Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 01 Juni 2012

170412-selasa(rabu)-(RU)-kemungkinan lamut dilombakan (di mozaik).doc


Mungkinkah Lamut Dilombakan

KESENIAN lama akan semakin di tinggalkan generasi muda, karena derasnya perkembangan kesenian luar yang memasuki daerah. Pengembangan dan inovasi kesenian lama menjadi sesuatu yang baru, akan menumbuhkan kembali minat terhadap kesenian tradisional yang telah lama layu.
            Mengingatkan kembali akan apa yang telah diucapkan oleh pengambil kebijakan, tentunya harus dilakukan. Agar hal tersebut memang benar diprogramkan dan tidak dibiarkan berlalu begitu saja.
            Hingga saat ini, kesenian madihin sudah berkembang sedemikian rupa. Adanya madihin kocak yang dipopulerkan oleh John Tralala, lomba-lomba madihin remaja dll. Seiring berkembangnya inovasi dalam madihin, malah tidak membuat madihin tradisional menjadi mati, tapi dapat hidup seiring dengan madihin gaya baru. Inovasi inilah yang dibutuhkan oleh kesenian lamut, agar bisa bertahan dan semakin meningkat.
            Menurut Drs H Syakrani, salah satu pemadihinan yang pernah tampil kolaborasi dengan lamut yang dibawakan Gusti Jamhar Akbar, dalam Malam Batanam Karya Baharum Banua (MBKBB) 2011 yang lalu, di Taman Budaya (TB) Kalsel.
Bahwa masalah perkembangan zaman dan masuknya kebudayaan luar, memang menjadi faktor utama menghilangnya minat generasi muda, pada kesenian tradisional. Selain itu juga karena kurangnya pementasan.
“Tentunya, agar lamut bisa kembali memasyarakat, maka harus dikembangkan lebih jauh lagi. Seperti kolaborasi malam ini, bisa saja dengan beberapa orang pemadihinan saling bersahutan menjadi pengantar cerita lamut yang dibawakan. Kalau madihin telah dilombakan, kenapa lamut tidak, ini bisa saja dilakukan” katanya.
Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Drs Syarifuddin R, berkomentar. Seperti halnya wayang yang mempunyai pakem cerita, lamut juga begitu. Lalu ada pengembangan cerita pakem wayang yang disebut carangan, maka lamut pun juga bisa dibuatkan cerita carangannya.
Hanya saja naskah 17 pakem cerita lamut secara utuhnya, belum terdokumentasi dengan baik, inilah yang menjadi kendala. Saat ini Mukhlis Maman memang telah membuat buku tentang lamut.
Namun buku tersebut hanya penjelasan dasar atau umum tentang lamut. Paling tidak buku lamut Mukhlis adalah langkah awal. Dan tahap berikutnya adalah mendokumentasikan semua pakem lamut ini dulu, secara keseluruhan.
Pada 2006 di festival sastra nasional di Jakarta, kita pernah mewakili daerah dengan mengangkat cerita lamut dalam bentuk teater, yang naskahnya diolah oleh Bahtiar Sanderta. Dalam festival ini kita memperoleh penghargaan.
Sayangnya ini malah tidak dipentaskan di dalam daerah, pengembangan seperti ini seharusnya lebih dulu dilakukan dalam daerah, agar benar-benar menjadi milik daerah.
“Sudah kita ketahui, untuk madihin sudah ada dari kalangan remaja, tapi untuk lamut, memang masih perlu proses, entah dengan cara pengembangan bentuk lain” kata Syarifuddin.
            Kepala TB Kalsel Noor Hidayat Sultan sendiri menilai kolaborasi madihin lamut dalam MBKBB 2011 merupakan langkah yang sangat baik. Inovasi lamut menjadi penting, sehingga komunikasi lamut sampai dengan pendengar. Entah nantinya dalam bentuk teater lamut atau lainnya.
Ia menegaskan kalau lamut harus dipertahankan dan dikembangkan lagi, dan berharap agar para seniman melakukan pengembangan lamut. Pengembangan yang dipertimbangkan dalam program TB. Serta menggali pakem naskah cerita lamut, kemudian memperbanyaknya dan disebarkan ketengah masyarakat.
            Dilain pihak, Kepala Disporbudpar Kalsel Drs H Mohandas H Hendrawan, seusai MBKBB 2011 tersebut, pernah menyatakan dengan Mata Banua. Kesenian tradisional lamut bisa saja dilombakan secara perorangan, atau dengan inovasi seperti kolaborasi madihin lamut.
Kolaborasi madihin lamut, sangat menarik dan mudah-mudahan ada generasi muda yang berminat mengembangkannya lebih jauh. Bila ada, maka patut difasilitasi. Karena, itu menjadi kewajiban bersama dalam melestarikan budaya daerah sendiri.
Disporbudpar Kalsel akan mengupayakan ada regenerasi palamutan muda.
            “Wacana ini (lomba lamut), kedepannya akan kita programkan bersama TB Kalsel, yang menjadi kekuatan para seniman dalam mengapresiasi karya” pungkasnya. ara/mb02
           

Rilis ulang 010711-jumat(sabtu)-kemungkinan lamut dilombakan, di mozaik dengan judul Mungkinkah Lamut Dilombakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar