Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Senin, 16 April 2012

250312-minggu(senin)-Nyepi hindu mengendalikan korupsi (di berita kaki).doc


Photo: mb/ara
NYEPI – Prosesi ritual perayaan Hari Raya Nyepi di Pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel di jalan Gatot Subroto Banjarmasin

Nyepi Mengendalikan Keinginan Korupsi

Keinginan korupsi tergantung dari diri sendiri dan seberapa dalam pendalaman kerohanian. Pengendalian dari keinginan yang akan membawa seseorang, apakah ia akan melakukan perbuatan yang terpuji atau sebaliknya.
Pengendalian diri yang utama tentu tidak terlihat, karena lahir dari rohani. Ibadah luar yang dilakukan juga tidak akan berarti, bila pendalaman rohaninya tidak sebenar-benarnya. Atau tidak seimbang antara rohani dan jasmani, karena bisa saja keinginan yang menyimpang yang tetap dominan.
Semua agama tentunya mengharapkan korupsi hilang, demi kemakmuran dan kesejahteraan umat. Kesadaran dan penyadaran keinginan inilah, yang merupakan hukum sebenarnya.
Hal ini diungkapkan oleh I Ketut Artika, Ketua PHDI Kalsel (periode 2011 – 2016), kepada Mata Banua pada Kamis (22/3) sore, menjelang prosesi ritual perayaan Hari Raya Nyepi di Pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel di jalan Gatot Subroto Banjarmasin.
Kita Adalah Satu, Keragaman Agama Dan Persaudaraan Sesama Umat Beriman Mewujudkan Kedamaian Dan Kesejahteraan, menjadi tema perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1934.
Menurut Ketut Artika, dalam hidup sudah pasti ada keinginan. Keinginan yang tidak terkendali yang akan mengarah pada penyimpangan. Dalam agama Hindu, disebut Catur Purusarttha (empat tujuan akhir).
Tujuan hidup yang pertama adalah Dharma yang berarti agama atau kewajiban. Menjadi manusia yang beragama berarti hidup bermoral, yang akan menjadi landasan hidup berikutnya.
Tujuan hidup kedua adalah Artha, artinya materi atau secara sempit disebut uang. Secara luas Artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi, tapi bagaimana mencapai materi itu harus berdasarkan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama.
Tujuan hidup ketiga adalah Kama, yang dalam arti sempit yaitu kesenangan atau kegemaran, kesenangan bisa berarti pula keinginan. Kama yang dilihat sebagai sarana untuk membantu yang lain, bukan hanya untuk diri sendiri. Kesenangan yang memang harus dikendalikan agar tidak menyimpang.
Tujuan hidup keempat adalah Moksa, yaitu pembebasan akhir dari keinginan. Memperoleh moksa dianggap pencerahan dan kebebasan. Ada empat jalan untuk menuju  Moksa, yaitu pengetahuan, tindakan, pengabdian dan penolakan.
Rangkaian ritual hari raya Nyepi sudah dilaksanakan satu hari sebelumnya yaitu Mekis, Melasti dan hari ini Tahur Sesangu Mecaru di halaman depan pura, dilanjutkan malamnya dengan sembahyang bersama, baru melaksanakan Catur Brata Penyepian empat larangan.
Umat Hindu di Banjarmasin, berkisar 100 kepala keluarga. Itupun yang terdaftar di di Pura Agung Jagat Natha, yang mengikuti kegiatan arisan rutin. Sedangkan yang tidak ikut lebih banyak lagi.
Untuk se-Kalsel kurang lebih ada 35 ribu jiwa. Hampir ditiap kabupaten di Kalsel ada pura, seperti di Batola, Pelaihari, Sebamban, Tanjung, Tapin, dan lainnya. Dan sebagai pusat pura yaitu di Pura Agung Jagat Natha provinsi Kalsel yang terletak di jalan Gatot Subroto Banjarmasin. Setiap perayaan hari raya Nyepi akan datang umat hindu dari daerah lain ke pura Agung Jagat Natha.
Puncak perayaan Nyepi berlangsung pada Jumat dari pukul 06.00 wita hingga pukul 06.00 Sabtu pagi. Dimana di isi dengan melakukan Catur Brata Penyepian, yakni tidak bekerja (Amati Karya), tidak menyalakan api (Amati Geni), tidak bepergian (Amati Lelungan), dan tidak bersenang senang (Amati Lelanguan).
“Pantangan ini sangat sulit dihadapi, dan sungguh amat sulit dilaksanakan. Pantangan yang harus dilewati dengan perjuangan yang sangat berat, karena musuh yang dihadapi adalah nafsu yang ada didalam diri” katanya.
            Tidak bekerja adalah membiarkan pikiran hening, agar bisa melakukan perenungan yang dalam atas apa yang telah dilakukan. Tidak menyalakan api atau mematikan api adalah mematikan nafsu buruk. Tidak bepergian dan tidak mencari hiburan adalah menghilangkan dari pikiran semua kemewahan dan kegemaran yang biasa dilakukan.
Brata penyepian ini dilakukan tanpa ada paksaan dari luar, tanpa pengawasan dari orang lain. Karena pengendalian diri harus muncul dari dalam diri sendiri
            Ketut Artika menghimbau umat hindu di Kalsel, untuk intropeksi diri, mawas diri, mempertebal keimanannya, kerukunan agamanya, baik intern dan antar agama.. Jika tahun lalu suka curang, emosional, berjanji tanpa bukti, korupsi besar atau kecil, maka berbuat baiklah di tahun depan. Kendalikan diri, merenungi kehidupan yang lalu, untuk hari esok yang lebih baik.
Apabila perlu, mari semua agama bersembayang bersama, tentunya dengan cara masing-masing. Lalu berkumpul bersama dan berdoa, semakin sering dilaksanakan  semakin bagus. Karena dengan kebersamaan akan semakin lebih baik.
            “Tidak lupa kami mendoakan saudara-saudara kita yang mendapat musibah air pasang di Tanah Bumbu. Berdoa utuk keamanan semua makhaluk hidup yang ada, mudah-mudahan semua alam semesta selalu bersahabat dengan kita semua”ujarnya. ara/mb02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar