Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 08 Oktober 2011

Gerakan Pemuda Dan Transaksi Politik Dalam Demokrasi

BANJARMASIN - Dalam demokrasi, kita ketahui ada transaksi politik antara orang yang ingin memimpin, dengan yang mendukungnya. Apalagi biaya politik demokrasi itu sangat besar, sehingga setiap calon memerlukan sumber dana untuk, melakukan kampanye-kampanye politik pencitraan agar masyarakat mengenalnya.
Tentunya sumber dana itu tidak bisa dari dia sendri, tetapi dari pihak lain” kata Fadlan Hidayat perwakilan HTI Chapter Unlam pada saat Mimbar bebas (28/10) di halaman Gedung Serba Guna (GSG) Unlam Banjarmasin.
Kepada Mata Banua, Fadlan menjelaskan “pada saat orang yang ingin memimpin sudah duduk dikursi pemerintahan, akhirnya akan membuat kebijakan berdasarkan transaksi politik yang telah dilakukannya.
Kemudian yang mempunyai uanglah, yang akan menggolkan kebijakan politik tersebut, hingga mengarah kepada penguasaan sumber daya alam oleh swasta asing dalam bidang domestik. Maka akan ada kepentingan ekonomi pihak asing, yang lebih diutamakan dari pada dalam negeri dan daerah” ujarnya.
Fadlan mengakui bahwa menjelang pemilihan kepala daerah atau kepala negara, sangat memungkinkan kalau mahasiswa atau pemuda dibacking oleh calon-calon pemimpin. Apalagi ketika terjadi persentuhan-persentuhan dengan pihak luar. Ini terlihat dengan adanya gerakan mahasiswa pada akar rumput, yang mengadakan aksi untuk mendukung salah satu calon.
Dan tidak bisa dipungkiri dalam demonstrasi yang menyerukan perubahan, bahwa ada orang-orang yang mempunyai niat yang tidak tulus untuk memperbaiki negeri, melepaskan penjajahan (ekonomi) dan meletakkan pondasi yang lebih bagus dari yang sekarang. Tapi demonstrasi yang dilakukan hanaya dilandasi karena sakit hati karena tidak duduk dikursi pemerintahan, atau memang sudah benar-benar muak dengan rezim yang berkuasa.
Menurut Fadlan “tiap kejatuhan rezim, disana mahasiswa dan pemuda mempunya porsi tersendiri, dalam mengumpulkan massa dan menggoyang pemerintahan. Dan pada saat ini setelah 10 tahun reformasi, geralkan pemuda tidak terlalu terdengar lagi suara kritis mereka. Karena banyak aktivis pemuda yang telah masuk kedalam sistem.
Saat ini kami melihat para pemuda mengalami krisis idealisme, dimana banyak pemuda (mahasiswa) yang tidak peduli dengan kondisi negerinya dan daerahnya sendiri. Kebanyakan para pemuda hanya mengkritisi tapi tidak memberikan solusi bagaimana yang seharusnya.
Bagaimana agar ada visi kedepan bagi gerakan pemuda, sehingga tidak terpilih lagi pemimpin antek penjajah. Kita mengharapkan akan ada perubahan mendasar bagi negeri ini, karena perubahan pada daerah dipengaruhi oleh perubahan politik dalam negeri kita.
Sedang perubahan itu harus dari kesadaran pemuda (mahasiswa) dan masyarakat sendiri, tidak bisa perubahan itu melalui sistem pemerintahan, karena dalam parlemen hanya akan ada transaksi politik. Dan itu tidak akan mampu ngantarkan negeri pada tujuan sebenarnya” pungkasnya. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 31 Oktober 2010
Di muat Senin, 02 Nopember 2010/ 25 Dzulkaidah 1431 H
-         dengan judul Transaksi Politik Dalam Demokrasi
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar