Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Rabu, 19 Oktober 2011

Peningkatan Nilai Ekonomi Ubi Jalar

BANJARMASIN – Pasti sudah kenal dengan yang namanya Ubi Jalar, baik dalam bentuk ubi goreng, getuk atau bubur candil ubi. Dalam bahasa Banjar, Ubi Jalar di sebut Gumbili Lancar.
Ternyata Ubi Jalar juga populer di mancanegara, sebagai bahan pangan yang kaya manfaat dan khasiat. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah Beras, Jagung, dan Ubi Kayu.
Menurut Subhan Fitriadi SP MP, Dosen mata kuliah ke Wirausahaan Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani Banjarmasin, pada Sabtu (13/11) mengatakan bahwa pengembangan agroindustri Ubi Jalar mempunyai prospek yang baik.
Teknologi pengolahan menjadi berbagai produk, baik untuk usaha rumah tangga, usaha kecil, maupun besar, telah tersedia. Selain secara ekonomis menguntungkan, sebagian pengolahan tersebut dapat memanfaatkan umbi-umbi kecil yang selama ini tidak dimanfaatkan.
Sekitar 89% produksi Ubi Jalar di Indonesia, digunakan untuk bahan pangan, namun masih terbatas pada jenis-jenis makanan tradisional yang citranya seringkali dianggap rendah. Memperluas pemanfaatan ubi jalar, baik dari bahan segar maupun bahan antara, memperbaiki citra produknya, memberi nilai tambah.
Dari pemanfaatannya, Ubi Jalar segar dapat diolah menjadi beragam produk, seperti ubi rebus/goreng, keripik, stik, jus, saos dan selai. Sementara dari produk antara Ubi Jalar, dapat diolah menjadi tepung instan dan pati. sehingga dapat digunakan sebagai substitusi terigu (10–100%) pada produk kue kering, kue basah, roti, dan mie.
Tepung ubi jalar juga dapat ditingkatkan kadar proteinnya, dengan cara dicampur dengan tepung kacang-kacangan (tepung komposit). Pengembangan agroindustri Ubi Jalar cukup prospektif ditinjau dari ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan, dan potensi pasar.
Aplikasinya di lapangan, dapat dilakukan dengan sistem kemitraan antara industri skala kecil/menengah (UKM) dengan industri besar, dan melibatkan semua stake holder, mulai dari petani sampai pengolah
“Sosialisasi dan promosi, diperlukan untuk memasyarakatkan produk olahan ubi jalar kepada konsumen. Sementara untuk memacu adopsi teknologi pengolahan ubi jalar di kalangan pengolah, diperlukan penyuluhan dan pelatihan pengembangan agroindustri, agar mendapatkan bahan baku dan produk olahan, yang terjamin mutunya dan dapat bersaing di pasaran” tuturnya ara/mb06

-----------------
Di setor Minggu, 14 Nopember 2010
Di muat Senin, 15 Nopember 2010/ 08 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Jangan Anggap Sepele Ubi Jalar
-         kolom Ekonomi & Bisnis, Mata Banua halaman 9


Lakon Carang Ciri Khas Wayang Kulit Banjar

BANJARMASIN – Setiap daerah tentunya mempunyai ciri sendiri meskipun mempunyai akar muasal yang sama, seperti halnya Wayang Kulit Jawa dengan Wayang Kulit Banjar. Kini Dalang Wayang Kulit Banjar di kota Banjarmasin, semakin langka. Regenerasi yang hampir tidak ada sama sekali.
Apa dan bagaimana Wayang Kulit Banjar, memicu keinginan untuk lebih menggali pengetahuan dari catatan arsip para tokoh seni budaya, yang mengerti akan wayang itu sendiri, walau ia bukan sebagai pelaku.
Menurut pemerhaati budaya, Drs Mukhlis Maman pada Minggu (14/11), kembali menuturkan “setelah berdirinya kerajaan Islam pada 1526 M, dan beradaptasinya pertunjukan wayang kulit dengan muatan-muatan lokal hingga abad ke-XVI. Perlahan-lahan wayang kulit berubah, sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar.
Sehingga Wayang Kulit Banjar, telah menjadi seni pertunjukan yang berdiri sendiri, dan memiliki ciri-ciri spesifik, yang membedakannya dengan jenis wayang kulit lainnya. Baik dari segi bentuk, musik/ gamelan pengiring, warna , ataupun tata-cara memainkannya.
Tokoh-tokoh wayang masih mengikuti pakem pewayangan, tetapi ada juga yang dikembangkan dari tokoh dan perlambang masyarakat Banjar. Seperti terdapatnya gunungan/ kayon, Batara Narada, Arjunawijaya, jambu Leta Petruk, Sarawita/Bilung, Subali, R Hanoman, Prabu Rama, Kedakit Klawu atau Raksasa dan lainnya.
Bahan membuat wayang kulit di Jawa biasanya adalah kulit kerbau, tapi karena pada saat itu kerbau kurang dibudidayakan di Kalsel, maka bahannya dari kulit sapi bahkan adapula yang dari kulit kambing.
Untuk ukuran dan bentuk Wayang Kulit Banjar, lebih kecil dibanding dengan Wayang Kulit asal Jawa, demikian pula dengan penatahan atau ornamen, dan pengecatannya lebih sederhana. Karena dalam pegelaran Wayang Kulit Banjar, lebih diutamakan oleh bayangan berdasarkan penglihatan dari belakang layar, sehingga ornamen, detail dan warna, kurang terlihat oleh penonton, yang dibatasi oleh layar.
Sedangkan cerita Wayang Kulit Banjar, bersumber dari dua kitab kuno yang berasal dari khasanah Hindu, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Selain dari kedua cerita tersebut , dalang Wayang Kulit Banjar sering pula menampilkan cerita karangan/ gubahan sendiri yang di sebut lakon Carang ,dan dalam perkembangannya lakon Carang inilah yang menjadi primadona masyarakat Banjar.
Selain lakon Carang, di Kalsel juga berkembang pertunjukan Wayang Sampir. Menanggap  Wayang Sampir untuk suatu hajat tertentu disebut Manyampir. Dalam ritual Manyampir, dipimpin oleh dalang untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu kehidupan manusia, dan biasanya diselenggarakan dalam bentuk pagelaran adat, dengan jangka waktu pelaksanaan pada kisaran dua jam, dan kemudian dilanjutkan dengan pagelaran biasa” ulas Mukhlis. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 14 Nopember 2010
Di muat Senin, 15 Nopember 2010/ 08 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Ciri Khas Wayang Kulit Banjar
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


