Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Kamis, 29 September 2011

Penguasa Jangan Lupa Siapa Yang Harus Diperkuat

BANJARMASIN – Sebuah puisi akan menimbulkan penafsiran yang berbeda, dari orang yang mendengarnya. Karena makna puisi akan menjadi lebih kaya, bila maknanya menjadi beragam. Sementara pemaknaan tersebut, tergantung dari latar belakang profesi dan tingkat pendidikan seseorang.
Seperti beragam penafsiran dari beberapa tokoh, terhadap puisi karya Emha Ainun Nadjib yang berjudul Seribu Masjid Satu Jumlahnya, yang dipentaskan dalam pagelaran dramatisasi puisi di Gedung Seni Balairung Sari Taman Budaya Kalsel, pada malam Minggu (16/10) yang lalu.
Sebagian dari bait puisinya, yaitu aku menjelma masjid tak berpintu, tak beratap tak berdinding, ayo masuklah, panjatkan do’a: Muhammadkan Hamba ya Rabbi.
Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Syarifuddin R, mengatakan “puisi ini, ambigu yaitu memiliki pengertian yang banyak, jadi tidak bisa diartikan satu saja. Mungkin si A mengartikan ini, si B mengartikan itu. Kalau diangkat dalam bentuk teater akan lebih jelas lagi penafsirannya dan menjadi lebih kaya.
Jadi, kalau dikatakan puisi itu adalah seribu kata-kata, maka itu adalah benar. Maknanya bisa di interprestasikan kemana saja dan diapresiasikan kemana saja. Sisi-sisi dan kekayaan puisi bisa diambil orang dari sudut mana saja.
Pengertian Seribu Masjid Satu Jumlahnya, menafsirkan dimanapun dan berapapun masjidnya, tapi yang disembah cuma satu. Seperti fenomena yang kita lihat di masyarakat, banyaknya aliran keagamaan dimasyarakat yang saling menyalahkan, merasa benar sendiri, tapi yang harus diingat bahwa yang disembah itu cuma satu jua.
Maka janganlah saling bertengkar. Itulah makna yang aku ambil dari puisi tersebut. Dan bila dibahas lagi puisi Emha ini, akan lebih luas lagi maknanya” ujar Syarifuddin.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparpora Kota Banjarmasin, Mujiyat. SS.n,M.Pd, berkomentar “Seribu Masjid Satu Jumlahnya adalah makna sebuah kehidupan, menggambarkan sistem pemerintah.
Yang mana sistem pemerintah itu, kadang-kadang lupa apa yang dipikirkan. Sehingga seribu masjid itu, kalau digambarkan dengan simbol-simbol kehidupan, akan banyak sekali. Tapi orang jarang menyentuh simbol tersebut.
Salah satu contoh simbol, seperti orang yang dalam posisi kuat hanya memperkuat dirinya sendiri. Tapi lupa siapa yang akan diperkuat, padahal dia milik rakyat. Dia merasa memperkuat rakyat tapi dia berkecamuk dalam kelupaan. Maka satu fisi yang punya kehidupan, hingga akhirnya menyentuh perasaan mereka dan menyadarkan kembali.
Dalam sebuah pertunjukan, menampilkan simbol sangat penting. Dan yang harus diperhatikan, makna dari simbol itu jangan sampai hilang. Bila subtansi hilang, makna tidak akan ada esensinya” pungkasnya, dari sudut pandang penguasa daerah. ara/mb05

-----------------
Di setor Rabu, 20 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 23 Oktober 2010/ 15 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Puisi Punya Banyak Arti
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar