindu pada Tuhan atau orang terkasih, semuanya dapat diekspresikan dalam bentuk puisi. Secara dasar puisi adalah merupakan suatu cara dalam menyalurkan setiap pikiran dan perasaan yang terpendam, sehingga menjadi sesuatu yang indah untuk disimak. Sehingga secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran moral bagi yang menulisnya dan yang membacanya.
Maka melalui menulis puisi pula kepekaan terhadap suatu permasalahan yang akan dituliskannya akan bertambah.” Itulah komentar Surian Hadi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kelompok Studi Seni Budaya Sastra yang di singkat dengan KeloS SeBSoS.
Sewaktu ditanya apa ada arti lain dari singkatan KeloS SeBSoS, ia menjawab “Kelos; yaitu gulungan benang, Seb; asal kata sebu; yaitu penuh, Sos; asal kata sosi; yaitu anak kunci. Yang apabila disatukan, maknanya menjadi: Sebuah gulungan benang (perjalanan kehidupan) yang penuh dengan anak kunci (sebagai pembuka) dari ilmu pengetahuan dan seni.”
Surian Hadi menambahkan “KeloS SeBSoS baru tahun ini dibentuk, yang beranggota kumpulan dari pelajar, mahasiswa dan pemuda, yang menyukai seni walau bukan pelaku seni. Pada saat berkumpul kami melakukan aktivitas diskusi, latihan silat, tari teater dan sastra. Umurnya memang baru seumur jagung tapi pembina organisasi kami di Artpartner adalah orang-orang yang sudah lama malang melintang dalam aktivitas seni dan keorganisasian” kata calon mahasiswa Politeknik Unlam ini saat ditemui sehabis daftar ulang mahasiswa baru.
Mengenai lomba cipta puisi religius yang akan dilaksanakan pada 11 Agustus s/d 11 September ini, Lailatussaidah Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, yang dicegat sewaktu akan berangkat kuliah sore, ia berkata “Diharapkan lomba ini akan menjadi dorongan bagi kepekaan rasa terhadap hal-hal religius, sehingga rasa itu akan terbangkitkan dan tersalurkan serta terapresiasi dalam kata yang akhirnya akan menuntun seseorang lebih mendalami pengetahuan agama.
Semakin dalam pengetahuannya tentang agama, semakin menarik pula apa yang dikatakannya dalam puisi tersebut, apapun bentuk jenis-jenis puisi yang dituliskannya (Puisi epik, Puisi naratif, Puisi lirik, Puisi dramatic, Romance, Elegi, Ode, atau Hymne). Sifat puisi yang universal, tidak pernah terlindas oleh waktu, masa lalu ataupun masa yang akan datang, dan bisa diterima oleh berbagai ragam pihak (golongan). Lombanya sendiri tidak dilakukan dengan melalui surat ataupun email, tapi melalui sms. Ini mungkin pertamakali di Kalsel lomba cipta puisi dilalukan pengirimannya puisinya melalui sms.
Untuk aturan pengiriman melalui sms kami sudah bekerja sama dengan Telkomsel sebagai support sponsor yang juga menyediakan hadiah bagi pemenang. Publikaksi pengumuman lomba nanti akan dilakukan melalu media televisi, radio dan cetak, termasuk melalui harian pagi Mata Banua sebagai support publikasi. 50 judul puisi terpilih dari lomba ini nantinya akan dijadikan satu buku antologi puisi religius, bersama penyair daerah dan nasional.
Bukunya sendiri akan dibagikan untuk penulis yang puisinya dimuat dalam buku ini, perpustakaan sekolah, perpustakaan kampus perpustakaan umum, seponsor dan donator, sisanya dibagikan kepada masyarakat umum. Semuanya ini bisa terlaksana dengan dukungan semua pihak” kata gadis yang baru semester empat di Fakultas Keguruan Unlam ini dengan panjang lebar.
Dian Rahmawati, sekertaris Panitia Pelaksana yang juga satu fakultas dengan Laila, menambahkan “ Tema umum kegiatan kita adalah dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan dan hari raya idul fitri, dengan tema khusus mengurai rasa dalam kata untuk jiwa penyaksi. Lomba diadakan se Indonesia, pesertanya adalah pelajar dan mahasiswa. Tunggu saja pengumuman lombanya di media masa” katanya sambil permisi untuk berangkat kuliah. ara/mb05
-----------------
Di muat Rabu, 5 Agustus 2010/ 24 Syaban 1431 H
- dengan judul KeloS SeBSos Gelar Lomba Puisi Religius
- kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar