Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 05 Maret 2011

MB - Buka Puasa di Masjid Jami Banjarmasin Salah Satu Masjid Tertua di Kalsel

BANJARMASIN – Selepas Ashar, Kamis (19/8) hari ke-9 ramadhan, sisa panas matahari siang masih terasa menyengat kulit. Semakin sore situasi lalu lintas di Jalan Masjid Kelurahan Antasan Kecil Timur, semakin padat dengan aktivitas masyarakat yang pulang dari bekerja, membeli makanan untuk berbuka atau pun hanya untuk jalan-jalan sore saja.
Diantara pepohonan dan arsitektur masjid yang bergaya tradisional ini, terasa sangat teduh. Ditiap sudut mesjd Jami entah di luar atau pun di dalam masjid, tampak beberapa orang yang asik dengan kegiatannya, sebagian besar sedang mengaji, ada yang sedang tidur-tiduran, atau hanya mengobrol menanti waktu buka puasa tiba.
Di sudut belakang serambi masjid tampak dua kelompok anak-anak yang sedang belajar mengaji, sementara di sudut belakang kanan dua orang laki-laki sedang memasak bubur untuk berbuka puasa. Beberapa panitia takmir ramadhan Masjid Jami tengah sibuk menyiapkan menu rutin untuk berbuka puasa.
Masjid Jami Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami Sungai Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin. Mesjid berarsitektur joglo yang dibuat dengan bahan dasar kayu besi (ulin) ini dibangun di tahun 1777.
Walaupun termasuk di lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid Jami Sungai Jingah.
Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid kelurahan Antasan Kecil Timur,Kota Banjarmasin pada tahun 1934.

Sejarah
Konon ceritanya di masa itu masyarakat Banjar kesulitan beribadah karena tidak ada mesjid yang cukup besar untuk menampung orang banyak. Pemerintah kolonial Belanda yang kehadirannya tidak disukai oleh masyarakat Banjar berusaha menggunakan kesempatan itu untuk mengambil hati orang Banjar. Mereka berniat menyumbangkan uang hasil pajak untuk pembangunan masjid.
Kebetulan saat itu pendapatan pajak pemerintah Belanda dari hasil memeras rakyat Kalimantan sedang berlimpah, terutama dari hasil hutan seperti karet dan damar. Namun masyarakat Banjar menolak mentah-mentah tawaran itu.
Bagi orang Banjar yang beragama Islam adalah haram hukumnya menerima pemberian dari penjajah Belanda, apalagi untuk pembangunan masjid. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka secara swadaya dan bergotong royong membangun tempat ibadah tersebut.
Tua-muda, laki-laki dan perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama kemudian di atas tanah seluas 2 hektar berdirilah sebuah mesjid yang indah dan megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang
Di belakang masjid terdapat Komplek Makam Pangeran Antasari yaitu sebuah kompleks pemakaman Pahlawan Nasional Pangeran Antasari dan kerabatnya. Tokoh-tokoh yang dimakamkan: Pangeran Antasari, Pahlawan nasional Indonesia. Ratu Antasari, isteri Pangeran Antasari. Panglima Batur, panglima perang pengikut setia Pangeran Antasari dari suku Dayak Siang Murung. Hasanuddin H.M. (Hasanuddin bin Haji Madjedi), pahlawan ampera (amanat penderitaan rakyat) daerah ini yang wafat tahun 1966.

Buka Puasa
Menurut Jainudin, setiap hari mereka harus menyiapakan menu buka puasa kurang lebih untuk 200 orang, tidak ketinggalan 20an orang anak-anak yang juga ikut berbuka puasa.
Menu utama adalah bubur daging, sedang makanan pencuci mulutya adalah wadai amparan tatak.  Terkadang katanya ada masyarakat yang membukakan puasa dengan menyumbangkan nasi bungkus, wadai bingka, korma, susu, gula, teh, kopi dan lan-lain. Ada juga masyarakat yang hanya menyerahkan uang untuk menyiapkan menu buka puasa.
Semua daftar penyumbang tertulis di dinding pengumuman, bahkan sudah ada penyumbang yang telah menentukan jauh-jauh hari pada hari keberapa ia akan membukakan puasa. Biaya/ sumbangan untuk sekali membukakan puasa kurang lebih Rp. 1.500.000. Buka puasa dilakukan di serambi masjid.
Karena semakin dekat waktu berbuka puasa, Mata Banua mempersilahkan panitia ta'mir buka puasa masjid Jami ini untuk melanjutkan pekerjaannya menyiapkan piring-piring dan cangkir yang akan di susun bagi masyarakat yang akan berbuka puasa di mesjid yang berarsitektur tradisional ini, dan masih terjaga nilai-nilai historisnya.
Di hari berikutnya, Jumat (20/8) hari ke-10 ramadhan, ketika Mata Banua ikut berbuka puasa di Masjid Jami, menu buka puasa yang disajikan adalah nasi kuning bungkus, sumbangan dari masyarakat sekitar masjid, dengan lauk yang beragam dalam nasi bungkus tersebut, ada telur itik, telur ayam, daging ayam dan ada juga iwak haruan. Ditemani sepiring wadai amparan tatak dan korma serta secangkir teh hangat. ara/mb06


-----------------

Di muat Sabtu, 21 Agustus 2010/ 11 Ramadhan 1431 H
-         dengan judul Berbuka Puasa di Masjid Jami Banjarmasin – Nasi Bungkus Hingga Bubur Daging
-         kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska

Sisa photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska



Tidak ada komentar:

Posting Komentar