Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Senin, 20 September 2010

MB - Tata Cara Panen Tradisional Semakin Menghilang

BANJARMASIN - Drs. Mukhlis Maman mencemaskan semakin menghilangnya tradisi budaya tradisional masyarakat petani banjar saat melakukan panen padi, ia berkata "saat ini bisa kita lihat, bagaimana petani melakukan tata cara panen, semuanya serba praktis dan menggunakan peralatan moderen.Epesiensi waktu adalah alasan utamanya, tapi bukan berarti warisan budaya dalam tatacara melakukan panen secara tradisional harus ditinggalkan.
Bila hal ini dilakukan akan banyak ciri khas tradisional suatu daerah akan sirna. Misalnya, orang dulu sebelum panen dan sesudah panen akan melakukan acara basalamatan (menjamu tetangga, sebagai ungkapan syukur), peralatan panen yang digunakan adalah ranggaman (alat pemotong padi/ anai-anai), menyaring padi yang hampa dengan gumbaan, alat-alat ini nantinya akan menghilang, sedang alat-alat ini adalah warisan kearipan daerah, yang kemudian diganti dengan peralatan moderen” ujarnya.
Pemerhati budaya yang bekerja sebagai pamong budaya madya di Taman Budaya ini meneruskan perkataannya "dalam tradisi panen tradisional disana juga ada unsur tarian, seperti tari bairik, baahui dan lain sebagainya,  yang tentunya juga akhirnya akan semakin terlupakan. Bairik adalah cara merontokkan padi dengan menggunakan kaki, sedang baahui adalah tarian yang dilakukan bersama-sama sebagai ungkapan syukur" kata Mukhlis menjelaskan lebih lanjut kearipan budaya banjar dalam tata cara adat panen masyarakat petani banjar.
Tanggapan petani tentang tata cara panen saat ini. Amang Duan (65)yang mempunyai 3 orang cucu ini, saat ditemui sedang menjemur hasil panennya di depan rumahnya di sungai tabuk. Katanya "i'ih nang ai, wahini kadada lagi mangatam nang kaya bahari, saraba upahan, saraba duit, saraba praktis, padahal kalakuan nang kaya bahari tu maulah kita lawan urang higa-mahiga rakat, sualnya sambil bagotong royong mangatam, lawan basalamatan (Benar, sekarang tidak ada lagi tata cara panen secara tradisional, ada buruh pekerja, banyak keluar biaya, menghemat waktu, tetapi tata cara panen seperti dulu membuat akrab dengan tetangga, karena ada kegotong royongan dan menjamu tetangga).
Mukhlis, membenarkan apa yang dikatakan petani tua tersebut, katanya ”semakin moderen, semakin menghilang tradisi kearipan budaya, terutama dalam pertanian” ujarnya mengakhiri pembicaraan. ara/mb05


-----------------

Di muat Sabtu, 7 Agustus 2010/ 26 Syaban 1431 H
-         dengan judul Tata Cara Panen Tradisional Ditinggalkan
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


MB - Ayu Labumi Memang Layak Ditampilkan Di Taman Mini Indonesia Indah

BANJARMASIN – Empat belas grup tari dari 9 kota di Kalimantan Selatan pada Selasa malam 3 Agustus 2010 menampilkan keindahan kreasi tari tradisional mereka masing-masing di Balairung Sari Taman Budaya Banjarmasin, dalam rangka Festival Seni Tari Se Kalimantan Selatan yang diadakan oleh Dinas Pariwisata.
Grup-grup tari tersebut antara lain, yaitu Bunga Anggrek (Bjm) dengan judul tari Galuh Dandaman, Nuansa Kambar Kamanikan (Bjm) dengan judul tari Maragap Humbayang, Anum Banua Etnika (Bjm) dengan judul tari Barakatan, Kambang Barenteng (Bjm) dengan judul tari Tari Japin Malenggang Tanggui, Kambang Mayang (Bjb) dengan judul tari Mawar Bertahta, Sinar Pusaka (Batola) dengan judul tari Galuh Basasirangan, Permata Ijejela (Batola) dengan judul tari Malulat Lebo, Rindang Bahalap (Batola) dengan judul tari Gawi Sitana, Bala Hindang (Rantau) dengan judul tari Selendang Bidadari, Posko Labastari (Kandangan) dengan judul tari Santang Panimbang, Agung Lestari (Amuntai) dengan judul tari Kasih Diujung Keris, Duta Seni Tabalong dengan judul tari Baulih Bangkung, Ayu Labumi (Tanah Bumbu) dengan judul tari Juriat, dan grup tari DKK Kota Baru dengan judul tari Putri Pulau Laut.
Ada 5 juri yang menilai penampilan dari setiap grup yaitu Erna Faujiah, Nirma Tajus, Suhairyanti.Ssr, Drs. Mukhlis Maman, dan Awang Yuda.SH.
Acara dimulai pada pukul 20.30 wita, dengan parade artis perwakilan dari semua grup tari peserta festival, kemudian dibuka dengan sambutan dari Haji Muhammad Rusdi sebagai ketua panitia yang membacakan sambutan dari gubernur Kalimantan Selatan yang berhalangan hadir, katanya “diharapkan dari festival tari ini akan bisa menghidupkan kesenian tari yang berkualitas. Faktor media massa sangat menentukan bagi perkembangan tari didaerah ini”.
Menurut Irwan Apiandi, salah satu panitia berkata “setiap grup diberi kesempatan untuk tampil dipanggung selama 7 menit. Pemenang akan mewakili Kalimantan Selatan dalam Festival Tari di Taman Mini Indonesia Indah pada 7 Agustus”.
Harap-harap cemas menanti pengumuman pemenang, hingga akhirnya dewan juri mengumumkan hasil penilaiannya. Pemenang pertama ialah grup tari Ayu Labumi, pemenang kedua dari grup tari Anum Banua Etnika, dan pemenang ke tiga dari grup tari Nuansa Kambar.
Dilain pihak Mata Banua, menemui salah satu juri dan menanyakan apa kelebihan tarian dari grup tari Ayu Labumi sehingga berhak untuk mewakili Kalimantan Selatan dalam Festival Tari di Taman Mini Indonesia Indah. “ketiganya layak untuk dikirim, tapi dari penilaian semua anggota juri bahwa Ayu Labumi lebih siap untuk dikirim, penampilan mereka lebih matang. Dari segi pengungkapan tarian Ayu Labumi lebih mendekati, sedang yang lain kurang polesan baik dari sisi musik, gerak, pola lantai dan komposisi” pungkas Mukhlis Maman. ara/mb05


-----------------

Di muat Rabu, 6 Agustus 2010/ 25 Syaban 1431 H
-         dengan judul Ayu Lanumi Tanbu Layak Ditampilkan Di TMII
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


MB - Lomba Cipta Puisi Religius 2010

BANJARMASIN – "Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk menulis puisi. Setiap orang dapat menulis puisi. Masalahnya, mau atau tidak orang tersebut tergerak untuk menuliskan kata-kata yang mampu mewakili hatinya.
Misalnya, jika sedang sedih, jatuh cinta, kecewa, rindu pada Tuhan atau orang terkasih, semuanya dapat diekspresikan dalam bentuk puisi. Secara dasar puisi adalah merupakan suatu cara dalam menyalurkan setiap pikiran dan perasaan yang terpendam, sehingga menjadi sesuatu yang indah untuk disimak. Sehingga secara tidak langsung menumbuhkan kesadaran moral bagi yang menulisnya dan yang membacanya.
Maka melalui menulis puisi pula kepekaan terhadap suatu permasalahan yang akan dituliskannya akan bertambah.” Itulah komentar Surian Hadi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kelompok Studi Seni Budaya Sastra yang di singkat dengan KeloS SeBSoS.
Sewaktu ditanya apa ada arti lain dari singkatan KeloS SeBSoS, ia menjawab “Kelos; yaitu gulungan benang, Seb; asal kata sebu; yaitu penuh, Sos; asal kata sosi; yaitu anak kunci. Yang apabila disatukan, maknanya menjadi: Sebuah gulungan benang (perjalanan kehidupan) yang penuh dengan anak kunci (sebagai pembuka) dari ilmu pengetahuan dan seni.”
Surian Hadi menambahkan “KeloS SeBSoS baru tahun ini dibentuk, yang beranggota kumpulan dari pelajar, mahasiswa dan pemuda, yang menyukai seni walau bukan pelaku seni. Pada saat berkumpul kami melakukan aktivitas diskusi, latihan silat, tari teater dan sastra. Umurnya memang baru seumur jagung tapi pembina organisasi kami di Artpartner adalah orang-orang yang sudah lama malang melintang dalam aktivitas seni dan keorganisasian” kata calon mahasiswa Politeknik Unlam ini saat ditemui sehabis daftar ulang mahasiswa baru.
Mengenai lomba cipta puisi religius yang akan dilaksanakan pada 11 Agustus s/d 11 September ini,  Lailatussaidah Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, yang dicegat sewaktu akan berangkat kuliah sore, ia berkata “Diharapkan lomba ini akan menjadi dorongan bagi kepekaan rasa terhadap hal-hal religius, sehingga rasa itu akan terbangkitkan dan tersalurkan serta terapresiasi dalam kata yang akhirnya akan menuntun seseorang lebih mendalami pengetahuan agama.
Semakin dalam pengetahuannya tentang agama, semakin menarik pula apa yang dikatakannya dalam puisi tersebut, apapun bentuk jenis-jenis puisi yang dituliskannya (Puisi epik, Puisi naratif, Puisi lirik, Puisi dramatic, Romance, Elegi, Ode, atau Hymne). Sifat puisi yang universal, tidak pernah terlindas oleh waktu, masa lalu ataupun masa yang akan datang, dan bisa diterima oleh berbagai ragam pihak (golongan). Lombanya sendiri tidak dilakukan dengan melalui surat ataupun email, tapi melalui sms. Ini mungkin pertamakali di Kalsel lomba cipta puisi dilalukan pengirimannya puisinya melalui sms.
Untuk aturan pengiriman melalui sms kami sudah bekerja sama dengan Telkomsel sebagai support sponsor yang juga menyediakan hadiah bagi pemenang. Publikaksi pengumuman lomba nanti akan dilakukan melalu media televisi, radio dan cetak, termasuk melalui harian pagi Mata Banua sebagai support publikasi. 50 judul puisi terpilih dari lomba ini nantinya akan dijadikan satu buku antologi puisi religius, bersama penyair daerah dan nasional.
Bukunya sendiri akan dibagikan untuk penulis yang puisinya dimuat dalam buku ini, perpustakaan sekolah, perpustakaan kampus perpustakaan umum, seponsor dan donator, sisanya dibagikan kepada masyarakat umum. Semuanya ini bisa terlaksana dengan dukungan semua pihak” kata gadis yang baru semester empat di Fakultas Keguruan Unlam  ini dengan panjang lebar.
Dian Rahmawati, sekertaris Panitia Pelaksana yang juga satu fakultas dengan Laila, menambahkan “ Tema umum kegiatan kita adalah dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan dan hari raya idul fitri, dengan tema khusus mengurai rasa dalam kata untuk jiwa penyaksi. Lomba diadakan se Indonesia, pesertanya adalah pelajar dan mahasiswa. Tunggu saja pengumuman lombanya di media masa” katanya sambil permisi untuk berangkat kuliah. ara/mb05


-----------------

Di muat Rabu, 5 Agustus 2010/ 24 Syaban 1431 H
-         dengan judul KeloS SeBSos Gelar Lomba Puisi Religius
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5