BANJARMASIN-Pluralitas agama yang melahirkan toleransi sebenarnya, itulah substansi ajaran Islam berhadapan dan bermasyarakat antara sesama manusia dalam konteks antar agama
Itulah yang dikatakan Drs. H.Muhamad Ramli dalam pemaparan makalah yang disajikannya pada Diskusi dan Degradasi Moral serta buka puasa bersama yang dilaksanakan oleh LK3 bersama Forum Dialog Kalsel dan Keuskupan Banjarmasin Bidang Hubungan antar Iman pada Rabu (25/8) tadi, yang dimulai dari pukul 15:00 Wita, bertempat di Aula Sasana Bakti Gereja Katolik Hati Yesus yang Maha Kudus di jalan Veteran Banjarmasin.
Peserta yang hadir ada dari kalangan pemerintah, pendidik, perwakilan gereja, dan kelompok-kelompok agama, jumlahnya kurang lebih 100 orang tamu.
Muhammad Ramli, menyoroti pula tentang keadaan umat Islam yang dibangga-banggakan sebagai kelompok mayoritas, tapi dalam kenyataannya bukan menjadi pemenang lomba berbuat kebajikan dan taqwa untuk umat dan bangsa Indonesia, tetapi malah menjadi beban.
Sebagai nara sumber perwakilan Cendikiawan Muslim, ia juga mengkritik dunia pendidikan dan para pengajar untuk lebih ikhlas dalam memberikan pelajaran agar hal itu bisa menjadi pelajaran moral bagi murid yang dididiknya.
Sementara itu Romo Benny Susetyo, nara sumber dari Cendikiawan Katolik, dalam pemaparannya lebih banyak menyoroti peran pemerintah dan politik dalam mengambil kebijakan. Terutama mengenai masalah kurikulum dunia pendidikan yang tidak menitik beratkan pada pendidikan moral dan selalu berubah-ubah dengan cepat.
Menurut Benny “anak-anak disekolah hanya diajarkan untuk menghapal, tapi tidak diajarkan untuk memahami dan berbudi pekerti yang baik”.
Sekertaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan ini juga mengatakan “saat ini kesejahteraan hanya untuk kekuasaan politik, sehingga demoralisasi dimana-mana.
Sementara itu undang-undang hanya dibuat untuk memperkaya diri bagi kalangan tertentu saja. Kemudian agama hanya dikomersilkan oleh karena itu, katanya agama jangan cuma hanya menjadi sumber aspirasi yang dibawa kelingkungan politik tapi jadikan agama sebagai sumber inspirasi, yang akan menciptakan visi kedepan bagi bangsa, agar kesejatian diri yang telah hilang bisa kembali ditemukan” ujarnya.
Mengenai kekerasan terhadap anak, Hj. Yurliani, SH, dalam pemaparannya menekankan perlunya kerjasama antar kelompok dalam mengatasi meningkatnya kekerasan seksual terhadap anak. Katanya “sekitar 18,27% terjadi kekerasan seksual terhadap anak, dari data Polda Kalsel pada Januari sampai Juni 2010.
Keadaan ini antara lain disebabkan karena hubungan keluarga 5 kasus, pacar 10 kasus, teman 3 kasus, tetangga 3 kasus, hubungan kerja 1 kasus, lain-lain 1 kasus” ungkapnya.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak ini, menambahkan “salah satu faktor meningkatnya keinginan berhubungan sek pada anak-anak adalah karena kurangnya pengawasan orang tua, mudahnya mengakses situs-situs porno diwarnet, dan tidak adanya keterbukaan dalam pendidikan sek yang benar dalam masyarakat dan institusi pendidikan.
Sebagai tuan rumah, Romo Gregorius, CP, saat ditemui Mata Banua setelah acara buka puasa selesai, berkomentar “saat ini yang perlu ditekankan dalam pendidikan adalah menanamkan budi pekerti dalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal ini tidak bisa dilakukan cuma satu pihak saja tapi juga sangat penting keterlibatan pemerintah” pungkasnya. ara/mb06
-----------------
Di muat Kamis, 26 Agustus 2010/ 16 Ramadhan 1431 H
- dengan judul Berdiskusi Sambil Menunggu Bedug
- kolom Marhaban Ya Ramadhan, Mata Banua halaman 16
Photo yang tidak dimuat - Sebagian dokumentasi ARAska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar