Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 23 April 2011

MB - Siring Ambrol Bahayakan Pengunjung

BANJARMASIN – Masyarakat Banjarmasin memadati hari pertama pembukaan Festival Budaya Pasar Terapung di kawasan siring Sungai Martapura, di depan kantor Gunernur pada Sabtu (25/9) yang berlangsung hingga Senin (27/9).
Namun ada salah satu bagian siring yang telah lama ambrol luput dari perhatian panitia penyelenggara. Hal ini bisa saja menyebabkan kecelakaan bagi masyarakat yang berjubel untuk menonton Festival Perahu Naga pada malam harinya.
Udin warga jalan Vetran yang saat itu sedang membawa anaknya untuk menonton Festival Perahu Naga dan berada tepat di depan siring yang ambrol, berkomentar “lubang ngini mambahayakan, kalu urang tabarusuk atawa ta dangsar, apalagi mun urangnya banyak banar bakakajalan kaya ngini. Saharusnya panitia manutupinya sabaluman acara dimulai, mana lampunya disini kada tapi tarang (lubang  ini sangat berbahaya, bisa-bisa orang tergelincir, apalagi orangnnya sangat padat. Seharusnya panitia menutupnya terlebih dulu sebelum acara ini dimulai, apalagi penerangan tidak memadai)” kata pedagang di Pasar Lima ini dengan bahasa Banjarnya.
Bagian siring yang ambrol tersebut menciptakan lubang dan retakan pada lantai keramik halaman siring hingga kemiringan 45 derajat kearah sungai. Tinggi lubang sekitar ½ meter, lebar retakan yang miring 2 meter dan panjang lubang kurang lebih 5 meter.
Lokasi siring yang ambrol tepat dibelakang Stand Kampung Banjar dan 10 meter dari Pos Informasi Pariwisata Kalsel yang berada di depan Komplek Perkantoran Gubernuran.

Situasi Malam Hari
Satu sudut lagi yang berada diantara Pos Informasi Pariwisata Kalsel dengan siring yang ambrol terdapat bagian yang sangat gelap karena tidak ada penerangan sama sekali, dan disana aroma pesing santer tercium.
Seperti komentar salah satu warga Banjarmasin yang tidak mau disebut namanya, “umai kadabnya , bagagap bajalan, jaka diandaki lampu kadanya pang urang mucil bakamih disia (aduh gelap sekali, berjalan saja hanya bisa meraba, kalau di pasang penerangan tentu tidak ada orang nakal yang buang air kecil di sini)” katanya sambil menutup hidung dan cepat-cepat berlalu.
Ha-hal kecil yang sepertinya sepele dan luput dari perhatian penyelenggara Festival, bisa saja menjadi memalukan bagi penyelenggara atau membahayakan pengunjung, apalagi bila ada turis mancanegara yang ikut menyaksikan jalannya acara. ara/mb05


-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Minggu 26 September 2010 – TIDAK DI MUAT

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Lima Wakil Kalimantan Akan Bertarung di Pentas Nasional

BANJARMASIN – Masyarakat memadati halaman parkir Sentra Antasri, tempat diselenggarakannya Audisi Utama KDStar Wilayah Kalimantan pada Minggu (26/9) siang. Walaupun saat itu ditengah guyuran hujan, namun tidak menyurutkan warga Banjarmasin untuk menyaksikan Event Dangdut Nasional yang diselenggarakan oleh TPI ini.
 30 orang peserta saling mengadu keahlian dalam menyanyi dangdut diatas panggung audisi utama wilayah Kalimantan, yang sebelumnya telah diseleksi dari 100 peserta Bintang Radio KDIStar di Radio Pelangi FM Banjarmasin dan Radio Pro 2 FM Samarinda.
Sebelumnya, Viny Felasiani, Humas TPI mengabarkan bahwa saat berlangsungnya seleksi 100 peserta di Hotel Victoria Banjarmasin pada Sabtu (25/9) siang,  Wakil Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Resnawan sempat hadir untuk menyaksikan langsung pra audisi.
Berselang beberapa jam, kurang lebih pukul 14.00 wita Walikota Banjarmasin H. Muhidin bersama istri ikut pula bertandang untuk menyaksikan proses tersebut.

Halaman parkir Sentra Antasri
Eksplorasi habis-habisan dan reality show dari 30 peserta di atas panggung audisi utama depan Sentra Antasari, ditonton secara langsung ratusan warga, benar-benar menguji mental para peserta audisi KDIStar. Hingga akhirnya 3 juri nasional yang terdiri dari penyanyi senior Trie Utami, penyanyi dangdut Chintya Sari dan Jul Ahmad yang dikenal dengan julukan Menir Kriwil memutuskan 5 orang peserta yang pantas untuk mewakili wilayah Kalimantan untuk berangkat ke Jakarta.
Lima peserta tersebut yaitu, Dedi Hermansyah dan Lia Puspita dari Samarinda, Fauziah A dari Tenggarong, Siti Nur Hayati dari Kutai Kartanegara, kemudian terakhir Mulia Sari dari Pelaihari.
“Setelah selesai semua audisi di seluruh kota di Indonesia, rencananya kelima peserta yang lolos seleksi wilayah Kalimantan ini akan berangkat bersama-sama ke Jakarta pada bulan Oktober. Keberangkatan itu sendiri ditanggung oleh TPI. Tadi setelah acara selesai kurang lebih pukul 18.00 wita, kelima peserta ini juga telah di brifing oleh Tim KDIStar dari TPI, mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk berangkat ke Jakarta,” ujar Vini memberikan penjelasan. ara/mb05
 

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Minggu 26 September 2010 – TIDAK DI MUAT

Photo-photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska






MB - Mendekati Lebaran Tukang Urut Kebanjiran Pasien

BANJARMASIN – Suatu tradisi lama dalam masyarakat Banjar sebelum ilmu kedokteran moderen semakin dikenal, bila patah tulang atau keseleo yaitu dengan di urut (di pijat). Tradisi itu masih melekat hingga sekarang bukan cuma pada masyarakat asli Banjar tetapi juga oleh masyarakat pendatang.
Salah seorang tukang urut spesialisasi patah tulang dan keseleo yang ada di Pangambangan yang dikenal oleh masyarakat dengan panggilan tukang urut H Kumis, berkata “dimulai dari H-10 hingga H+10 akan banyak yang datang kesini, itu karena di jalan raya arus kendaraan sangat padat, orang-orang pada tergesa-gesa sehinga sering terjadi kecelakaan, baik yang keseleo ataupun lebih parah lagi bisa patah tulang.
Bahkan sampai hari raya ada saja yang datang untuk minta urut, kalau saya hari itu ada dirumah, ya saya layani. Disini bukan cuma diurut, tapi ada juga obat yang akan dibeli pasien diapotik” ujarnya.
Dari yang Mata Banua lihat, memang banyak pasien yang antri, bahkan sampai anak-anak. Gajali, salah seorang pasien yang pergelangan kaki kirinya retak karena ditabrak orang didepan kantor pajak jalan Gatot Subroto, berkata “di tempat H Kumis ini, biayanya suka rela dan keahliannya sudah dikenal sangat baik oleh orang banyak. Tadi sebelum kemari, kaki saya rasanya sakit sekali tapi setelah diurut sudah tidak terlalu sakit lagi” katanya.
Mukhlis Maman, Pemerhati budaya Kalsel ini membenarkan “baurut adalah bagian budaya masyarakat Banjar. Tidak cuma patah tulang dan keseleo, bagi orang Banjar yang garing mariap dingin (demam) pun juga akan diurut, hal ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan masyarakat Banjar, hingga lebih memilih datang ke tukang urut dari pada ke dokter.
Sebenarnya yang menjadi inti dari pilihan masyarakat Banjar itu sediri adalah do’a yang dibacakan tukang urut, setelah selesai mengurut seseorang. Do’a dan ayat-ayat yang dibacakan oleh tukang urut menjadi obat yang sangat paten untuk kesembuhan pasien” pungkasnya. ara/mb05


-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Rabu 08 September 2010 – TIDAK DI MUAT

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Diskusi Dan Buka Puasa Bersama Sastrawan

BANJARMASIN – Permasalahan Dewan Kesenian (DK) Kota Banjarmasin yang mati suri menjadi pokok diskusi yang dibicarakan dalam buka puasa bersama sastrawan dan seniman yang diselenggarakan oleh KSI Banjarmasin pada Rabu (1/9) yang lalu di Gedung Warga Sari Taman Budaya Banjarmasin. Dalam acara ini juga dihadiri sastrawan Banjarbaru, ketua harian DK Provinsi, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kota Banjarmasin, sastrawan dan seniman lainnya.
Diskusi dimoderatori oleh Hajriansyah, dan sebagai pembicaraan awal dimulai oleh Agus Suseno yang mengutarakan bahwa kota Banjarmasin mempunyai DK, tetapi hingga sekarang masih mati suri.
Menurut Agus “memang sudah ada upaya dari kelompok-kelompok seni yang berusaha untuk menghidupkan DK kembali tapi selalu saja ada kendala hingga Musen (Musawarah Seni) tidak bisa dilaksanakan.
Untuk itu para seniman perlu berhimpun kemudian sama-sama menghadap ke Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin yang membidangi Seni Budaya, untuk membicarakan perkembangan seni dan budaya, karena salah satu permasalahan seni di kota Banjarmasin yaitu tidak punya gedung kesenian, yang ada saat ini hanya gedung kesenian milik provinsi yaitu di Taman Budaya” ujarnya.
Sementara itu Ali Syamsudin Arsi, mengarahkan pada pendidikan sastra dan mempertanyakan dari tujuan KSI sebenarnya, agar program yang akan dijalankan tidak melenceng dari yang seharusnya. Menanggapi permasalahan DK, ia berkata “persoalan yang kita hadapi ini hanyalah permasalahan klasik dan pertemuan seperti ini hanya nostalgia, tinggal bagaimana gerakan yang harus dilakukan.”
Dalam kesempatan itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kota Banjarmasin Mujiyat SSn M Pd, menanggapi keluhan seniman, ia berkata “harus ada ikatan antara pelaku seni dan pemerintah. Pemerintah sebagai pengayom tentunya yang diayomi bisa memberikan informasi yang bagus dan ini semua takkan bisa terlaksana tanpa membangun komunikasi yang baik.”
Kemudian, Alfonso dari kelompok perkusi, lebih menekankan pada diri seniman itu sendiri, seniman dan budayawan katanya harus mendedikasikan diri dengan sungguh-sungguh, dan ia juga mengatakan kesenian adalah tanggung jawab semua stekholder.
Menutup diskusi Syarifuddin, ketua harian DK Provinsi mengatakan bahwa setiap komunitas seni harus membangun jati dirinya, agar bisa membina prestasi dengan memperkuat aktifitas kegiatan, dan itu ia juga mengakui kalau peran DK akan semakin mengecil bila tuntutan-tuntutan dari masyarakat seni tidak bisa diperjuangkan. ara/mb05


Lomba Cipta Puisi Religius untuk Pelajar & Mahasiswa
dalam Rangka Menyambut Bulan Suci Ramadhan & Hari Raya Idul Fitri.
Lomba dimulai dari tanggal 11 Agustus hingga 11 September 2010.
Puisi di kirim melalui SMS, ketik : PUISI<spasi>isi puisi kirim ke 3954.
Isi puisi minimal 4 baris – maksimal 255 karakter.
5 judul puisi terbaik non kategore peringkat, mendapat vocher dengan total nominal jutaan rupiah dari Telkomsel, 50 judul puisi nominasi akan dimasukkan dalam Antologi Puisi Religius Indonesia.
Lomba ini dilaksanakan oleh
KELOMPOK STUDI SENI BUDAYA SOSIAL SASTRA
dan di dukung oleh Art Partner serta Harian Pagi Mata Banua.
Informasi selengkapnya, dan kreteria penilaian bisa di lihat di http://artpartner.blogspot.com
atau di facebook pada Grup Art Partner Line
hotline : 085249903859 – 085248627538

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Minggu 05 September 2010 – TIDAK DI MUAT


Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Pemenang Lomba Cipta Puisi Aruh Sastra Vii Di Tanjung

BANJARMASIN –Aruh Sastra Kalsel VII di Tanjung akan dilaksanakan pada 26 sd 28 November 2010, dengan rangkaian kegiatan yaitu Lomba Cipta Puisi Bahasa Banjar, Lomba Mengarang Cerpen Bahasa Banjar, Lomba Basyair, Lomba Madihin, dan Penerbitan Buku Kumpulan Puisi Sastrawan Kalsel.
Koordinator juri Lomba Cipta Puisi Bahasa Banjar dan Lomba Mengarang Cerpen Bahasa Banjar, Agus Suseno pada Jumat (03/9) mengatakan “dari 120 judul puisi yang masuk dengan juri Arsyad Indradi, Ali Syamsuddin Arsy, Zulfaisal Putra dan 68 judul cerpen yang masuk dengan juri Jamal TS, Aliman Syahrani, Nailiya Nikmah. Minggu (29/8) para juri bersidang di Taman Budaya Banjarmasin, yang kemudian menetapkan:

Juara Lomba Cipta Puisi Bahasa Banjar
Juara I - Manyanggar Banua (Erika.A), II – Diang Hirang (Syarifudin), III Mambuang Tatunjuk, Manggantung Tajak (Aria.P). Juara harapan: Maratus (ESFA), Madam (Rahmatiah), dan Sapanjadi (M.Nahdiansyah). Kemudian 19 judul puisi nominasi: Karasmin Sungai, Kariau, Bubur Habang Bubur Putih, Syair Mangganang Paguruan, Kumarau Landang, Kamarau Lingkah Dapatnya Banyu, Ada Masigit di Hatiku, Wawarah Pikurat, Gasan Mamanya Nabil, Lalakun, Handak Waras, Tihang, Karindangan Saurangan, Mahayabang, Kunci Naraka, Mandulang Intan, Papat Pitulur Panglima Wangkang, dan Marasnya Bumiku.

Juara Lomba Mengarang Cerpen Bahasa Banjar
Juara I - Tagaian (Erika.A), II – Bapintaran (M.Fuad.R), III - Kada Tamakan Habar Lagi (Koariah.W). Juara harapan dengan judul: Manggantang Sayang, Kada Bakasudahan, dan Jujuran. 

Para pemenang dan nominator diminta untuk menghubungi panitia dengan contak person 085249954849, untuk penyusunan buku yang akan diterbitkan, selambatnya tanggal 7 September 2010” ujar Agus.
Salah satu juri Lomba Cipta Puisi Bahasa Banjar, Ali Syamsudin Arsi, berkomentar “ada kesenjangan dari karya yang masuk karena banyak yang masih pemula. Sementara yang menjadi juara satu dari karyanya mempunyai konteks yang kuat tapi tema mengambang.
Kemudian peserta lain banyak bahasa yang mereka gunakan campur aduk, tidak tetap apakah menggunakan bahasa banjar hulu atau bahasa banjar kuala. Maka sepatutnya lomba seperti ini lebih digiatkan lagi agar ada penguatan, tidak cuma satu tahun sekali” katanya.
Di lain pihak salah satu juri Lomba Mengarang Cerpen Bahasa Banjar, Nailiya Nikmah, berkata “secara umum, semua naskah standar aja, tapi memang ada beberapa yang memiliki nilai lebih, terutama dalam hal ide cerita dan diksi. Problemnya masih banyak peserta yang memakai bahasa Banjar terjemahan dari bahasa Indonesia, jadi maknanya kurang tepat. Ibarat makanan rasanya kurang pas dilidah” pungkasnya. ara/mb05

Lomba Cipta Puisi Religius untuk Pelajar & Mahasiswa
dalam Rangka Menyambut Bulan Suci Ramadhan & Hari Raya Idul Fitri.
Lomba dimulai dari tanggal 11 Agustus hingga 11 September 2010.
Puisi di kirim melalui SMS, ketik : PUISI<spasi>isi puisi kirim ke 3954.
Isi puisi minimal 4 baris – maksimal 255 karakter.
5 judul puisi terbaik non kategore peringkat, mendapat vocher dengan total nominal jutaan rupiah dari Telkomsel, 50 judul puisi nominasi akan dimasukkan dalam Antologi Puisi Religius Indonesia.
Lomba ini dilaksanakan oleh
KELOMPOK STUDI SENI BUDAYA SOSIAL SASTRA
dan di dukung oleh Art Partner serta Harian Pagi Mata Banua.
Informasi selengkapnya, dan kreteria penilaian bisa di lihat di http://artpartner.blogspot.com
atau di facebook pada Grup Art Partner Line
hotline : 085249903859 – 085248627538

-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Jumat 03 September 2010 – TIDAK DI MUAT

MB - Buka Puasa FKIP Unlam Banjarmasin

BANJARMASIN – FKIP Unlam Banjarmasin menggelar buka puasa bersama sebagai ungkapan syukur atas rangkaian acara yang telah selesai dilaksanakan. Buka puasa bersama juga dimaksudkan untuk mengucapkan terima kasih kepada panitia yang telah melaksanakan tugas. Baik dari pihak mahasiswa dalam Kegiatan Oreantasi Mahasiswa Baru (KOMA) ataupun panitia dari pihak Fakultas.
Setelah melalui rangkaian Program Persiapan Belajar (P2B) dari Senin hingga Kamis (2/9) siang kegiatan tersebut selesai dilaksanakan, dan sebagai penutup diadakan buka puasa bersama antara fakultas dan panitia pelaksana. Selanjutnya kegiatan akan dilanjutkan oleh jurusan masing-masing dari Sabtu dan Minggu.
Naparin, PD3 Bidang Kemahasiswaan FKIP Unlam mengatakan “bahwa dari 6000 calon mahasiswa yang mendaftar di Unlam, 4000 masuk di FKIP dan yang diterima ada 1300 orang. Jadi peminat yang masuk FKIP itu lebih banyak dari fakultas lain.
Jumlah panitia yang telah melaksanakan P2B, dari mahasiswa ada 132 orang perwakilan dari semua organisasi yang ada di FKIP, dan dari fakultas ada 36 orang yang sebagian dari dosen. Dari evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, tentunya tahun ini program berlangsung sangat baik” katanya.
Disinggung mengenai dua fakultas baru di FKIP Unlam Banjarmasin Naparin menjelaskan “Jurusan Sendra Tasik (Seni Tari, Drama dan Musik) sudah 2 tahun, kemudian Jurusan BLB (Pendidikan Luar Biasa) baru tahun ini. Dari ke dua fakultas baru ini, cukup banyak peminatnya.
Tapi kita masih belum bisa menerima banyak mahasiswa, karena fasilitas alat Bantu belajar masih belum lengkap, seperti tari yang memerlukan ruang kaca dan yang lainnya” ungkap PD3 FKIP Unlam Banjarmasin ini.
Sebelumnya pada siangnya pukul 15.00 wita Mata Banua meminta komentar dari mahasiswi baru yang selesai mengikuti acara KOMA, Okta berasal dari SMA 1 Satui Tanah Bumbu, mengatakan bahwa ia sangat senang telah mengikuti program KOMA dan menurutnya semua panitia cukup baik.
Nantinya Okta ingin bergabung dalam organisasi seni karena ia sangat suka dengan aktivitas teater. Setelah mendengar akan adanya Perda Seni dari Provinsi yang mengatur bahwa mahasiswa dan pelajar yang berprestasi dalam seni akan mendapat beasiswa, dengan senang Okta berkata “aku siap bergabung untuk memperjuangkan agar Perda ini bisa berjalan” ujar gadis hitam manis ini menjadi lebih bersemangat lagi.
Dilain pihak Abdul Halim, Ketua Pelaksana KOMA, menjelaskan bahwa program orientasi mahasiswa baru yang diadakan FKIP adalah kegitan terakhir, sedang fakultas lain di Unlam sudah melaksanakan lebih dulu.
Menurutnya mahasiswa baru tahun ini tingkat kreatifitas, penghargaan dan penghormatan mereka terhadap kakak tingkatnya sangat bagus dibanding masiswa baru tahun sebelumnya. Walau terpaksa ada 1 orang mahasiswa baru yang tidak diluluskan karena banyak melanggar peraturan yang ditetapkan panitia, tentunya ia harus mengulang tahun depan. Karena tanpa sertifikat orientasi ia tidak akan bisa untuk mendapat beasiswa, mengikuti PAT, dan melaksanakan Wisuda, ungkapnya. ara/mb05


-----------------

Di masukkan di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Kamis 02 September 2010 – TIDAK DI MUAT

Di masukkan kembali di kolom Kotaku, Mata Banua
pada Seni 06 September 2010 – TETAP TIDAK DI MUAT

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Badundang Puisi Kota Seribu Sungai

BANJARMASIN – “Untuk mengangkat dan menggiatkan seni budaya dan sastra, kita akan mengadakan suatu kegiatan bersama seniman dan sastrawan, sebagai lanjutan dari rangkaian peringatan Harlah Kota Banjarmasin. Dalam acara ini kita beri tema Badundang Dalam Puisi Kota Seribu Sungai, yang akan dilaksanakan di Kecamatan Banjarmasin Tengah, pada Jumat malam (1/10) ini. Bertempat di eks lahan rumah dinas Walikota Banjarmasin, yang berada di depan Stadion Lapangan Sepak Bola 17 Mei. Acara dimulai dari pukul 21.00 wita hingga selesai” kata Camat Banjarmasin Tengah H.Hermansyah menjelaskan.
Lanjut Hermansyah “kita di sini cuma sebagai pelaksana, karena ide ini sebenarnya dari Wakil Wali Kota Banjarmasin. Sebagai pelaksanaan dan persiapannya, dilakukan oleh perangkat kecamatan serta semua lurah dikecamatan ini, saling bahu membahu.
Kita akan mengundang Walikota Banjarmasin, Kepala Dinas Pariwisata, Guru-guru pengajar, siswa-siswi SMP dan SMA, serta sudah tentu para seniman dan sastrawan lain. Juga dari masyarakat yang ada di Kota Banjarmasin silahkan untuk datang, karena acara ini terbuka untuk umum.
Acaranya sendiri selain di isi dengan pembacaan puisi dari seniman dan sastrawan, pembacaan puisi dari pejabat pemerintah, juga diharapkan ada siswa-siswi SMP dan SMA yang berani tampil membacakan puisi. Diantara pembacaan puisi diselingi dengan  teaterikal puisi dan musikalisasi puisi.
Rangkaian acara ini sudah dirumuskan bersama-sama dengan Kepala Taman Budaya Ennos Karly. Untuk puisinya disiapkan oleh Micky Hidayat. Acara ini tidak cuma akan dilaksanakan setahun sekali, tapi akan kita kembangkan lebih jauh lagi, entah nantinya dengan lomba cipta puisi atau lainnya,” ujar Hermansyah.
Sementara itu sastrawan Kalsel Micky Hidayat, berkata “puisi yang akan dibacakan di malam Badundang Dalam Puisi Kota Seribu Sungai adalah puisi-puisi yang diambil dari buku Bunga Rampai Puisi Anak Banua, yang saat ini tengah dipersiapkan untuk diterbitkan oleh Taman Budaya”.
Untuk lebih jelas mengenai asal-usul ide pelaksanaan kegiatan ini, Mata Banua menemui Wakil Walikota Banjarmasin, Irwan Anshari di ruang kerjanya pada Kamis siang (30/8).
“Sebenarnya ini berawal dari seruan Walikota untuk lebih menggiatkan kegiatan seni budaya dan sastra, lalu secara sepontan kita menterjemahkannya dalam bentuk kegiatan baca puisi dan silaturahmi budaya.
Kebetulan Kecamatan Banjarmasin Tengah, menyambutnya sebagai pelaksana. Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan tempat yang strategis, karena berada di tengah kota. Saya harapkan Kecamatan lain di Banjarmasin nantinya juga akan melaksanakan acara seperti ini, agar seni budaya dan sastra di daerah kita semakin meningkat,” pungkas Irwan dengan kalem. ara/mb05            

-----------------
Di setor Kamis, 30 September 2010
Di muat Jumat, 01 Oktober 2010/ 22 Syawal 1431 H
-         dengan judul Badundang Dalam Puisi Kota Seribu Sungai
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4



BADUNDANG – Eks lahan rumah dinas Walikota Banjarmasin akan menjadi tempat baca puisi dan silaturahmi budaya, pada Jumat malam (1/10) ini, dengan tema Badundang Dalam Puisi Kota Seribu Sungai

MB - Budaya Tradisional Yang Terlupa Dalam Kampoeng Banjar

BANJARMASIN – Gemerlap lampu berwarna-warni, menghiasi jukung tanglong pada perahu-perahu naga dalam Festival Pasar Terapung dan Budaya Banjar pada Sabtu malam (25/9) yang lalu.
Sementara itu masih menyisakan hasrat warga Banjar yang belum terpenuhi, saat mereka ingin menyaksikan kenangan orang tua-tua dulu. Sedang yang terlihat hanya kemegahan lampu hias dari desain perahu naga yang bernuansa moderen.
Unda sabujurnya handak malihat nang kaya apa lanting urang bahari, jukung urang bahari nang mamakai lampu suar, paling kada ada mudilnya nang baandak dibanyu. Makanya unda mambawa anak kasini, supaya inya tahu. Tapi nang ada ni mudirin-mudirin (aku sebenarnya ingin melihat seperti apa lanting orang dulu, perahu dulu yang menggunakan lampu suar, lalu ada contoh yang diletakkan di air. Oleh karena itu aku mengajak anak kesini, agar tahu. Tapi yang ada ini serba moderen), kata Udin warga jalan Vetran yang datang bersama anaknya.
Sementara itu di stand Kampoeng Banjar, pelajar-pelajar yang mendapat tugas guru kesenian mereka untuk membuat tulisan, mengeluh “di setiap stand, tidak ada petugas yang menjaga bisa menjelaskan dengan baik apa-apa yang dipamerkan. Sehingga kami sulit bertanya, jawabannya banyak tidak tahu. Sedang kue dan makanan tradisional juga tidak banyak, paling tidak disetiap stand ada menampilkan kue-kue tradisional daerah mereka masing-masing, bukan kue yang moderen yang dipajang” tutur Merina, pelajar dari SMKN 1 Banjarmasin.
Dilain pihak, pemerhati budaya Banjar, Mukhlis Maman berkomentar “dalam sebuah event yang bertemakan budaya walau itu didesain secara moderen, tapi aspek tradisional harus diperhatikan dengan baik. Artinya bila ada desain yang moderennya maka yang tradisional juga ditampilkan, walau cuma diletakkan dipinggiran sungai saja. Sehingga masyarakat dapat menyaksikan, bahwa inilah jukung dan lanting paring yang tradisional.
Hal ini juga seharusnya terlihat pula dalam Kampoeng Banjar, kalau itu memang model dari Kampung Banjar, yang lebih utama ditampilkan adalah bagaimana situasi orang Banjar secara tradisional. Contoh, ada orang yang sedang menganyam tikar, orang yang sedang menggosok intan, orang yang sedang membuat kue tradisional seperti kueh ruku dan lain-lain. Bukan hanya photonya saja yang ditampilkan” pungkasnya pada Rabu (29/8) siang dengan Mata Banua. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 29 September 2010
Di muat Rabu, 30 September 2010/ 21 Syawal 1431 H
-         dengan judul Budaya Bernuansa Moderen
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Photo-photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska






MB - Tugas Seni Budaya Bagi Pelajar di Kampoeng Banjar

BANJARMASIN – Kampoeng Banjar adalah salah satu bagian dari rangkaian gelar yang disajikan dalam Festival Pasar Terapung dan Budaya Banjar selama tiga hari yang dimulai dari sabtu (25/9) hingga hari senin, yang lalu.
Di Kampoeng Banjar ini ditampilkan miniatur perkampungan suku banjar yang di ikuti oleh kabupaten/kota yang ada di provinsi kalsel. Musium Lambung Mangkurat tidak ketinggalan turut serta menampilkan replika alat-alat kerajinan rumah tangga masyarakat Banjar, dan beragam perlengkapan budaya lainnya.
Dari keterangan petugas yang menjaga stand Musium Lambung Mangkurat bahwa 70 persen pengunjung dari kalangan pelajar. Diantara pengunjung stand Musium Lambung Mangkurat terlihat dua orang gadis remaja 
Merina dan Auliya yang saat itu tengah asik mencatat dalam bukunya apa-apa yang ada dalam stand tersebut. Saat ditanya Mata Banua apa yang mereka kerjakannya, Merina menjawab “kami dapat tugas dari guru kesenian untuk mengapresiasikan apa-apa yang ada di acara Kampoeng Banjar ini. Nantinya akan dibikin makalah baru dikumpul. Yang menarik di sini adalah miniatul kapal dagang tradisional Banjar” ujar siswi dari SMKN1 Banjarmasin yang mengambil jurusan akutansi.
Sementara itu, Ayu Ratna Sari dari SMPN 1 Banjarmasin dan kawannya Putri Intan dari SMKN4 Banjarmasin, berkomentar “kami lebih tertarik dengan alat-alat rumah tangga trasisional, soalnya sekarang sudah tidak ada lagi. Nantinya ingin melihat koleksi lainnya di Musium Lambung Mangkurat yang ada di Banjarbaru, karena belum pernah kesana” tuturnya dengan malu-malu.
Dilain pihak, mengenai tugas yang diberikan oleh guru kesenian kepada pelajar tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) kota Banjarmasin, Nor Ifansyah pada Selasa (28/9) sore, berkomentar “pendidikan seni bukan hanya dilaksanakan di kelas saja. Tetapi pendidikan seni perlu melihat secara langsung apa yang ada dilapangan. Ini merupakan bagian dari pengajaran dan sudah tentu Disdik sangat mendukung, selama itu dikendalikan oleh guru yang bersangkutan, artinya tidak dibiarkan berkeliaran begitu saja yaitu ada pengawasan dari gurunya” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Selasa, 28 September 2010
Di muat Rabu, 29 September 2010/ 20 Syawal 1431 H
-         dengan judul Safari Tadarus Puisi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska
PERALATAN TRADISIONAL – Replika peralatan tradisional yang dipamerkan dalam stand Musium Lambung Mangkurat di Festival Kampoeng Banjar

Sisa photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Taman Budaya Akan Terbitkan Buku Puisi

BANJARMASIN -  Rabu Sore (22/9) dalam suatu perbincangan dengan Micky Hidayat dikediamannya di Jalan Pramuka, penyair Kalimantan Selatan ini mengatakan bahwa “ia diminta Kepala Taman Budaya untuk mengumpulkan puisi yang bertema sungai dan daerah dari para penyair Kalsel yang nantinya akan diterbitkan oleh Taman Budaya Banjarmasin.”
Untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, Mata Banua menemui Ennos Karly di tempat kerjanya pada Kamis siang (23/9). Kepala Taman Budaya ini dengan sepontan membenarkan hal itu.
Ennos berkata “kita memang akan menerbitkan suatu buku yang diberi judul Bunga Rampai Puisi Anak Banua, pada awalnya saya minta Micky Hidayat untuk mengumpulkan puisi-puisi penyair Kalsel yang bertema sungai, tetapi kata Micky itu sangat sulit yang tentunya akan memakan waktu lama, karena hanya satu tema. Maka di tambahlah tema ke dua, yaitu tentang daerah atau kota.
Penerbitan buku ini adalah sebagai ungkapan syukur, karena daerah kita dikaruniai dengan penyair yang banyak , baik dari yang tua maupun yang muda. Tapi jangan salah mengira kalau buku ini ada kaitan kerjasama dengan panitia ulang tahun kota Banjarmasin, ini murni dari Taman Budaya. Launching buku nanti akan dilaksanakan pada akhir tahun ini, di acara tutup tahun” ujarnya.
Mengenai jumlah cetak dan dana, Ennos tidak mau menyebutkan, katanya ”seberapa dana yang diperoleh dari anggaran proposal yang kami ajukan, sejumlah itulah nanti bukunya akan dicetak. Yang jelas buku ini akan dibagikan untuk penyair dan disumbangkan ke perpustakaan-perpustakaan yang ada di Kalimantan Selatan.
Dari sejumlah agenda rencana pembuatan buku, Taman Budaya Kalimantan Selatan juga akan menerbitkan Buku Biografi Seni dan Budayawan Kalimantan Selatan, serta Buku Pedoman Tari yang berisi pedoman untuk orang yang ingin belajar tari” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Senin, 27 September 2010
Di muat Selasa, 28 September 2010/ 19 Syawal 1431 H
-         dengan judul Taman Budaya Akan Terbitkan Buku Puisi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

MB - Utamakan Penyanyi Yang Sudah Mempunyai Kemampuan

BANJARMASIN – Kontes dangdut TPI yang lebih dikenal dengan nama KDI dengan theme song berjudul ‘Jadilah Bintang’, sekarang akan diwarnai dengan nama dan wajah baru yakni KDISTAR dan theme song baru berjudul ‘Bintang Gemilang’. KDISTAR juga menawarkan konsep audisi dan penyelenggaraan kontes yang berbeda dan serba kekinian”, kata Erik Tamalagi Produser KDI dalam konprensi persnya pada Jumat (24/9) siang di Hotel Victoria Banjarmasin.
Dijelaskan pula bahwa “kalau dulu kontes KDI adalah mencari orang untuk diasah menjadi penyanyi dangdut tingkat nasional, tapi sekarang KDISTAR lebih mengutamakan penyanyi yang sudah jadi, atau penyanyi yang sudah mempunyai kemampuan, untuk diangkat ke kancah musik dangdut nasional. Persyaratan peserta KDISTAR dengan batasan umur dari 15 hingga 25 tahun, tapi tanpa ada batasan status dan pendidikan, walau sudah berkeluarga atau hanya tamatan SMP bisa saja ikut audisi” katanya.
Willyan Gustavirin yang juga Pruduser KDI, menambahkan “tidak sekedar menyanyi, para peserta juga harus siap dengan segala tantangan yang langsung diberikan oleh para juri. Mulai dari perbendaharaan lagu, tekhnik menyanyi, kemampuan berinteraksi dengan penonton, hingga menampilkan bakat-bakat menonjol lainnya seperti presenter, acting, koreografi, atau memainkan salah satu alat musik”.
Mengenai audisinya, Willyan mengatakan “audisi pertama dilakukan langsung di radio yang menjadi mitra penyelenggaraan KDISTAR. Dan Banjarmasin menjadi kota kedua digelarnya audisi setelah Samarinda untuk wilayah Kalimantan. Setelah audisi awal  diselenggarakan oleh radio RRI Pro 2 FM Samarinda dengan jumlah peserta yang lolos ada 30 orang, kemudian di radio Pelangi FM Banjarmasin dengan jumlah peserta yang lolos ada 70 orang.
Dari 100 peserta ini, tim TPI akan menyeleksinya menjadi 30 orang peserta, yang nantinya akan tampil langsung diatas panggung audisi utama pada Minggu 26 September 2010 di Sentra Antasari, Jl. Pangeran Antasari Banjarmasin.
Di panggung audisi utama tingkat daerah inilah, nantinya para juri nasional yang terdiri dari penyanyi senior Trie Utami, penyanyi dangdut Chintya Sari dan Jul Ahmad yang dikenal dengan julukan Menir Kriwil, akan memutuskan 5 finalis untuk mewakili Kalimantan bertarung di panggung nasional, bersaing dengan kota lainnya di Indonesia” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Jumat, 24 September 2010
Di muat Sabtu, 25 September 2010/ 16 Syawal 1431 H
-         dengan judul Utamakan Penyanyi Punya Kemampuan
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska
KDISTAR – Konprensi Pers KDISTAR yang diwakili oleh dua Produser KDI dari TPI, Manager Radio RRI Pro 2 FM Samarinda dan Manager Radio Pelangi FM Banjarmasin di Hotel Victoria Banjarmasin pada Jumat (24/9) siang

MB - Uniska Gandeng Bank Mandiri

BANJARMASIN - Untuk meningkatkan kemandirian pada mahasiswanya, Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary melakukan kerjasama dengan Bank Mandiri.
Ketua Panitia  Orientasi Program Studi Dan Pengenalan Kampus (OSPEK) bagi masiswa baru, Ir Hj Ilhamiyah MM, menjelaskan “bentuk kerjasama ini dalam program Bina Lingkungan, yang meliputi kegiatan kemudahan bantuan modal bagi mahasiswa Uniska yang akan mengembangkan suatu usaha, dengan syarat usaha itu telah berjalan selama 1 tahun. Besarnya bantuan modal yang diberikan sebanyak 10 juta".
Dosen di Fakultas Pertanian Uniska ini, menambahkan "jumlah mahasiswa baru uniska tahun ini ada 1800 orang dari semua jurusan, yang terbanyak mahasiswa barunya ada di FKIP kurang lebih 600 orang.
Ospek dilakukan selama 4 hari. Dimulai dari Senin (20/9) dan Selasa, yang kegiatannya dilaksanakan di Aula Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Sedang Rabu dan Kamis barulah kegiatan dilakukan di halaman dan Kampus Uniska Banjarmasin.
Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Daerah menjadi materi utama, karena yang menjadi nara sumber adalah Gubernur Kalimantan Selatan Drs H Rudy Ariffin MM, yang dijadwalkan pada hari Senin, pukul 09.30 wita.
Sedangkan materi lain yang diberikan meliputi Sistem Pendidikan Perguruan Tinggi, Struktur dan Peran Lembaga Kemahasiswaan sebagai Media Pembelajaran dalam Konsep Student Govermen, Sosialisasi dan pencegahan (NAFZA), Narkotika Psikotropika Zat Adiktif, pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, dan Kewirausahaan (PNPM). Serta materi lain yang berhubungan dengan Kampus Uniska” ujarnya.
Dalam Ospek, menurut Ilhamiyah “diadakan Pameran Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di halaman kampus Uniska. Pameran ini menjadi sebuah kegiatan rutin tiap tahun saat Ospek.
Pameran diikuti oleh semua UKM yang ada dalam Kampus Uniska, baik dari Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) hingga Sanggar Seni. Kegiatan pameran dilakukan agar mahasiswa baru mengenal akan UKM yang ada di Kampusnya sendiri" pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Kamis, 23 September 2010
Di muat Sabtu, 25 September 2010/ 16 Syawal 1431 H
-         dengan judul Uniska Gandeng Bank Mandiri

Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska

MB - Café Seniman Wadah Barucau

BANJARMASIN – Tidak cuma remaja yang perlu tempat untuk nongkrong dan bersantai sambil ngobrol, seniman juga memerlukannya. Warung Komisi XI itulah nama yang diberikan para seniman untuk warung minum yang terletak di sudut lapangan parkir depan gedung Balairung Sari Taman Budaya.
“Kawan-kawan perlu tempat yang murah meriah, mengobrol (barucau) dan sambil minum kopi. Suasana yang santai dan sederhanalah yang biasanya akan melahirkan ide-ide kreatif. Bila seniman sudah berkumpul yang dibicarakan bukan cuma tentang seni tapi juga masalah daerah dan politik” kata Micky Hidayat, sastrawan Kalsel pada Selasa (21/9).
Sementara itu di Banjarbaru senimannya juga punya tempat khusus untuk bersantai, yaitu di Posko Seni Pujasera. Terletak di sudut Minggu Raya sebrang Lapangan Murjani, menjadi tempat ideal sebagai tempat kumpul-kumpul.
Deretan warung makan dan minum yang terdapat di Minggu Raya memudahkan seniman untuk memesan minum, walau cuma secangkir kopi susu. Sebuah pos keamanan yang tidak terpakai di sudut Minggu Raya, di sulap oleh Hands Ranjiwa menjadi studio lukis, dan di depannya disusun meja dan kursi untuk tempat tongkrongan bersantai.
Hands, lelaki asal Padang yang menetap di Banjarbaru ini, berkata “di sini bisa sambil mejeng, apalagi kalau malam minggu. Minggu Raya dan Lapangan Dr Murjani akan penuh dengan anak muda yang sedang jalan-jalan. Sementara itu ditengah-tengah dua tempat tersebut di sudut Minggu Raya, para seniman mengobrol membicarakan beragam keadaan” ujarnya.
Hands melanjutkan “walau saya orang baru di dunia seni Kalsel tapi saya sudah merasa betah disini, banyak hal yang ingin saya lakukan, seperti menyediakan tempat berkumpul untuk rekan-rekan seni, juga merekrut anak-anak yang sering mangkal di Minggu Raya, agar mereka menjadi generasi yang terarah dengan pelatihan seni” ungkap Hans, mengenai keberadaannya di kota yang berjuluk Kota Idaman. ara/mb05


-----------------
Di setor Rabu, 22 September 2010
Di muat Seni, 27 September 2010/ 18 Syawal 1431 H
-         dengan judul Café Seniman Wadah Barucau
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska
WARUNG - Tempat para seniman Banjarmasin bersantai minum kopi sambil berdiskusi di warung Komisi XI, yang terletak di sudut lapangan parkir depan gedung Balairung Sari Taman Budaya Banjarmasin.



Sisa photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska


MB - Sarjana Seni Bukan Pekerja Seni

BANJARMASIN – Beberapa perguruan tinggi di Banjarmasin sudah mulai melirik  program studi seni, yang nantinya akan melahirkan sarjana yang mempunyai keahlian sebagai pengajar seni.
Seperti yang dilakukan FKIP Unlam dengan jurusan Sendratasik (seni drama, tari dan musik dan STKIP PGRI dengan jurusan Tarinya. Tetapi mereka dididik untuk menjadi guru seni bukan sebagai pekerja seni.
Mengenai peminat  sebagai pengajar seni, Naparin PD3 Bidang Kemahasiswaan FKIP Unlam Banjarmasin, mengatalan “banyak calon mahasiswa yang berminat mendaftar di jurusan Sendratasik. Namun untuk mahasiswa yang diterima masih dibatasi, karena fasilitas alat bantu perkuliahan masih belum lengkap, seperti tari yang memerlukan ruang kaca dan fasilitas yang lainnya” ujarnya.
Dilain pihak, Sirajul Huda, tokoh tari Kalsel yang juga menjadi dosen tari STKIP PGRI, berkata “STKIP PGRI Banjarmasin sendiri sudah melahirkan sarjana tari angkatan pertama, dan insya Allah tahun ini akan kembali memasuki sarjana tari angkatan ke dua.
Namun untuk menjadi pekerja seni, ia menambahkan “sarjana tari yang dihasilkan perguruan tinggi, masih belum bisa menjadi pekerja seni. Karena mereka hanya diajarkan untuk menjadi guru, lebih jauh mereka harus melalui proses yang cukup panjang. Antara lain, jam terbang naik panggung yang tinggi, sehingga mereka akan mempunyai pengalaman yang banyak, dan akhirnya mampu mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam mementaskan atau menciptakan gerakan tari” katanya.
Mengenai guru seni, dalam suatu kesempatan lain tokoh sastra Kalsel Hamamy adabi memisalkannya dengan guru bahasa, katanya “kita lihat keadaan guru-guru bahasa disekolah, mereka mengajarkan cara membuat puisi, cerpen, novel dll, kepada murid-murid atau siswa tapi apakah guru itu sendiri bisa melakukannya, tentunya hanya 1% yang memang benar-benar bisa. Nah, seperti itu juga dengan guru seni, pungkasnya sambil berseloroh. ara/mb05


-----------------
Di setor Selasa, 21 September 2010
Di muat Jumat, 24 September 2010/ 15 Syawal 1431 H
-         dengan judul Sarjana Seni Bukan Pekerja Seni
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

MB - Sistem Pembinaan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi

BANJARMASIN – Selama tiga hari 735 mahasiswa baru Universtas Achmad Yani (UVAYA) mengikuti kegiatan OMB (Orientasi Mahasiswa Baru) tahun akademik 2010/2011. OMB dimulai dari Kamis untuk pengarahan, kemudian dilanjutkan pada  Sabtu dan ditutup pada Minggu (19/9) sore. Pelaksanaan OMB ini dilaksanakan serentak di Uvaya Banjarmasin dan Uvaya Banjarbaru.
Ir Hastirullah Fitrah MP, berkata “melalui OMB kita wujudkan mahsiswa yang profesional, berjiwa Pancasila, memiliki moral dan akhlak serta rasa nasionalisme yang tinggi. Tentunya hal ini menjadi materi utama dan pengenalan yang baik selama kegiatan.
Pada akhirnya, bekal yang telah diberikan dalam kegiatan ini, menjadi dasar bagi penerapan sistem pembinaan kemahasiswaan yang terprogram dengan baik, seta melibatkan semua elemen kampus” katanya.
Pembantu Rektor III Uvaya yang akrab dengan mahasiswa ini, menambahkan “tahun ini ada 100% penigkatan jumlah mahasiswa. Semua usaha  yang sudah dilakukan ini tidak akan berhenti sampai disini saja, tapi akan ditingkatkan lagi untuk tahun-tahun mendatang, melebarkan sayap yang mengarah kepada program studi baru.
Karena OMB dilaksanakan secara bersamaan antara Uvaya Banjarmasin dan Uvaya Banjarbaru, maka panitia pelaksana dari mahasiswa dibagi mejadi dua bagian. Panitia OMB dari Uvaya Banjarmasin bertugas di Banjarbaru dan Panitia OMB dari Banjarbaru bertugas di Banjarmasin. Pungsi dari pertukaran panitia ini agar mahasiswa baru yang ada di Banjarmasin mengenal kakak-kakak tingkat mereka yang ada di Banjarbaru dan begitu pula sebaliknya.
Sedangkan materi yang diberikan dalam OMB antara lain: Peranan mahasiswa dalam bela Negara dan pembinaan semangat nasionalisme. Peranan mahasiswa dalam memerangi bahaya narkoba. Sistem pendidikan tinggi. Struktur organisasi Uvaya. Pengembangan sikap positif (optimisme) dan kejujuran. Sukses luar biasa (tinjauan spiritual). Kemudian sistem pembinaan diperguruan tinggi menjadi materi penutup.
Materi ceramah diberikan oleh dosen-dosen pengajar dari Uvaya, sedangkan dari luar diisi dari KODIM 1007 dan BNP Kalsel. Semua materi diatas bersifat interaktif, melalui diskusi dan tanya jawab. Sehingga rasa ingn tahu dan pemikiran kreatif dari mahasiswa baru bisa digali lebih jauh dan lebih mendalam” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Senin, 20 September 2010
Di muat Kamis, 23 September 2010/ 14 Syawal 1431 H
-         dengan judul Uvaya Gelar OMB
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska


MB - Dewan Kesenian Banjarmasin Mati Suri 3 Tahun

BANJARMASIN – Daerah-daerah lain di Kalsel mempunyai Dewan Kesenian (DK) yang cukup aktif dalam kegiatannya. Sementara itu Dewan Kesenian Kota Banjarmasin seperti tenggelam dalam hiruk-pikuk ibu Kota Provinsi. Permasalahan dalam tubuh DK kota Banjarmasin, terus berlarut-larut tanpa ada penyelesaian.
Agus Suseno mengutarakan “sebenarnaya kota Banjarmasin mempunyai DK, tetapi hingga sekarang masih mati suri. Memang sudah ada upaya dari kelompok-kelompok seni yang berusaha untuk menghidupkannya kembali tapi selalu saja ada kendala hingga Musen (Musawarah Seniman) tidak bisa dilaksanakan”.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kota Banjarmasin Mujiyat SSn M Pd, mengatakan “harus ada ikatan antara pelaku seni dengan pemerintah yang berpungsi sebagai pengayom. 
Tentunya yang diayomi bisa memberikan informasi yang bagus dan ini semua takkan bisa terlaksana tanpa membangun komunikasi yang baik, hingga semua kendala dan permasalahan bisa diselesaikan. Ketidak terbukaan itulah yang menyebabkan persoalan DK kota Banjarmasin hingga sekarang berlarut-larut” ujarnya.
Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Drs Syarifuddin R, berkata “kalau peran DK akan semakin mengecil, bila tuntutan-tuntutan dari masyarakat seni tidak bisa diperjuangkan.
DK provinsi sudah mengeluarkan mandat, agar DK kota Banjarmasin segera membentuk kepengurusannya” katanya.
Tanggapan dari Syarifuddin ini menjadi jawaban atas persoalan DK kota Banjarmasin yang seperti tidak dipedulikan oleh masyarakat seni Banjarmasin, karena mereka merasa tidak pernah diayomi oleh lembaga yang seharusnya membina mereka.
Micky Hidayat, sastrawan Kalsel menekankan pentingnya DK kota Banjarmasin dihidupkan kembali, katanya “DK kota Banjarmasin memang harus diaktifkan lagi setelah mengalami kevakuman, seingatku kalau tidak salah akhir periode kepengurusan tahun 2004 – 2007 yang lalu. Periode kepengurusan DK kota Banjarmasin selama 3 tahun, tentunya pengaktifannya kembali harus melalui Musen.
Ironi memang, Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi dan menjadi barometer berkesenian di Kalsel, tidak memiliki DK. Musen harus segera dilaksanakan, dan yang terpenting pengurusnya mendatang harus dipegang oleh orang yang punya komitmen tinggi terhadap dunia kesenian di Banjarmasin” ujarnya.

Tanggapan pengurus DKs Kota periode yang lalu

Abdullah, Sp. pada Jumat (17/9) sore memberikan alasan mengapa DK kota Banjarmasin masih tidak terbentuk kepengurusan resminya, katanya “kami sudah ada upaya untuk membentuk pengurus yang baru dengan susunan pengurus 25% diambil dari pengurus lama, dan sisanya dari seniman-seniman perwakilan setiap kelompok seni yang belum pernah sebagai pengurus DK kota Banjarmasin.
Keputusan tim formatur yang beranggotakan 5 orang telah menetapkan kepengurusan DKs Kota Bjm bagi periode mendatang, yaitu sebagai Ketua dipegang oleh Jumanhari, dengan Wakil Ketua Abdullah Sp, Sekertaris Hajriansyah, dan bendahara Reja Wardana” katanya.
Abdullah mengakui “usaha pembentukan pengurus baru ini memang tanpa melalui Musen, karena untuk Musen perlu biaya yang tidak sedikit. Tapi usaha yang kami lakukan ini mendapat protes dari sebagian seniman di Banjarmasin, yang menginginkan adanya Musen dan LPJ.
Tepaksa keputusan pengurus baru ini kami pending dulu, karena dianggap elegal. Kalau kawan-kawan seniman ingin mengadakan Musen, silahkan bentuk panitianya, kami pengurus DK Kota Banjarmasin periode yang lama, siap untuk menghadirinya bila diundang” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Jumat, 17 September 2010
Di muat Rabu, 22 September 2010/ 13 Syawal 1431 H
-         dengan judul Dewan Kesenian 3 Tahun Mati Suri
-         di Head Line, kolom Catatan Kaki, Mata Banua halaman 1

dan di muat pula pada Sabtu, 25 September 2010/ 16 Syawal 1431 H
-         dengan judul DKs Banjarmasin ‘Mati Suri’
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska



MB - Kain Sasirangan Palsu Mengancam

BANJARMASIN – Perkebangan pangsa pasar kain sasirangan yang semakin luas, juga menimbulkan masalah baru dengan banyaknya kain sasirangan palsu yang beredar di tengah masyarakat. Sudah tentu hal ini akan merusak citra dan harga kain sirangan asli, karena kain sasirangan palsu dijual dengan harga yang lebih murah.
Sasirangan adalah kain batik khas Kalimantan Selatan, seperti halnya batik di Jawa, sasirangan ini merupakan batik tradisional di Banjarmasin yang mampu bersaing di pasar asing, hingga Australia.
Sasirangan belakangan ini terus berkembang menyebar ke berbagai daerah, seiring dengan perkembangan dunia mode yang sering mengadaptasi pakaian-pakaian tradisional. Malah terkadang sasirangan sudah menjadi pilihan pakaian resmi suatu acara. Mengenai harga, bisa diperoleh mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung jenis kainnya.
Drs Mukhlis Maman, pemerhati budaya Banjar menjelaskan “sasirangan asal katanya dari menyirang atau kain yang di jelujur dengan benang, kemudian di ikat (di sisit) yang kemudian diwarnai dengan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.
Teknik menjelujur dengan benang inilah yang akan menentukan motif dari kain sasirangan, dan ini dikerjakan dengan tangan yaitu dengan proses manual atau tradisional bukan dengan alat.
Jadi kain sasirangan palsu yang katanya dibuat dengan teknik moderen dengan alat cetak lalu menggunakan pewarna kimia dari cina, tidak bisa dikatakan sebagai kain sasirangan walau motif kainnya sama dengan motif sasirangan” ujarnya.
Lanjut Mukhlis “untuk jenis nama motif sasirangan, saat ini sudah sangat banyak antara lain motif Kulit Kayu, Sarigading, Kembang Tampuk Manggis, Naga Balimbur, Bayam Raja, Iris Pudak, Kulat Kurikit, Jumputan dll.
Maka akan sangat disayangkan bila motif-motif ini tidak dipatenkan, karena sudah terjadi ada motif sasirangan yang dipatenkan oleh Malaysia, tentunya kita yang rugi dari segi budaya, hak produksi maupun harga diri. Ini adalah tugas pemerintah daerah mengatasinya, katanya.
Melalui pemantauan Mata Banua di toko-toko yang menjual kain sasirangan, ada beberapa toko punya cara tersendiri dalam menghadapi beredarnya kain sasirangan palsu. Seperti yang dilakukan oleh toko Sahabat Sasirangan, mereka memajang contoh kain sasirangan yang palsu, sehingga konsumen bisa membedakan mana kain sasirangan asli dan mana yang tidak.
Rudi, pemilik cabang toko Sahabat Sasirangan di jalan Kuripan Banjarmasin, pada Minggu (19/9) siang mengatakan “dengan memajang begini pembeli bisa tahu mana kain sasirangan yang tidak asli. Perbedaan kain sasirangan asli warnanya tidak terlalu terang, karena menggunakan pewarna alami, motifnya tidak rata atau sama atau beraturan, karena dibuat dengan cara manual yaitu dikerjakan dengan tangan oleh pengrajin, motifnya juga lebih kecil.
Untuk motif kain sasirangan asli yang banyak dicari pembeli adalah motif sarigading. Sebagai urang Banjar kita akan mempertahankan teknik pembuatan kain sasirangan secara tradisional
Sedang yang palsu warnanya lebih terang, karena menggunkan pewarna kimia, dikerjakan dengan mecin cetak, ukuran motifnya lebih lebar. Tapi yang jelas kain sasirangan palsu sepengetahuan kami bukan dibuat oleh pengrajin Kalsel melainkan oleh orang luar Kalsel” ujarnya.
Menurut Rudi “kalau hal ini dibiarkan oleh pemerintah, akhirnya nanti akan merusak citra kain sasirangan asli” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Minggu, 19 September 2010
Di muat Selasa, 21 September 2010/ 12 Syawal 1431 H
-         dengan judul Ancam Sasirangan Tradisional
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska