Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 01 Oktober 2011

Wayang Kulit Masihkah Bisa Bertahan

BANJARMASIN – Pertunjukan wayang kulit yang semakin jarang ditemui di kota Banjarmasin,  menimbulkan kekawatiran bagi banyak tokoh budaya. Kalau pun ada hanya pertunjukan satu tahun sekali, yang biasanya dilaksanakan oleh Taman Budaya Kalsel.
Menurut beberapa komentar masyarakat Banjar terutama kalangan tua, mereka sebenarnya sangat merindukan pertunjukan-pertunjukan wayang kulit, yang rutin semalam suntuk seperti dulu dibawah tahun 90an, “sekarang satu tahun sekali itu sangat pemprihatinkan, andai bisa minimal satu bulan sekali saja ada pertunjukan wayang kulit, kami akan sangat bersyukur” katanya.
Menanggapi permasalahan ini, menurut Mukhlis Maman, pemerhati budaya Kalsel “untuk kota Banjarmasin pertunjukan wayang memang sudah sangat langka. Karena terjadinya pergeseran budaya pada masyarakat kota.
Dulu pertunjukan wayang kulit, biasa dilakukan atau ditanggap pada saat ada pesta perkawinan. Sedang sekarang, kebanyakan masyarakat menyelenggarakan pesta perkawinan, lebih suka hiburannya dengan pertunjukan karaoke dangdut, atau mendatangkan artis dangdut yang memang penggemarnya adalah kaum muda.
Perubahan rasa suka, tentunya banyak dipengaruhi pula oleh faktor pendidikan, bila dari dini disekolah-sekolah, tidak ditanamkan rasa cinta pada budaya tradisional, maka pada akhirnya generasi mudanya lebih condong pada budaya modern atau budaya barat.
Untuk mengatasi permasalahan ini, tidak bisa hanya dilakukan oleh pihak sekolah saja, tapi juga harus didukung oleh dinas-dinas terkait dan pemerintah daerah, terutama masyarakatnya sendiri” ujarnya pada Kamis (28/10) pagi.
Sementara itu Arsyad Indradi, menanggapi permasalahan pertunjukan wayang kulit yang semakin jarang ditemui, ia menyoroti dari sudut pandang para pelaku pewayangannya sendiri, katanya “memang beberapa tahun ini kehidupan wayang kulit semakin berkurang penontonnya dan kekhawatiran matinya wayang kulit sangat beralasan.
Di era globalosasi ini, peradaban manusia semakin bergeser dari porosnya, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Maka apakah wayang kulit masih bertahan pada paradigma lama ?
Wayang kulit seyogyanyalah merubah sikap, meninggalkan paradigma lama, pandai mengikuti perkembangan zaman, dan lebih lagi berani bersaing dengan tayangan yang ada di TV, atau pun di tempat pertunjukkan lainnya” tutur seniman tua Kalsel ini. ara/mb05

-----------------
Di setor Kamis, 28 Oktober 2010
Di muat Sabtu, 30 Oktober 2010/ 22 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Wayang Kulit Bisakah Bertahan
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar