Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Selasa, 27 September 2011

Pulihkan Kalsel Untuk Keselamatan Rakyat

BANJARMASIN – Pulihkan Lingkungan Kalsel untuk Keselamatan Rakyat, menjadi tema peringatan milad organisasi gerakan sosial, berbasis pada upaya penyelamatan lingkungan hidup, yaitu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), yang dibentuk pada 15 Oktober 1980.
Untuk Kalsel, momentum peringatan hari kelahiran Walhi, bertempat di Aula Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel, pada Sabtu (16/10) siang, Walhi Kalsel mengundang beberapa Penyair, tokoh-tokoh lingkungan, wartawan yang peduli dengan lingkungan, dan perwakilan mahasiswa pecinta alam dari beberapa Universitas di Kalsel.
Rangkaian acara, selain di isi degan testimoni dan catatan kritis dari para tokoh dan aktivis lingkungan, juga ada penampilan musik akustik. Untuk parade puisi lingkungan, dibacakan oleh penyair senior Kalsel Micky Hidayat, dengan puisi yang berjudul Kalimantan Selatan 2030 Tahun
Selanjutnya Dramawan Kalsel, Yadi Muryadi membacakan puisi dari D.Zauhidhie yang berjudul Orang Gunung. Lalu dari Penyair muda Kalsel, A Rahman A  membacakan dua puisinya yang berjudul, Musim Alam Terzholim Tangisan Waktu dan Prasasti Kehancuran Alam. Kemudian dilanjutkan dengan Isur Loeweng yang membacakan dua puisi yang berjudul, Ke mana Harus Kami Tanam dan Ibu sebenarnya hutan ni milik siapa?.
Semua puisi yang dibacakan tersebut, terkumpul dalam satu Antologi Puisi Lingkungan Kalsel, yang berjudul Konser Kecemasan yang di tebitkan oleh Walhi Kalsel, KSI Banjarmasin dan Art Partner dan di launchingkan pada peringatan hari Bumi 2010 yang lalu.
Dalam pidato politiknya, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Hegar Wahyu Hidayat menyampaikan “rakyat dan lingkungan hidup Indonesia saat ini masih diliputi krisis multidimensional, kemiskinan dan korupsi yang merajalela.
Kekayaan alam terus dieksploitasi, diserahkan pada pihak asing dan pemodal besar. Penegakan hukum bagi penjahat lingkungan dan koruptor masih lemah. Bencana ekologis terus terjadi secara massif.
Dari semua yang terjadi itu, maka meletakkan komunitas, serta jejaring organisasi masyarakat sipil, sebagai mitra kerja strategis advokasi, akan terus kami lanjutkan” ujarnya..
Kemudian testimoni dari Dewan Daerah Walhi Kalsel, mengakui bahwa minimnya kepedulian pemerintah terhadap lingkungan. Dan hal-hal yang berkepentingan dengan infestasi dan ekonomi lebih diutamakan oleh pemerintahan, dibandingkan dengan kesejahteraan dan pengakuan kedaulatan rakyat atas sumber daya alam.
Sementara itu, wartawan senior Kalsel,  Ida mawardi menyatakan “dengan usia 30 tahun untuk Walhi adalah usia yang masih produktif, adalah harapan kita berada di pundak Walhi saat ini.
Kami sebagai wartawan akan siap membantu upaya Walhi, untuk menyelamatkan lingkungan dan masyarakat adat yang termarjinalkan dengan pemberitaan” katanya.
Untuk catatan kritis disampaikan oleh Habib Ali yang menyerukan agar Walhi kembali menyatu dengan masyarakat, dan bekerja sama dengan masyarakat, untuk gerakan perbaikan lingkungan. Ia juga mengatakan agar kedepannya, Walhi bekerja sama dengan tokoh agama. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 17 Oktober 2010
Di muat Kamis, 21 Oktober 2010/ 13 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Untuk Keselamatan Rakyat
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar