BANJARMASIN – Daerah-daerah lain di Kalsel mempunyai Dewan Kesenian (DK) yang cukup aktif dalam kegiatannya. Sementara itu Dewan Kesenian Kota Banjarmasin seperti tenggelam dalam hiruk-pikuk ibu Kota Provinsi. Permasalahan dalam tubuh DK kota Banjarmasin, terus berlarut-larut tanpa ada penyelesaian.
Agus Suseno mengutarakan “sebenarnaya kota Banjarmasin mempunyai DK, tetapi hingga sekarang masih mati suri. Memang sudah ada upaya dari kelompok-kelompok seni yang berusaha untuk menghidupkannya kembali tapi selalu saja ada kendala hingga Musen (Musawarah Seniman) tidak bisa dilaksanakan”.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kota Banjarmasin Mujiyat SSn M Pd, mengatakan “harus ada ikatan antara pelaku seni dengan pemerintah yang berpungsi sebagai pengayom.
Tentunya yang diayomi bisa memberikan informasi yang bagus dan ini semua takkan bisa terlaksana tanpa membangun komunikasi yang baik, hingga semua kendala dan permasalahan bisa diselesaikan. Ketidak terbukaan itulah yang menyebabkan persoalan DK kota Banjarmasin hingga sekarang berlarut-larut” ujarnya.
Ketua Harian Dewan Kesenian Kalsel Drs Syarifuddin R, berkata “kalau peran DK akan semakin mengecil, bila tuntutan-tuntutan dari masyarakat seni tidak bisa diperjuangkan.
DK provinsi sudah mengeluarkan mandat, agar DK kota Banjarmasin segera membentuk kepengurusannya” katanya.
Tanggapan dari Syarifuddin ini menjadi jawaban atas persoalan DK kota Banjarmasin yang seperti tidak dipedulikan oleh masyarakat seni Banjarmasin, karena mereka merasa tidak pernah diayomi oleh lembaga yang seharusnya membina mereka.
Micky Hidayat, sastrawan Kalsel menekankan pentingnya DK kota Banjarmasin dihidupkan kembali, katanya “DK kota Banjarmasin memang harus diaktifkan lagi setelah mengalami kevakuman, seingatku kalau tidak salah akhir periode kepengurusan tahun 2004 – 2007 yang lalu. Periode kepengurusan DK kota Banjarmasin selama 3 tahun, tentunya pengaktifannya kembali harus melalui Musen.
Ironi memang, Banjarmasin sebagai ibu kota provinsi dan menjadi barometer berkesenian di Kalsel, tidak memiliki DK. Musen harus segera dilaksanakan, dan yang terpenting pengurusnya mendatang harus dipegang oleh orang yang punya komitmen tinggi terhadap dunia kesenian di Banjarmasin” ujarnya.
Tanggapan pengurus DKs Kota periode yang lalu
Abdullah, Sp. pada Jumat (17/9) sore memberikan alasan mengapa DK kota Banjarmasin masih tidak terbentuk kepengurusan resminya, katanya “kami sudah ada upaya untuk membentuk pengurus yang baru dengan susunan pengurus 25% diambil dari pengurus lama, dan sisanya dari seniman-seniman perwakilan setiap kelompok seni yang belum pernah sebagai pengurus DK kota Banjarmasin.
Keputusan tim formatur yang beranggotakan 5 orang telah menetapkan kepengurusan DKs Kota Bjm bagi periode mendatang, yaitu sebagai Ketua dipegang oleh Jumanhari, dengan Wakil Ketua Abdullah Sp, Sekertaris Hajriansyah, dan bendahara Reja Wardana” katanya.
Abdullah mengakui “usaha pembentukan pengurus baru ini memang tanpa melalui Musen, karena untuk Musen perlu biaya yang tidak sedikit. Tapi usaha yang kami lakukan ini mendapat protes dari sebagian seniman di Banjarmasin, yang menginginkan adanya Musen dan LPJ.
Tepaksa keputusan pengurus baru ini kami pending dulu, karena dianggap elegal. Kalau kawan-kawan seniman ingin mengadakan Musen, silahkan bentuk panitianya, kami pengurus DK Kota Banjarmasin periode yang lama, siap untuk menghadirinya bila diundang” pungkasnya. ara/mb05
-----------------
Di setor Jumat, 17 September 2010
Di muat Rabu, 22 September 2010/ 13 Syawal 1431 H
- dengan judul Dewan Kesenian 3 Tahun Mati Suri
- di Head Line, kolom Catatan Kaki, Mata Banua halaman 1
dan di muat pula pada Sabtu, 25 September 2010/ 16 Syawal 1431 H
- dengan judul DKs Banjarmasin ‘Mati Suri’
- kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5
Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska
Tidak ada komentar:
Posting Komentar