Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 23 April 2011

MB - Kain Sasirangan Palsu Mengancam

BANJARMASIN – Perkebangan pangsa pasar kain sasirangan yang semakin luas, juga menimbulkan masalah baru dengan banyaknya kain sasirangan palsu yang beredar di tengah masyarakat. Sudah tentu hal ini akan merusak citra dan harga kain sirangan asli, karena kain sasirangan palsu dijual dengan harga yang lebih murah.
Sasirangan adalah kain batik khas Kalimantan Selatan, seperti halnya batik di Jawa, sasirangan ini merupakan batik tradisional di Banjarmasin yang mampu bersaing di pasar asing, hingga Australia.
Sasirangan belakangan ini terus berkembang menyebar ke berbagai daerah, seiring dengan perkembangan dunia mode yang sering mengadaptasi pakaian-pakaian tradisional. Malah terkadang sasirangan sudah menjadi pilihan pakaian resmi suatu acara. Mengenai harga, bisa diperoleh mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah, tergantung jenis kainnya.
Drs Mukhlis Maman, pemerhati budaya Banjar menjelaskan “sasirangan asal katanya dari menyirang atau kain yang di jelujur dengan benang, kemudian di ikat (di sisit) yang kemudian diwarnai dengan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.
Teknik menjelujur dengan benang inilah yang akan menentukan motif dari kain sasirangan, dan ini dikerjakan dengan tangan yaitu dengan proses manual atau tradisional bukan dengan alat.
Jadi kain sasirangan palsu yang katanya dibuat dengan teknik moderen dengan alat cetak lalu menggunakan pewarna kimia dari cina, tidak bisa dikatakan sebagai kain sasirangan walau motif kainnya sama dengan motif sasirangan” ujarnya.
Lanjut Mukhlis “untuk jenis nama motif sasirangan, saat ini sudah sangat banyak antara lain motif Kulit Kayu, Sarigading, Kembang Tampuk Manggis, Naga Balimbur, Bayam Raja, Iris Pudak, Kulat Kurikit, Jumputan dll.
Maka akan sangat disayangkan bila motif-motif ini tidak dipatenkan, karena sudah terjadi ada motif sasirangan yang dipatenkan oleh Malaysia, tentunya kita yang rugi dari segi budaya, hak produksi maupun harga diri. Ini adalah tugas pemerintah daerah mengatasinya, katanya.
Melalui pemantauan Mata Banua di toko-toko yang menjual kain sasirangan, ada beberapa toko punya cara tersendiri dalam menghadapi beredarnya kain sasirangan palsu. Seperti yang dilakukan oleh toko Sahabat Sasirangan, mereka memajang contoh kain sasirangan yang palsu, sehingga konsumen bisa membedakan mana kain sasirangan asli dan mana yang tidak.
Rudi, pemilik cabang toko Sahabat Sasirangan di jalan Kuripan Banjarmasin, pada Minggu (19/9) siang mengatakan “dengan memajang begini pembeli bisa tahu mana kain sasirangan yang tidak asli. Perbedaan kain sasirangan asli warnanya tidak terlalu terang, karena menggunakan pewarna alami, motifnya tidak rata atau sama atau beraturan, karena dibuat dengan cara manual yaitu dikerjakan dengan tangan oleh pengrajin, motifnya juga lebih kecil.
Untuk motif kain sasirangan asli yang banyak dicari pembeli adalah motif sarigading. Sebagai urang Banjar kita akan mempertahankan teknik pembuatan kain sasirangan secara tradisional
Sedang yang palsu warnanya lebih terang, karena menggunkan pewarna kimia, dikerjakan dengan mecin cetak, ukuran motifnya lebih lebar. Tapi yang jelas kain sasirangan palsu sepengetahuan kami bukan dibuat oleh pengrajin Kalsel melainkan oleh orang luar Kalsel” ujarnya.
Menurut Rudi “kalau hal ini dibiarkan oleh pemerintah, akhirnya nanti akan merusak citra kain sasirangan asli” pungkasnya. ara/mb05


-----------------
Di setor Minggu, 19 September 2010
Di muat Selasa, 21 September 2010/ 12 Syawal 1431 H
-         dengan judul Ancam Sasirangan Tradisional
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Photo yang dimuat - Dokumentasi ARAska

Tidak ada komentar:

Posting Komentar