Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Rabu, 19 Oktober 2011

Lakon Carang Ciri Khas Wayang Kulit Banjar

BANJARMASIN – Setiap daerah tentunya mempunyai ciri sendiri meskipun mempunyai akar muasal yang sama, seperti halnya Wayang Kulit Jawa dengan Wayang Kulit Banjar. Kini Dalang Wayang Kulit Banjar di kota Banjarmasin, semakin langka. Regenerasi yang hampir tidak ada sama sekali.
Apa dan bagaimana Wayang Kulit Banjar, memicu keinginan untuk lebih menggali pengetahuan dari catatan arsip para tokoh seni budaya, yang mengerti akan wayang itu sendiri, walau ia bukan sebagai pelaku.
Menurut pemerhaati budaya, Drs Mukhlis Maman pada Minggu (14/11), kembali menuturkan “setelah berdirinya kerajaan Islam pada 1526 M, dan beradaptasinya pertunjukan wayang kulit dengan muatan-muatan lokal hingga abad ke-XVI. Perlahan-lahan wayang kulit berubah, sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar.
Sehingga Wayang Kulit Banjar, telah menjadi seni pertunjukan yang berdiri sendiri, dan memiliki ciri-ciri spesifik, yang membedakannya dengan jenis wayang kulit lainnya. Baik dari segi bentuk, musik/ gamelan pengiring, warna , ataupun tata-cara memainkannya.
Tokoh-tokoh wayang masih mengikuti pakem pewayangan, tetapi ada juga yang dikembangkan dari tokoh dan perlambang masyarakat Banjar. Seperti terdapatnya gunungan/ kayon, Batara Narada, Arjunawijaya, jambu Leta Petruk, Sarawita/Bilung, Subali, R Hanoman, Prabu Rama, Kedakit Klawu atau Raksasa dan lainnya.
Bahan membuat wayang kulit di Jawa biasanya adalah kulit kerbau, tapi karena pada saat itu kerbau kurang dibudidayakan di Kalsel, maka bahannya dari kulit sapi bahkan adapula yang dari kulit kambing.
Untuk ukuran dan bentuk Wayang Kulit Banjar, lebih kecil dibanding dengan Wayang Kulit asal Jawa, demikian pula dengan penatahan atau ornamen, dan pengecatannya lebih sederhana. Karena dalam pegelaran Wayang Kulit Banjar, lebih diutamakan oleh bayangan berdasarkan penglihatan dari belakang layar, sehingga ornamen, detail dan warna, kurang terlihat oleh penonton, yang dibatasi oleh layar.
Sedangkan cerita Wayang Kulit Banjar, bersumber dari dua kitab kuno yang berasal dari khasanah Hindu, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Selain dari kedua cerita tersebut , dalang Wayang Kulit Banjar sering pula menampilkan cerita karangan/ gubahan sendiri yang di sebut lakon Carang ,dan dalam perkembangannya lakon Carang inilah yang menjadi primadona masyarakat Banjar.
Selain lakon Carang, di Kalsel juga berkembang pertunjukan Wayang Sampir. Menanggap  Wayang Sampir untuk suatu hajat tertentu disebut Manyampir. Dalam ritual Manyampir, dipimpin oleh dalang untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu kehidupan manusia, dan biasanya diselenggarakan dalam bentuk pagelaran adat, dengan jangka waktu pelaksanaan pada kisaran dua jam, dan kemudian dilanjutkan dengan pagelaran biasa” ulas Mukhlis. ara/mb05

-----------------
Di setor Minggu, 14 Nopember 2010
Di muat Senin, 15 Nopember 2010/ 08 Dzulhijjah 1431 H
-         dengan judul Ciri Khas Wayang Kulit Banjar
-         kolom Kotaku, Mata Banua halaman 4


Tidak ada komentar:

Posting Komentar