10 Pahlawan Banjarmasin Versi STMIK

BANJARMASIN –Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember, BEM STMIK Indonesia Banjarmasin menetapkan 10 Pahlawan, yang ada di kota Banjarmasin. Dengan tema 10 Kisah 10 Pejuang Di 10 Nopember.
Penganugerahan gelar pahlawan,  serta penyerahan plakat penghargaan kepada pahlawan yang dipilih tersebut, dilaksanakan pada Rabu (10/11) sore, di gedung Legium Veteran RI Provinsi Kalsel, jalan Brigjen H Hasan Basry.
Penghargaan ini diberikan, berdasarkan kategore perjungan seseorang yang telah dilakukannya. 10 pahlawan versi STMIK ini, antara lain H.Achmad Tukatjil di Legium Veteran sebagai Pejuang Kemerdekaan-, Drs.H.Hamdi sebagai Pejuang Lingkungan Hidup, Yurni Fuadi di BPK Swasta Pribumi 1 sebagai Pejuang Sosial, Karti di Panti Asuhan Bakti Luhur sebagai Pejuang Kemanusiaan.
Kemudian Edi Kisworo,M.Pd di SMAN 4 Banjarmasin sebagai Pejuang Pendidikan, Hendra,S.Far,Apt sebagai Pejuang Kesehatan, Jufarise S.E sebagai Pejuang Olahraga, H.Gt.Rusdi Effendi sebagai Pejuang Media Massa, Drs.Syarifuddin R sebagai Pejuang Budaya dan Yadimuryadi sebagai Pejuang Seni.
“Kegiatan ini murni dari keinginan dan kreativitas BEM STMIK, tidak ada campur tangan lembaga. Karena itu kami sangat mendukung sekali atas apa yang BEM STMIK lakukan” ungkap Husnul Maad J.M.Kom, Ketua STMIK Indonesia Banjarmasin, saat memberikan sambutan pembukaan.
Pada kesempatan yang sama, Luki, Ketua Panitia kegiatan 10 Kisah 10 Pejuang Di 10 Nopember, menceritakan kepada Mata Banua “acara ini pertama kali kami lakukan, dengan tujuan untuk memotivasi para generasi muda, dan para pejuang itu sendiri. Agar menjadi lebih bersemangat dalam memberi kontribusi, bagi perjuangan bangsa dan Negara, khususnya di daerah Banjarmasin.
BEM STMIK memiliki kreteria-kreteria sendiri, dalam menentukan siapa yang dianggap pantas untuk menerima penghargaan, bukan karena rekomendasi dari seseorang. Salah satu kreterianya adalah, berdasarkan totalitas perjungannya dan kesediaan berbagi pengalaman, dan cerita untuk memotivasi generasi muda.
Kelanjutan dari kegiatan ini, BEM STMIK akan membuat sebuah buku, yang berisi proses pemilihan 10 pejuang, profilnya, beserta kisah dari perjuangan-perjuangan mereka” ujarnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 10 Nopember 2010
Di muat Sabtu, 13 Nopember 2010/ 06 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Pahlawan Versi STMIK
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Generasi Terakhir Dalang Tua Wayang Kulit Di Banjarmasin

BANJARMASIN – Satu persatu dalang tua di Banjarmasin telah wafat. Sedangkan regenerasi hampir tidak ada. Menurut Pemerhati budaya Drs.Mukhlis Maman “setelah tiga dalang almarhum, yaitu dalang Ibat, dalang Utuh Aini dan dalang Sarman Sungai Tabuk, maka yang tersisa dari tokoh tua dalang wayang kulit yang ada di Banjarmasin, saat ini hanya Dalang Ucuk.
Bila dalang Ucuk juga tidak ada lagi, maka regenerasi dalang yang bagus tidak ada lagi. Sedangkan dari beberapa dalang muda, tidak bisa diharapkan. Keadaan ini sangat memprihatinkan  dan harus segera diantisipasi bersama, antara pemerintah daerah, tokoh budaya dan masyarakat Banjarmasin” ujarnya pada Rabu (10/11) pagi di Taman Budaya Kalsel.
Bagaimana sejarah wayang kulit Banjar, dari beberapa sumber menyebutkan, bahwa masyarakat Banjar di Kalsel, telah mengenal pertunjukan wayang kulit sekitar awal abad ke-XIV. Pernyataan ini diperkuat oleh sejarah penyebaran agama Hindu, dengan jalan pertunjukan wayang kulit, pada kisaran 1300 sd 1400 M, oleh Kerajaan Majapahit yang telah menguasai sebagian wilayah Kalimantan (Tjilik Riwut, 1993).
Konon pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Andayaningrat, membawa serta seorang dalang wayang kulit, bernama R. Sakar Sungsang lengkap dengan pengrawitnya. Pegelarannya langsung (sesuai pakem tradisi Jawa ), lebih banyak menggunakan repertoar dan ideom-ideom Jawa. Tentunya akan sulit dimengerti masyarakat setempat, sehingga kurang dapat dinikmati oleh masyarakat Banjar.
Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai puncak kejayaan, dan melegenda pada masa itu, antara lain almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang), almarhum Ki Surono (Banjarnegara), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Jogjakarta), Ki Anom Suroto, Ki Mantep Sudarsono, Ki Enthus Susmono. Sedangkan Pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.
Saat memudarnya kerajaan Majapahit dan mulai berdirinya kerajaan Islam (1526 M), pertunjukan wayang kulit mulai diadaptasi, dengan muatan-muatan lokal, yang dipelopori oleh Datuk Toya. Penyesuaian itu terus berlangsung sampai abad ke-XVI, perlahan-lahan wayang kulit berubah, sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 10 Nopember 2010
Di muat Sabtu, 13 Nopember 2010/ 06 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Generasi Terakhir Dalang Tua
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Kamis, 13 Oktober 2011

Pecahkan Rekor Overclocking Kalsel

BANJARMASIN – Hari ke-dua pelaksanaan Pekan Olimpiade Komputer Se-Kalsel (POKS), yang di selenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) STMIK Indonesia Banjarmasin, yang turut didukung oleh Harian Pagi Mata Banua, berhasil  memecahkan rekor Overclocking untuk Kalimantan.
Selasa 9 November 2010, rangkaian kegiatan POKS untuk Talk Show Extreme Overclocking with LN2 (Nitrogen Liquid), dilaksanakan oleh Product Manager PT Nusantara Jaya Teknologi/ Gigabyte Indonesia, Benny Lodewijk, dan dibantu oleh anggota AMD Clocking Holic Networking Kalsel (Achinicks).
Aksi Show Extreme Overclocking dengan media pendingin LN2, ternyata mampu meningkatkan kemampuan atau kecepatan (Overclocking) komputer (Processor X6) hingga 6,2 Gigabyte, satu tingkat dibawah rekor Nasional 6,3 Gigabyte.
Keberhasilan ini, tentu saja menarik minat semua yang hadir dalam POKS. Sehingga beragam pertanyaan silih berganti diajukan peserta. Dengan sabar Achinicks memandu jalannya Talk Show.
 Achinicks adalah komunitas over cloker, yang berdiri pada tanggal 2 September 2010 di Banjarbaru. Komunitas ini sebagai wadah, tempat bertemu dan berbagi pengetahuan, untuk orang-orang yang suka dengan overcloking.
“Kami juga akan lebih banyak memberikan pengertian dan pengetahuan tentang prosesor, karena prosesor itu banyak jenisnya, dan prosesor itu bisa ditingkatkan kinerjanya. Dalam Achinicks siapa saja bisa bergabung, tanpa memandang status dan jabatan “ kata  Ketua Achinicks, Didi Carbone.
            Dilain pihak, mengenai teknologi komputer (PC) secara khusus Benny Lodewijk menjelaskannya dengan Mata Banua.
“Tujuan kami melakukan ini, untuk menunjukan dengan mahasiswa IT dan masyarakat, bahwa teknologi itu bisa direkayasa. Bisa dilihat dari sisi yang lain, tidak hanya digunakan seperti apa adanya, dan perubahan itu merupakan kreatifitas masing-masing orang.
Untuk mempelajari IT, tidak perlu dengan pendidikan khusus, tapi adalah berdasarkan ketekunan seseorang, entah ia mempelajari dari buku atau pun internet. Karena itu saya mengkritisi  kurikulum jurusan IT yang ada di Indonesia ini.
Karena kurikulumnya tidak menuju kepada kepraktisan teknologi, tapi malah terlalu teoritis dan itu tidak dibutuhkan pada lapangan kerja saat ini. Siswa dan mahasiswa yang terbuai dengan sistem pengajaran dan kurikulum, akan tidak tahu apa yang dibutuhkan oleh perkembangan teknologi dalam perusahaan” ujarnya.
Menurut Benny, solusi untuk masalah kurikulum jurusan IT pada lembaga pendidikan, adalah harus lebih fokus lagi pada satu bidang. Karena sekarang semakin banyak lapangan pekerjaan, di buka dalam bidang IT di Indonesia.
Mengenai rahasia dalam mengoptimalkan kerja Komputer (PC) “kuncinya adalah semakin bisa menurunkan tempratur, semkin optimal kerja PC, maka suhu adalah faktor penting, dan hal ini sering tidak diperhatikan kebanyakan orang.
Kalau tadi LN2 yang kita gunakan untuk overcloking kualitasnya lebih baik, dan kondisi ruangan pendinginannya juga baik, maka bisa saja rekor overcloking Nasional dikalahkan “pungkas Benny. ara/mb05

-----------------
Di setor Selasa, 09 Nopember 2010
Di muat Kamis, 11 Nopember 2010/ 04 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Pecahkan Rekor Overclocking
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Memaksakan Kehendak Adalah Keliru

BANJARMASIN – Pendidikan budaya dalam masyarakat atau pun dalam lembaga pendidikan, sudah seharusnya semakin ditingkatkan secara dini. Agar kearifan sosial dalam diri generasi mendatang, bisa kembali menjadi bagian dalam denyut nadi kehidupan suatu daerah.
Seiring perkembangan jaman, banyaknya terjadi pergeseran nilai-nilai budaya, bahkan salah dalam memahami budaya.
Menurut Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Syarifuddin R “setiap daerah mempunyai budayanya sendiri, maka kita perlu mengkaji budaya-budaya itu dengan lebih mendalam. Dengan pemahaman terhadap budaya tersebut, kita bisa melakukan kehidupan sosial dengan baik” ujarnya pada Minggu (7/11) sore.
“Bila kita memperlakukan orang lain, sama dengan budaya yang kita anut, ini sangat keliru. Itulah pentingnya kita belajar tentang budaya, karena dalam budaya ada nilai-nilai yang harus dihormati. Rambu-rambu kehidupan itu sebenarnya ada dalam budaya.
Bagaimana orang bertingkah laku dalam kehidupan sosial, bagaimana kalau terjadi konflik. Walaupun nantinya budaya tidak bisa membendung konflik, akan ada lagi rambu-rambu lain, yang diatur dalam masyarakat untuk mencegahnya.
Kita melihat dewasa ini, ada suatu kelompok yang memaksakan budaya, yang dianutnya kepada kelompok lain. Atau menyalahkan orang lain dan merasa kelompoknyalah yang benar. Kemudian mencap bahwa orang lain salah.
Perilaku seperti ini, adalah cerminan dari pemahaman yang keliru dalam budaya. Saling menghormati walau saling berbeda adalah merupakan faktor inti dalam budaya,” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Selasa, 09 Nopember 2010
Di muat Kamis, 11 Nopember 2010/ 04 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Rambu Kehidupan Ada Dalam Budaya
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Mahasiswa FKIP Uniska, Keluhkan Penanganan Pelaksanaan Yudisium

BANJARMASIN – Beberapa mahasiswa FKIP Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary di Banjarmasin, yang ingin melaksanakan yudisium, mengeluh karena merasa diperlambat penanganannya oleh pihak fakultas. Ada sekitar 200 mahasiswa yang mau yudisium, yang terbanyak dari FKIP.
Untuk memperjelas kabar ini, pada Senin (8/11) pagi, Mata Banua menemui beberapa mahasiswa tersebut.
M Yusri, mahasiswa FKIP jurusan Bimbingan Konseling, berkata “alasan dari staf fakultas BAAK adalah banyaknya berkas mahasiswa yang belum lengkap.
Sangat aneh kalau BAAK menggunakan alasan itu, karena semua berkas sudah kami lengkapi saat sidang skripsi pada bulan Juli. Kalau pun masih ada yang memang belum melengkapi berkas, jangan korbankan mahasiswa lain, hanya karena beberapa orang saja yang belum mengumpul berkas.
Kami tunggu seminggu, lalu kekampus lagi untuk menanyakannya, tapi jawabannya tetap sama. Beberapa minggu kemudian, kami tanyakan lagi. Sekarang alasannya nilai belum direkap. Hampir setiap minggu kami kekampus untuk mengetahui kelanjutannya, jawabannya selalu saja berbelit-belit, inilah itulah alasannya”.
Mahasiswa yang lain, menambahkan “kami sempat minta penjelasan dari ketua jurusan, katanya semua urusan itu tergantung dari Fakultas. Lalu  kami tanyakan lagi ke Dekan, hingga Rektor.
Karena tidak ada kepastian, kami sampai melaporkan hal ini ke Ketua Yayasan, namun yayasan minta kami untuk menunggu keputusan dari fakultas. Semuanya saling melempar tanggung jawab, sampai-sampai orang tua kami mau datang kekampus untuk mengurus permasalahan ini, soalnya kami mau mengikuti ujian CPNS pada 8 sd 15 Nopember ini” ujarnya.
Dilain pihak, Dekan FKIP Uniska Drs H Jarkawi MM Pd, saat dimintai konfirmasi, menjelaskan “Kami punya sistem, jadi prosesnya agak lambat. Harus benar-benar dicek semua berkas yang masuk. Memang ada beberapa mahasiswa yang belum melengkapi berkas, dan kami beri teloransi, tapi akan kami selesaikan secepatnya”.

Penyelesaian Masalah
Pada hari yang sama, kurang lebih pukul 14.00 Wita, M Yusri menghubungi Mata Banua via telepon, katanya “tidak lama setelah wartawan minta konfirmasi ke Dekan, kami dipanggil menghadap beliau. Ada sekitar 10 mahasiswa yang akan melaksanakan yudisium, kebetulan ada di kampus, ikut sama-sama menghadap Dekan”.
Kemudian, sekitar pukul 20.30 Wita, Lia yang juga salah satu mahasiswi yang akan yudisium, turut menginformasikan “alhamdulillah sudah ada perkembangan, tadi Dekan sudah memberi kepastian.
Dan Surat Keputusan (SK) Rektor untuk nama-nama yang akan yudisium, sore tadi sudah turun. Ada 49 orang mahasiswa yang ditinggal, karena berkasnya tidak lengkap.
Rencananya, Selasa gladi resik dan Rabu pagi yudisiumnya. Tapi bila hari itu kembali diingkari, kami akan sama-sama menghadap Rektor” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 08 Nopember 2010
Di muat Rabu, 10 Nopember 2010/ 03 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Keluhkan Lambatnya Yudisium
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Pekan Olimpiade Komputer Se-Kalsel 2010

BANJARMASIN – Perkembangan teknologi komputer dan internet, kian pesat dan tak bisa dihindari, sehingga kini telah menjadi kebutuhan individual. Hal inilah yang mendorong berbagai instansi, institusi pendidikan dan kelompok mahasiswa melaksanakan pelatihan, seminar dan lomba-lomba teknologi komputer dan internet.
Seperti yang dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) STMIK Indonesia Banjarmasin, dengan Pekan Olimpiade Komputer Se-Kalsel (POKS) 2010, yang didukung pula oleh Harian Pagi Mata Banua.
Senin (8/11) pagi seusai pembukaan POKS, Rizky Nanda Saputra, Ketua Panitia POKS, menjelaskan “alhamdulillah kegiatan kami didukung oleh banyak pihak, selain dari Mata Banua juga didukung pula oleh Yayasan Pendidikan Bina Ilmu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMIK Indonesia, Pemko Banjarmasin, DPRD Kalsel, AMD Processor, Gigabyte, Achiniks, Acepower, Kingston, Nirwana Group, CV.Kinarya Alam Raya, Kalbe Farma, Bank Syariah Mandiri, Aneka Komputer, Info Komputer, dan Rasta Net.
Diadakannya olimpiade ini untuk meningkatkan kreatifitas dan pengetahuan masyarakat tentang komputer. Sasaran peserta, untuk pelajar ada 40%, mahasiswa 40% dan dari umum 20%. Untuk umum bisa diikuti oleh siapa saja, baik dari pegawai, guru, ataupun masyarakat.
Olimpiade berlangsung dari 8 sd 13 Nopember 2010. Pembukaan seminar pagi ini, diikuti kurang lebih 200 peserta, dan besok seminar ke dua mudah-mudahan pesertanya juga seperti hari ini” ujarnya.
Jadwal POKS antara lain:
Senin, Seminar SQL Server 2008, Seminar Asp.Net dan Lomba Design Web. Selasa, Seminar Chipset & Motherboard, Pembedahan Processor X6 dan Talk show Extreme Overclocking with LN2.
Kemudian Rabu, ada lomba penyisihan & final mengetik cepat, lomba Instalasi Jaringan, lomba penyisihan Design Grafis, lomba penyisihan edit photo dan lomba mading 2D. Kamis, ada final Design Grafis, final edit photo, penyisihan & final Cerdas Cermat, dan final mading 2D. Jumat, ada lomba Karya Ilmiah. Rangkainan kegiatan di tutup pada Sabtunya.
 Senin hingga Kamis, kegiatan bertempat di Gedung Wartawan, sedangkan Jumat dan Sabtu di halaman STMIK Indonesia Banjarmasin. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 08 Nopember 2010
Di muat Selasa, 09 Nopember 2010/ 02 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul STIMIK Gelar Pekan Olimpiade Komputer
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Desain Motif Kain Menentukan Pangsa Pasar Nasional

BANJARMASIN – Pakaianjadi kain sasirangan, mempunyai peluang yang sangat besar di pasar nasional, ungkap Rosso, instruktur Pelatihan Motif dan Desain Fashion Sasirangan, dalam pelatihan desain motif kain sasirangan, yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banjarmasin, pada 02 sd 05 Nopember 2010 yang lalu.
            Saat jeda waktu untuk makan siang pada Kamis (04/11), dalam pelatihan yang diikuti oleh pengrajin kain sasirangan dan penjahit fashion se-Kota Banjarmasin tersebut, kepada Mata Banua, Rosso menjelaskan:
            “Sasirangan Banjar menurut saya bagus sekali, seninya cukup tinggi, kerajinannya cukup detil, sangat mungkin untuk dikembangkan lebih jauh lagi.
Desain tekstil sasirangan untuk kain, masih berpeluang banyak untuk dikembangkan, cuma untuk itu perlu waktu.
Sebab mengajari pengrajin perlu pengarahan yang lebih detail, karena pengetahuan pengrajin hanya mengerjakan. Sedang untuk imajinasi yang lebih luas, masih belum maksimal, jadi saya kasih penjelasan perlahan-lahan.
Animo pesertanya sangat luar biasa tinggi, walaupun mereka dilihat sudah berumur semua, tapi semangatnya sangat besar. Bila dikasih tugas, selalu segera mengerjakan, saya wajibkan buat satu, tapi malah tiga-tiganya dikerjakan. Ini sangat luar biasa.
Kedepannya, sasirangan ini bisa bersaing, suatu kerajinan tergantung kita mengolah kerajinan itu, mau diarahkan kemana. Kalu mau diarahkan ke pasar nasional dan internasional, banyak yang harus kita rubah, baik dari segi warna dan tekstil. Kelebihan yang paling besar disini, adalah tenaga kerja dan sumber daya sudah ada, tinggal bagaimana kita mengolahnya.
Yang harus lebih ditingkatkan adalah desain motif sasirangannya. Kalau mau memang untuk baju, ya ditingkatkan desain untuk motif bajunya, yang lebih mengikuti trend nasional.
Kalau sekarang kan sasirangan dibuat hanya untuk orang Banjar saja, bukan dibuat untuk orang Jakarta dan orang asing. Bila berpikir untuk nasional dan orang asing harus dirubah pewarnaannya, sesuai dengan selera mereka. Bahkan bisa pula nantinya dipakai selebritis-selebritis besar” ujar Pemilik showroom Batik Warna Alam Rosso di Bantul Yogyakarta ini.
Menurut Rosso yang membuat buku fashion yang berjudul Dari Jogja Untuk Dunia “sebenarnya sasirangan itu jangan berdiri tunggal harus digabung dengan aksesoris batu, hingga menjadi satu kesatuan dalam satu fashion, maka akan sangat menarik.
Pada awal tujuan pelatihan hanya untuk meningkatkan mereka, tapi ternyata banyak hal yang mereka dapatkan. Misalnya pola sasirangan selama ini monoton lurus, jadi kalau dibuat baju, akan banyak kain yang terbuang, karena motifnya tidak sesuai.
Maka dengan ini dibuatlah pola motif, mana yang untuk lengan, mana untuk kerah, mana  untuk kantong, mana untuk bagian depan, dan mana yang untuk bagian belakang. Akhirnya begitu jadi baju tidak tampak ada kesan motif potongan-potongan, tapi memang dirancang khusus untuk itu.
Dengan motif yang berbeda dan dirancang khusus untuk baju, akhirnya kelihatan lebih eklusif” pungkas Rosso, desainer muda yang telah melanglang buana ke mancanegara, untuk menimba pengetahuan desainer. ara/mb06

-----------------
Di setor Minggu, 07 Nopember 2010
Di muat Sebagian, Senin, 08 Nopember 2010/ 01 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Sasirangan Bisa Bersaing Nasioal
-         kolom Ekonomi & Bisnis, Mata Banua halaman 9


Desain Fashion Meningkatkan Nilai Jual Sasirangan

BANJARMASIN – Selama ini kain sasirangan lebih banyak dijual dalam bentuk  lembaran kain, sedikit yang dijual dalam bentuk pakaianjadi. Kalaupun ada yang menjadi pakaian, desain fashionnya pun sangat sederhana. Sehingga dalam kompetisi pangsa pasar nasional, akan kalah bersaing dengan motif desain pakaian dari daerah lain.
Menyikapi permasalahan ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banjarmasin, melaksanakan Pelatihan Motif dan Desain Fashion Sasirangan. Pelatihan berlangsung dari 02 sd 05 Nopember 2010, di Hotel Batara. Peserta pelatihan diikuti dari pengrajin kain sasirangan dan penjahit fashion se-Kota Banjarmasin.
Di sela-sela acara pelatihan. pada Kamis (04/11) siang, Ketua pelaksana pelatihan M Bakhri menjelaskan “ penanggung jawab dari kegiatan pelatihan ini adalah Ir Aham Markham MSc.
Melihat keadaan desain fashion sasirangan yang tidak terlalu berkembang, kami kemudian mengusulkan kepada Dinas Perindustrian Pusat, untuk mengadakan pelatihan desain fashion. Pelatihannya sendiri diperuntukkan bagi pengrajin kain sasirangan dan penjahit baju sasirangan. Alhamdulillah usulan kami disetujui.
Selama ini, produk kain sasirangan sebagian besar cuma bahan atau kainnya saja. Belum begitu berani memasarkan pakaianjadi, terutama untuk wanita. Kalau pakaian jadi untuk pria seperti hem, sudah banyak. Karena lebih mudah, dan tidak perlu model dalam proses desain fashionnya.
Lalu kami programkan, bagaimana supaya ada peningakatan dan berkembang lebih jauh lagi. Supaya produk-produk kain sasirangan kita ini, bisa pula bersaing membuat pakaianjadi, yang sesuai dengan perkembangan mode fashion, seperti batik-batik di pulau Jawa.
Soalnya, kalau hanya terbatas dari kain untuk kain saja, nilai tambahnya rendah. Misalnya untuk harga kain permeter 10 ribu rupiah, ya hanya segitu saja, tidak ada peningkatan. Tapi kalau dibuat pakaianjadi, untungnya jadi lebih banyak beberapa kali lipat” ujarnya.
Menurut Bakhri, peserta pelatihan terdiri dari 15 orang penjahit dan 15 orang dari pengrajin kain sasirangan. Pengrajin dan penjahitnya dipilih dari yang sudah lama berproduksi, dan aktif  dalam membuat kain sasirangan dan pakaianjadi sasirangan.
Dari 30 orang peserta, tidak ada yang saling mengenal. Peserta di acak, lalu di bagi menjadi lima kelompok. Pelatihan ini juga menghadirkan instruktur dari Jokjakarta, yaitu desainer Soroso yang punya showroom sendiri di Bantul, dan sudah sering keluar negeri, untuk memperkenalkan hasil desain fashion batiknya.
“Kenapa kami hadirkan penjahit, karena ini fashion. Maka agar si pembuat atau pengrajin desain motif sasirangan, dan penjahitnya bisa saling nyambung. Kadang-kadang kalau desain bebas, si penjahit menjadi bingung untuk meletakkan motif yang sesuai, pada pakaian yang di desainnya. Seperti, di mana motif yang pas tangan, dan dimana motif untuk bagan dada dan seterusnya.
Kalau keduanya bisa bertemu seperti ini, mereka bisa saling bekerja sama. Sehingga bila penjahit atau desainer menginginkan motif tertentu, maka pengrajin bisa membuatkannya dengan cepat. Akhirnya desain baju yang mereka buat jadi lebih bagus.
Pada jumat sore hasil desain pakaian masing-masing, akan kami tampilkan, yang menjadi model dari peserta sendiri. Nanti dari instruktur pelatihan, juga akan mengajarkan bagaimana cara berjalan seorang model kepada mereka.
Mudah-mudahan dengan adanya pelatihan ini, ada pikiran lebih maju dari penjahit dan pengrajin kain sasirangan kita” kata Bakhri yang juga menjabat sebagai Kasi Industri, di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banjarmasin
Salah satu peserta pelatihan, Hj Hajrah, mengaku sangat senang bisa mengikuti pelatihan, karena banyak pengetahuan yang didapat. Sekarang ia punya banyak rencana dalam desain motif sasirangan selanjutnya.
“Dengan adanya pelatihan ini, maka peluang kerjasama dengan desainer atau pun penjahitnya sekarang menjadi lebih baik” tutur Hajrah, pemilik (pengrajin) Rubiyah Sasirangan di jalan Gatot Sobroto XI Banjarmasin. ara/mb06

-----------------
Di setor Jumat, 05 Nopember 2010
Di muat Sebagian, Sabtu, 06 Nopember 2010/ 29 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Pengrajin Sasirangan Dibekali Tehnis Desain
-         kolom Ekonomi & Bisnis, Mata Banua halaman 9


Aksi Solidaritas Untuk Korban Bencana Alam

BANJARMASIN – Aksi solidaritas warga Banjarmasin untuk tragedi tsunami di kepulauan Mentawai Sumatra Barat dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah, terus berlanjut hingga hari ini.
Setiap hari terlihat pada perlintasan-perlintasan lampu merah di pusat kota Banjarmasin, kelompok-kelompok organisasi yang sedang melakukan aksi pengumpulan dana. Baik itu dilakukan oleh organisasi pemuda, organisasi sosial masyarakat, maupun Badan Pemadam Kebakaran (BPK).
Jumlah dana yang terkumpul, dari beberapa kelompok yang melakukan aksi sosial tersebut, antara lain:
“Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Banjarmasin, melakukan aksi sosial selama dua hari, dimulai dari 29 Oktober 2010, berhasil mengumpulkan sumbangan dana dari masarakat sebesar Rp 5591000” kata M Pazri, ketua KAMMI Komisariat Banjarmasin
“Gerakan Mahasiswa Kresten Indonesia (GMKI) Cabang Banjarmasin, dari 29 sd 30 Oktober 2010, mengumpulkan sumbangan sebesar Rp 21181000” kata Tigor G Hutapea SH, Ketua Cabangnya.
“Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin, selama 1 hari pada 30 Oktober 2010, mengumpulkan sumbangan sebesar Rp 2570000” kata Hardiansyah, Ketua HMI Komisariat Fakultas Syariah IAIN Antasari
Menurut Herman Wakil Ketua Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FK-PSM) kota Banjarmasin “ini adalah kepedulian kami, terhadap saudara kita yang sedang mendapat musibah tsunami di kepulauan Mentawai, dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah.
Dana bantuan yang kami himpun, berasal dari masyarakat yang ada di sekitar sini, dan orang-orang yang lewat. Ada juga sumbangan dari ibu-ibu majelis taklim Al Ikhwan yang menyerahkan Rp 890000. Lalu dari anak-anak sekolah Istiqomah, sebesar Rp 276000. Dan ada juga pakaian bekas kurang lebih 10 dus
Sampai sekarang (Rabu 03 Nopember 2010), jumlah sumbangan yang berhasil kami kumpulkan sebesar Rp 7871100, Mudah-mudahan sampai Jum’at bisa mencapai 10 juta lebih. Berapapun sumbangan yang kami dapatkan, akan kami sampaikan kepada korban bencana alam” ujarnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Kamis, 04 Nopember 2010
Di muat Jum’at, 05 Nopember 2010/ 28 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Aksi Solidaritas Marak
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


MTsN Kelayan Belajar Sambil Berdesakan

BANJARMASIN - Jumlah siswa yang melebihi kapasitas ruangan kelas, membuat situasi belajar menjadi tidak kondusif. Dalam satu kelas 30 siswa adalah sudah maksimal, lebih dari jumlah itu, suasana belajar bagi siswa menjadi tidak nyaman.
Faktor lingkungan juga sangat menentukan kenyamanan belajar siswa. Sebuah sekolah yang berada diantara perkampungan padat penduduk, dan jalan masuk yang sempit, tentunya tidak ideal bagi lembaga pendidikan.
“Kami berharap, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI melalui Kanwil Departemen Agama Kalimantan Selatan, mencarikan lahan yang baik bagi sekolah kami. Karena keadaan lingkungan di sini, sudah tidak cocok untuk sebuah sekolah. Perumahannya sangat padat, jalan masuknya sangat sempit.
Daya tampung siswa perkelas seharusnya 30 siswa, tapi karena ruangan kelas sangat sedkit, sedang peminat sangat banyak, maka saat ini setiap kelas harus menampung 40 siswa. Jumlah siswa seluruhnya ada 480 orang anak,” kata Wakil Kepsek MTsN Kelayan, Ihsan Nasuhi SPd, pada Rabu (03/10) siang.
Sebelumnya pada Kamis (28/10) pagi yang lalu, Ihsan juga telah menuturkan “setelah sekian tahun MTsN Kelayan tidak mendapat bantuan untuk perbaikan ruangan belajar, hingga keadaannya memprihatinkan. Baru 2010 ini rehabilitasi bisa terialisasi.
Besarnya jumlah bantuan dari Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI, untuk Ruang Kelas Baru (RKB) yaitu 250 juta untuk 2 ruangan. Dan 250 juta selanjutnya untuk rehabilitasi 8 ruangan kelas. Sedang untuk pembangunan ruangan laboratorium, masih belum ada. Untuk ruangan perpustakaan lantainya saja sampai melengkung, karena tidak mampu menahan jumlah buku yang ada didalamnya.
Dengan kondisi bangunan yang sangat memprihatinkan, sebenarnya kami tidak sependapat untuk rehab. Lebih baik dibangunkan ruangan baru, akan lebih bertahan lama. Tapi karena peraturan menetapkan harus ada rehab dalam pemberian bantuan, ya kita terima saja.
Karena sebagian ruangan kelas sedang diperbaiki, maka pengajaran dilakukan di kelas yang ada bergantian sampai tiga kali, yaitu kelas IX dari pagi sd  pukul 11.00 Wita, di sambung dengan kelas VIII sd pukul 14.30 Wita, selanjutnya kelas VII sd pukul 17.30 Wita.
Kami para pengajar kuatir bila rehabilitasi ini tidak selesai hingga akhir November, karena Desember sudah ulangan semester satu. Kasihan anak-anak bila harus mengikuti ulangan sambil berdesakan” pungkasnya dengan nada sedih. ara/mb05

-----------------
Di setor Kamis, 04 Nopember 2010
Di muat Senin, 08 Nopember 2010/ 01 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul MTsN Kelayan Kelebihan Siswa
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Pendidikan Di Kalsel Seharusnya Benar-Benar Gratis

BANJARMASIN - Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu Negara adalah tersedianya cukup SDM yang berkualitas.
Wacana diatas menjadi tema utama dalam diskusi yang diadakan oleh Generasi Muda Pedul Seni Budaya dan Pendidikan. Diskusi ini dilaksanakan di LKBH Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, pada Minggu (30/10) pukul 21.00 wita
Peserta yang berhadir antara lain perwakilan-perwakilan dari beberapa organisasi kampus yang ada di Kota Banjarmasin, KAMMI Daerah Kalsel,  HTI Chapter Unlam, LPM Kinday Unlam dan LP2DH Fakultas Hukum Unlam.
Menurut M Pazri, Ketua KAMMI Banjarmasin, merujuk pada amanat UUD 1945 beserta amandemennya (pasal 31, ayat 2), maka melalui jalur pendidikan, pemerintah secara konsisten berupaya meningkatkan SDM penduduk Indonesia. Lalu pemerintah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal, pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya (UU Sisdiknas Pasal 34, ayat 2).
Semenjak tiga tahun ini, banyak pendidikan gratis dikumandangkan untuk berkampanye para politisi, bupati atau walikota bahkan gubernur. Dalam rangka merebut sipati para pemilihnya.
Ketika Pemerintah Daerah (Pemda), sanggup menambah dana untuk membiayai operasional sekolah, maka sekolah masih memiliki ruang untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan di sekolahnya masing-masing.
Sebaliknya ketika Pemdanya sendiri tidak sanggup dan hanya memberikan dana yang minim sekali, maka isu pendidikan gratis justru hanya membelenggu sekolah. Sedangkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat untuk daerah, hingga saat ini hanya mampu untuk menutup biaya operasinal sekolah, sebesar sepertiga nya saja.
Sementara sekolah sudah terlanjur tidak boleh memungut sumbangan dari masyarakat, dilain pihak Pemda sendiri tidak mengalokasikan seumlah dana yang cukup untuk membiayai operasional sekoah berdampingan dengan BOS dari pemerintah pusat, akibatnya kualitas sekolahlah yang menjadi korban.  
Tanpa ada komitmen yang jelas dari Pemda, untuk menggratiskan pendidikan dasar, mustahil pendidikan gratis akan disertai dengan peningkatan kualitas.
 “Oleh karena itu, Pemda memang perlu untuk mengalokasikan APBD-nya secara signifikan” ujarnya.
Dari wacana dasar yang telah digulirkan oleh Pazri, disambut oleh LPM Kinday Unlam dan LP2DH Fakultas Hukum Unlam, yang menyoroti transparasi alokasi dana bantuan untuk sekolah, serta pengunaan dana itu sendiri dari pihak sekolah yang dikhawatirkan terjadinya penyimpangan.
HTI Chapter Unlam, lebih mengkritisi gaji guru yang masih rendah, serta dunia pendidikan yang kini kian bersifat kapitalisasi (dikomersilkan), hanya untuk meningkatkan skil, tanpa memperkuat mental dan moral sebagai persiapan untuk menjadi pemimpin yang baik.
Sedang IMM, mempermasalahkan lembaga pendidikan yang lebih memfokoskan siswanya untuk lulus Ujian Negara. “Tiga tahun menuntut ilmu hanya ditentukan pada tiga mata pelajaran, keadaan seperti ini sangat meprihatinkan” katanya.
Sementara, Agus ketua BEM Fisip Uniska, mengkritisi sikap mahasiswa. “hampir 70% mahasiswa sekarang hanya bercita-cita menjadi PNS, yang seharusnya mereka berpikir untuk lebih kreatif dan mandiri” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 03 Nopember 2010
Di muat Sabtu, 06 Nopember 2010/ 29 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Pendidikan Gratis Belenggu Sekolah
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Arisan Dangdut Dari Tukang Becak Hingga Pengusaha

BANJARMASIN – Kesenangan pada suatu jenis musik tertentu, membuat segala perbedaan status dan usia menjadi tidak ada lagi. Baik itu yang tua maupun yang muda, atau sikaya dan simiskin. Satu bulan sekali, berkumpul dalam suatu kegiatan rutin yang di beri nama Arisan Dangdut (AD).
Bagaimana latar belakang terbentuknya AD, Sukma salah satu tokoh di dunia musik yang menjadi panutan para pecinta dangdut, pada Kamis (28/10) menceritakan kepada Mata Banua.
“Awalnya semua artis musik dangdut Banjarmasin tergabung dalam Perhimpunan Artis Musik Indonesia (PAMI). Karena permasalahan politis antar anggota, beberapa orang keluar dari PAMI, antara lain Jon Tralala, Agus Mukmin dan Emilia Agus. Mereka yang keluar membentuk Himpunan Bina Artis Musik dan Seni (HIBAMUS).
Kemudian pada 2005, beberapa orang yang bersikap netral mengambil inisiatif untuk membuat suatu kegiatan. Dengan tujuan agar anggota-anggota dari dua kelompok yang terpecah ini bias akur kembali.
Kegitan pertama hanya diikuti oleh 16 orang. Mereka mengisi kegiatan dengan silaturahmi dan melakukan latihan musik dangdut bersama-sama. Hingga akhirnya semua anggota PAMI dan HIBAMUS ikut dalam kumpul-kumpul ini, yang kemudian menjadi AD” katanya.
Menurut Sukma, orang-orang yang berkumpul-kumpul dalam AD, tidak mengatas namakan organisasi, tapi atas nama pribadi masing-masing, sehingga semua pertentangan antar organisasi menjadi hilang.
Yang unik dalam arisan ini tidak melihat latar belakang seseorang, siapa saja yang suka musik dangdut, silahkan bergabung. Maka dari tukang becak hingga pengusaha besar di Banjarmasin menjadi satu sebagai pecinta musik dangdut.
Pelaksanaan kegiatan sama seperti arisan biasa, pencabutan nama siapa yang mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah untuk bulan berikutnya. Hal lain yang menarik, setiap arisan tidak perlu menyewa peralatan musik, tenda dan lain-lain. Karena dari anggota sendiri sudah ada yang punya perlengkapan-perlengkapan tersebut.. Maka tinggal pinjam dan angkut saja lagi.
Bahkan bila ada anggota Arisan Dangut, yang mau mengadakan pesta perkawinan atau pesta lain, dan ingin hiburannya dengan musik dangdut, bisa minta Arisannya dilaksanakan dirumahnya atau ditempat pesta , walau belum gilirannya.
“Sepengatahuan aku, AD yang unik seperti ini satu-satunya di Indonesia, tidak ada kujumpai di daerah lain” pungkas Sukma yang juga menjadi Manager Station Radio Nirwana FM. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 03 Nopember 2010
Di muat Sabtu, 06 Nopember 2010/ 29 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Dari Tukang Becak Hingga Pengusaha
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

LK I HMI Ciptakan Kader Bertanggung Jawab

BANJARMASIN – Untuk meningkatkan kualitas anggota baru, serta agar bisa menjadi kader-kader  yang bertanggung jawab, dan berguna bagi organisasi serta daerah. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin, mengadakan acara Basic Training atau Latihan Kader 1 (LK 1) selama 5 hari dari 21 sd 31 Oktober yang lalu.
Ketua pelaksana LK1, Rusdi Asri, pada Selasa (02/11) sore, menjelaskan “LK 1 rutin dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Mempunyai pungsi sebagai kegiatan pengkaderan komisyariat  untuk anggota baru yang akan menjadi kader HMI.  Dalam kegitan ini calon kader dibekali dengan berbagai materi ke HMI-an yang juga merupakan materi wajib yang harus di ikuti sebagi syarat kelulusan.
Kegiatannya di bagi menjadi dua sesi, yaitu ruangan dan lapangan. Diikuti oleh 70 orang peserta dari Banjarmasin, Amuntai dan Barabai. Dari komisariat fakultas Syariah 55 orang, Komisariat fakultas Ushuliudin dan Dakwah 6 orang, cabang HMI Amuntai 2 orang, serta dari cabang barabai 7 orang.
Sesi ruangan pada 27 sd 29 Oktober 2010, kegiatan dilaksanakan pada pukul 16.00 sd 17.30 Wita di Aula Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. Materi yang diberikan antara lain  sejarah HMI,  konstitusi HMI dan dengan materi Kohati dan Perjuangan Perempuan Indonesia.
Sesi lapangan pada 30 sd 31 Oktober 2010, bertempat di Aula Diklat Pertanian Tambang Ulang Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, dengan materi Mission HMI dan Nilai Dasar Perjuangan.
Khusus 31 Oktober 2010, ada pengujian kepada peserta mengenai materi-materi yang sudah di berikan serta ada beberapa game. Dari pengujian akan ditentukan 5 peserta terbaik, yang akan mendapat buku bacaan untuk menambah wawasan mereka.
Setelah kegiatan ini akan dilanjutkan dengan membuat wadah untuk diskusi, yang diberi nama Komonitas Hijau Hitam Comonity (H2C)” ujar Rusdi, yang juga menjabat sebagai anggota Bidang Pengkaderan HMI Komisariat Fakultas Syariah IAIN Antasari. ara/mb05

-----------------
Di setor Selasa, 02 Nopember 2010
Di muat Kamis, 04 Nopember 2010/ 27 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Ciptakan Kader Yang Bertanggung Jawab
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Masa Berlaku Akreditas Harus Di Perhatikan

BANJARMASIN – Seringkali terjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi, lalai memperhatikan masa berlakunya akreditas program studi, serta kurangnya perhatian dalam pembinaan dan pengembangan kualitas mahasiswanya. Seperti yang terjadi beberapa waktu ini, pada beberapa perguruan tinggi yang ada di Banjarmasin.
Menurut Rektor Universitas Achmad Yani (Uvaya) Banjarmasin Drs Ec H Zainul Arifin Noor MM “kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi, karena sebelum masa akreditas berlaku habis, akan segera kami perbaharui. Karena itu adalah akuntabilitas lembaga kepada masyarakat.
Begitu pula dengan pengembangan kualitas mahasiswa, akan selalu kami tingkatkan. Sehingga mereka siap terjun ditengah masyarakat. Seperti yang baru saja mereka lakukan dalam Kemah Bakti Mahasiswa (KBM), beberapa waktu yang lalu” katanya dirunga kerja Kantor Rektorat Uvaya Banjarmasin, pada Selasa (02/11) siang.
Di lain pihak, Andy Kusuma Saputra, ketua panitia pelaksana KBM, menjelaskan “KBM berlangsung selama 3 hari mulai 15 sd 17 Oktober 2010 yang lalu. Bertempat di Kampung Dalam Jl Seledri Rt 19 dan Rt 20 kelurahan sungai ulin Banjarbaru, dengan jumlah peserta sebanyak 460 mahasiswa dan ada pula beberapa dosen Uvaya yang ikut kelapangan untuk mengawasi kegiatan.
 Antusias warga sangat besar , banyak  warga yang turut terlibat, saat pelaksanaan bakti sosial. Mulai dari perbaikan jalan desa (penambalan lubang jalan), perbaikan gapura, penanaman pohon. Ada pula kegiatan bantuan sosial terhadap warga yang kurang mampu, serta sosialisasi desa dari Ketua RT setempat” ujarnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Selasa, 02 Nopember 2010
Di muat Kamis, 04 Nopember 2010/ 27 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Perhatikan Masa Berlaku Akreditas
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5



SD Gratis Untuk Anak Putus Sekolah

BANJARMASIN – Masih banyak anak-anak usia sekolah dasar, yang mengalami putus sekolah, atau belum pernah sekolah sama sekali. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat program penuntasan program wajib belajar (Wajar) pendidikan dasar 9 tahun, khususnya pada jenjang SD.
Untuk mensukseskan program Wajar dan Pendidikan Dasar 9 Tahun, Depdiknas mengembangkan suatu program model layanan pendidikan, untuk menangani anak-anak usia sekolah dasar, yang belum bersekolah atau putus sekolah.
Program ini disebut Kelas Layanan Khusus (KLK) di sekolah dasar. Di kota Banjarmasin hanya ada dua sekolah dasar, yang menjadi tempat pelaksanaan program KLK, salah satunya adalah SDN Pekauman1.
Kepala SDN Pekauman 1, Hj. Mariaty Azizie SPd, pada Selasa (26/10) pagi, menuturkan mengenai program KLK yang ada di sekolahnya “di sekitar SDN Pekauman 1, banyak anak-anak usia sekolah dasar yang tidak sekolah atau putus sekolah. Karena faktor ekonomi (kemiskinan) sehingga mereka harus membantu orang tuanya bekerja.
Atas dasar itulah SDN Pekauman 1 ditunjuk untuk melaksanakan Kelas KLK, semenjak 2 tahun yang lalu. Sehingga anak-anak tersebut, dapat melanjutkan atau memperoleh pendidikan formal di sekolah dasar hingga tamat, dan dapat melanjutkan sampai kejenjang pendidikan menengah (SMP). Alhamdulillah program KLK dapat berjalan dengan lancar, walau kadang banyak kritik-kritik tajam yang harus kami lalui bersama” ujarnya.
Menurut Kepala sekolah lulusan Universitas Terbuka FKIP Jurusan Guru SD (1997) ini, waktu belajar KLK dilaksanakan sore hari, setelah kelas reguler pulang. Mulai pukul 14.00 sd 17.00 Wita. Kelas 1 dan 2, satu jam pelajaran dilaksanakan selama 30 menit. Kelas 3 sd 6, satu jam pelajaran dilaksanakan selama 35 menit.
Untuk kelas 1 sd 3, materi pembelajarannya ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Membiasakan hidup bersih, sehat serta penanaman nilai kebajikan. Sedangkan kelas 4 sd 6, materi pembelajarannya diarahkan pada kecakapan/ keterampilan hidup serta penanaman nilai-nilai sopan/ santun.
Tahun pertama KLK di SDN Pekauman 1, membina 20 anak dan tahun kedua ada 21 anak. Pada tahun ajaran 2009/ 2010 anak-anak tersebut sudah mampu ditransfer ke kelas regular. Bahkan 4 orang telah berhasil menamatkan belajarnya di kelas VI dengan mengikuti UN dan US, selanjutnya 3 anak meneruskan belajarnya ke SMP, dan 1 anak ke Tsanawiyah.
“Anak-anak putus sekolah yang hidup di bawah garis kemiskinan, perlu di bina dan di bimbing secara khusus agar mampu bersosialisasi, mengetahui nilai-nilai tentang sopan santun kebajikan dan kecakapan hidup.
Sehingga dapat menyesuaikan dengan anak-anak di kelas regular, serta dapat berkembang secara fisik, psikis, sosial dan akademik. Kemudian mereka dapat menamatkan pendidikan di tingkat SD dan bisa meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi” tutur Mariaty yang juga lulusan Universitas Achmad Yani Banjarmasin Fakultas Keguruan jurusan Admnistrasi Pendidikan (2009) dan menjadi Kepala SDN Pekauman 1 Banjarmasin semenjak 2002 hingga sekarang. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 01 Nopember 2010
Di muat Selasa, 02 Nopember 2010/ 25 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul KLK Bagi Anak Putus Sekolah
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Rehab Ruangan Kelas MTsN Tertua Di Banjarmasin

BANJARMASIN – Kondisi kelas yang memprihatinkan selama puluhan tahun di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kelayan, baru pada 2010 mendapat bantuan, untuk rehabilitasi ruangan belajar mengajar, dari Derektorat Jendral (Dirjen) Pendididkan Islam Kementrian Agama RI.
MTsN Kelayan beralamat di gang Setuju, Jalan Kelayan A, adalah salah satu sekolah Tsanawiyah tertua di Banjarmasin, yang diidirikan pada 1967 oleh sebuah  yayasan. Kemudian baru dijadikan sekolah negeri pada 1972.
Sekolah-sekolah seperti Ibtidaiyah (sederajat SD), Tsanawiyah (sederajat SMP) dan Aliyah (sederajat SMA), mempunyai kurikulum pendidikan yang seimbang antara mata pelajaran agama dan mata pelajaran umum.
Bahasa Arab, Akidah Akhlak, Al-Qur’an Al-Hadist dan lainnya, diajarkan berdampingan dengan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Biologi, Sejarah dan seterusnya. Tidak seperti sekolah umum (SD, SMP, SMA) yang kurikulum pengajarannya lebih menitik beratkan pada mata pelajaran non keagamaan.
Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah berada dibawah Departemen Agama (Depak). Namun hingga sekarang, masih banyak Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah yang belum mendapat bantuan untuk rehabilitasi, maupun fasilitas sekolah.
Apalagi bila sekolah-sekolah ini berada dipinggiran kota, ataupun diantara perkampungan padat penduduk dengan jalan yang sempit.Berbeda dengan Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah yang berada di pinggiran jalan besar, pembangunannya lebih diperhatikan.
Sementara Tsanawiyah yang berada di tengah kota atau dipinggir jalan besar, jumlah muridnya lebih sedkit, dari Tsaniwah yang berada diperkampungan padat penduduk, yang jumlah siswa-siswinya seringkali melebihi batas untuk standar pengajaran satu kelas, dengan kondisi bangunan seringkali terabaikan.
Bagaimana proses rehabilitasi MTsN Kelayan, Wakil kepsek Ihsan Nasuhi SPd, pada Kamis (28/10) pagi, menuturkan “untuk kantor dewan guru memang sudah mendapat bantuan rehabiltasi total pada 2007 yang lalu.
Tapi, dari rehabilitasi ini kami malah rugi, ruangan yang dibongkar pada awalnya ada 4 ruang kelas, yaitu ruangan kelas bertingkat (2 dibawah dan 2 diatas). Setelah dibongkar dan dibangun, hanya mendapat satu ruangan untuk kantor dewan guru saja. Sedang siswa-siswi harus berdesakan dan bergantian, menggunakan ruangan kelas yag tersisa.
Tiga tahun kemudian, kalau bukan karena kunjungan dan pemeriksaan lahan, dari Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama RI pada April 2010, rungan kelas yang sudah memprihatinkan tidak akan mendapat bantuan rehab dan renovasi.
Waktu itu, Dirjen Pendidikan Agama Islam langsung memberi teguran kepada Kanwil Depak Kalsel. Barulah permohonan bantuan kami diperhatikan” tutur Ihsan. ara/mb05

-----------------
Di setor Senin, 01 Nopember 2010
Di muat Rabu, 03 Nopember 2010/ 26 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul MTsN Tertua Direhab
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5