BANJARMASIN – Berada di tengah-tengah kota membuat masjid Raya Sabilal Muhtadin tidak pernah sepi dari jama’ah, apalagi dibulan Ramadhan jumlah pengunjung akan semakin meningkat, baik yang datang untuk tujuan beribadah ataupun hanya sekedar bersantai.
Arsitektur bangunan yang khas, di kelilingi oleh taman dan hutan kota menjadi daya tarik bagi pengunjung, walau cuaca siang sangat panas suasana di sekeliling masjid kebanggaan warga Banjarmasin ini tetap sejuk.
Seperti pengakuan beberapa orang ibu-ibu yang ditanya Mata Banua pada suatu sore (20/8) bahwa tujuan mereka datang ke salah satu masjid tua di Kalsel ini adalah untuk ‘itikaf dan beribadah.
Salasiah, wanita berusia kurang lebih 60 tahun dan diam di Kayu Tangi ini berkata bahwa ia sudah ada di sini dari siang sebelum sholat zhuhur dan baru pulang kerumah nanti setelah sholat tarawih.
Sabilal Muhtadin adalah nama sebuah kitab fiqih berbahasa arab melayu karya ulama besar Kalsel, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710 — 1812 M) yang tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal meliwati batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
Oleh karena itu sebagai penghargaan dan penghormatan untuk ulama yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kalsel ini, maka diabadikan nama kitab tersebut pada pada masjid yang berdiri megah didepan sungai Martapura ini, Masjid Raya Sabilal Muhtadin menjadi saksi perkembangan kota Banjarmasin dari waktu kewaktu.
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dibangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, yang sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas.
Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2.
Menara mesjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour berwarna emas yang ditopang oleh susunan kerangka baja.
Dan kubah menara-kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M. Kemudian seperti biasanya yang terdapat pada setiap mesjid raya, maka pada Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk keagungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam.
Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, agar makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu semakin nampak.
Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan. Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis dengan porselein, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik.
Seluruh bangunan Mesjid Raya ini, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.
Sumbangan Satu Bulan Sudah Terpenuhi.
Fahruraji, keamanan Masjid Raya Sabilal Muhtadin menjelaskan: “kalau untuk tahun ini para penyumbang untuk buka puasa selama satu bulan Ramadhan sudah penuh, tidak seperti tahun lalu banyak hari-hari yang kosong, sehingga untuk biaya buka puasa terpaksa diambil dari uang kas masjid.
Menu yang disajikan adalah bubur daging, yang ditaburi dengan dendeng ayam dan abon, kemudian ada sambal dan kecapnya. Untuk minuman ada susu dan teh. Makanan pembuka seperti biasa korma, irisan wadai, dan semangka. Tahun lalu menu pernah diselingi dengan nasi, tapi banyak jama’ah yang protes, mereka minta untuk buka puasa dengan bubur saja, karena lebih praktis.”
Iwan, rekan kerja Fahruraji menambahkan: “nominal untuk membukakan puasa yaitu Rp.3.500.000,- . Jama’ah yang berbuka puasa di hari-hari biasa kurang lebih 1000 orang. Sedang pada hari libur seperti hari Minggu atau malam Nujulul Qur’an, jama’ah yang ikut berbuka puasa akan lebih banyak lagi.”
Pukul 17:00 wita panitia ta’mir buka puasa nampak sibuk menyiapkan menu buka puasa dalam aula, yang terletak disamping depan mihrab. Setelah makanan tertata rapi, kurang lebih pukul 18:00 wita, para petugas pun mempersilahkan jama’ah untuk berbuka puasa bersama-sama didalam aula, sambil mengatur posisi duduk bagi jama’ah wanita dan jama’ah pria. Tetapi bagi jama’ah yang ingin berbuka puasa diluar aula bisa mengambil makanan sendiri di tempat yang sudah disediakan. ara/mb06
-----------------
Di muat Selasa, 24 Agustus 2010/ 14 Ramadhan 1431 H
- dengan judul Rp3,5 Juta untuk Satu Kali Berbuka
- kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16
Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska