BANJARMASIN – Sekian banyak penampilan sanggar-sanggar teater modern di Banjarmasin, telah terbiasa dengan teater realis. Baik yang ditampilkan sanggar teater umum, mahasiswa maupun pelajar. Ketika masyarakat teater di Banjarmasin disuguhkan pementasan surealis, hampir semuanya mengerutkan dahi.
Beberapa waktu yang lalu Edisutardi, pernah menuturkan mengenai pengertian antara teater realis dengan surealis. Edi adalah dramawan yang pernah berkiprah di Banjarmasin, yang juga pernah menjadi dosen seni drama di Sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Menurutnya, teater realistis adalah menggambarkan kehidupan nyata. Tapi pengarang juga tidak boleh mengarang-ngarang cerita. Melainkan harus membuka mata dan pikiran baik-baik, untuk mengamati suatu segi kehidupan yang dipilih dengan teleti sebagai jalan cerita. Kemudian menggambarkannya apa adanya di dalam karya.
Sedangkan teater surealis atau lebih dikenal dengan ekspresionisme, aliran teater yang lebih menekankan unsur subyektif sang seniman di dalam menafsirkan kenyataan atau persoalan tertentu yang dijadikan alur cerita.
Dalam surealis, menggambarkan kenyataan tidaklah cukup. Kenyataan dalam kehidupan harus dilihat dalam hubungannya dengan proses sejarah masyarakat manusia. Misal menggambarkan kemiskinan, maka tidak cukup hanya kemiskinannya saja, tapi harus didalami lagi apa yang menimbulkan kemiskinan tersebut.
Ada lagi aliran teatralisme, yaitu aliran teater yang menggambarkan kenyataan falsafi dari setiap gambaran kenyataan. Jadi menggambarkan kenyataan saja belum cukup, harus ada kaitannya dengan pengertian filsafat hidup.
“Pilihan dalam berkarya menunjukkan seberapa dalam seseorang mengartikan kehidupan itu sendiri” katanya.
Pementasan pementasan Teater Api Indonesia (TAI) dari Surabaya di gedung Balairung Sari Taman Budaya (TB) Kalsel, pada Jumat (20/1) malam yang lalu, telah memberikan wawasan dan warna bagi teater di Banjarmasin.
Dalam hal ini, seusai pementasan TAI, kepala TB Kalsel Drs Noor Hidayat Sultan berpesan agar menjadi catatan bersama, bagaimana komonitas teater tetap konsisten berkarya, serta memberikan inspirasi dan inovasi dalam berkarya. “Mengambil pelajaran dari pementasan lain, sehinga bisa berkembang lebih baik lagi” ujarnya. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar