Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Senin, 16 April 2012

150412-minggu(senin)-Tri Kaya Parisudha dlm dharma santi nyepi hindu (di mozaik).doc


Menyucikan Pikiran Demi Kerukunan Antar Umat

Pikiran adalah asal mula dari tindakan, oleh karena itu harus disucikan. Pikiran yang murni akan terpantul, serta terpancarkan sinar yang menyejukkan orang-orang yang ada di sekitar.
Hal ini diungkapkan oleh I Ketut Artika, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kalsel (periode 2011 – 2016), kepada Mata Banua pada Minggu (15/4) siang. Apa yang dijelaskan Ketut Artika tentang pikiran, terkait makna Dharma Santi umat Hindu Kalsel di Pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel di jalan Gatot Subroto Banjarmasin, pada Sabtu (14/4) malam.
            Menurutnya, menyucikan pikiran merupakan bagian dari Tri Kaya Parisudha, yang merupakan tema dalam Dharma Santi umat Hindu di 2012. Yaitu Dharma Santi yang dilandasi Nilai Nyepi Saka Warsa 1934 dan Tri Kaya Parisudha, Kita Tingkatkan Keukunan, Kedamaian dan Kesejahteraan.
            Tri Kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berpikir yang bersih dan jernih (Manacika), berkata yang benar (Wacika), dan berbuat yang jujur (Kayika).
Tri berarti tiga, kaya berarti karya atau perbuatan atau kerja atau perilaku. Parisudha berarti upaya penyucian. Maka arti keseluruhannya yaitu upaya pembersihan/ penyucian atas tiga perbuatan atau perilaku.
Berpikir yang bersih dan jernih untuk pengendalian pikiran dalam upaya penyuciannya, ada tiga macam. Yaitu tidak menginginkan sesuatu yang tidak layak atau halal, tidak berpikiran negatif terhadap makhluk lain, serta tidak mengingkari hukum Karma Phala yaitu hukum pengatur yang bersifat universal.
            Berkata yang benar, untuk pengendalian dalam upaya penyuciannya, ada empat macam. Yaitu tidak suka mencaci maki, tidak berkata-kata kasar kepada siapapun, tidak menjelek-jelekkan, apalagi memfitnah makhluk lain, serta tidak ingkar janji atau berkata bohong.
            Berbuat yang jujur, untuk pengendaliannya dalam upaya penyucian fisik dan perilaku. Yaitu tidak menyakiti, menyiksa, apalagi membunuh makhluk lain. Tidak berbuat curang, sehingga merugikan orang lain. serta Tidak melakukan perbuatan tercela seperti berjinah dll.
            Oleh karena itu, sangat penting menyucikan pikiran. Karena bila pikiran keruh akan meruwetkan segala urusan. Pikiran murni dan pikiran keruh, sangat tergantung dari cara memandang serta menyikapi persoalan. Untuk menyucikan pikiran, perlu memperbaiki pandangan melalui pemahaman yang baik dan mencukupi tentang ajaran agama.
            “Orang yang mempunyai pikiran yang jernih, tentunya juga akan menjaga kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan antar umat” ujarnya. ara/mb02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar