Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Sabtu, 18 Februari 2012

060112-jumat(sabtu)-sejarah tari baksa kembang dari arsyad (Dm.090112).doc

Photo: mb/ara
BAKSA KAMBANG – Tari Baksa Kambang yang ditarikan saat menyambut tamu dalam Musda IV PHDI Kalsel, di gedung PWI Banjarmasin

Roh Tari Baksa Kembang


BANJARMASIN – Tari Baksa Kambang sering ditampilkan oleh remaja putri, dalam perayaan tertentu untuk menyambut tamu. Tapi sejauh mana para penari mengenal dan tahu dengan tarian yang dibawakannya.
Hal ini diungkapkan oleh Arsyad Indradi salah satu tokoh sastra Kalsel yang juga dikenal sebagai seorang tokoh tari tradisional Banjar, pada Kamis (5/1). Menurutnya, bila penari mengenal dengan baik setiap tari yang dibawakan, maka penjiwaan (roh) dari tarian akan benar-benar hidup dalam gerakan tarian.
Tari Baksa Kambang merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke Kalsel dan ditarikan oleh wanita. Pada awalnya tari Baksa Kembang, berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton. Lambat laun tarian ini menyebar ke rakyat Banjar, dan ditarikan pula pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan.
Tari Baksa Kambang menggunakan sepasang kembang Bogam, yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Dan dihadiahkan kepada tamu pejabat, setelah taraian ini selesai.
Tarian ini bercerita tentang putri-putri remaja yang cantik sedang bermain di taman bunga. Kemudian memetik beberapa bunga dan dirangkai menjadi kembang bogam. Lalu kembang bogam ini dibawa bergembira ria sambil menari dengan gemulai.
Tari Baksa Kembang memakai mahkota bernama Gajah Gemuling yang ditatah oleh kembang goyang, sepasang kembang bogam ukuran kecil yang diletakkan pada mahkota dan seuntai anyaman dari daun kelapa muda bernama Halilipan.
Tari Baksa Kembang biasanya ditarikan oleh sejumlah hitungan ganjil misalnya satu orang, tiga orang, lima orang dan seterusnya. Dan tarian ini diiringi seperangkat tetabuhan atau gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni.
Tarian Baksa Kembang ini di dalam masyarakat Banjar ada beberapa versi , ini terjadi setiap keturunan mempunya gaya tersendiri namun masih satu ciri khas sebagai tarian Baksa Kembang, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang.
Pada 1990-an, Taman Budaya Kalsel mengumpul pelatih-pelatih tari Baksa Kembang dari segala versi untuk dijadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah ada kesepakatan, maka diadakanlah workshoup Tari Baksa Kembanag dengan pesertanya perwakilan dari daerah Kabupaten dan Kota se Kalsel.
Biarpun bentuk baku dari tari Baksa Kembang sudah ditentukan, beberapa penari masih ada yang menarikan Tari Baksa Kembang versi yang ada. Tapi hanya berkisar pada keluarga atau lokal. Sedang dalam lomba, festival atau misi kesenian keluar dari Kalsel harus menarikan tarian yang sudah dibakukan.
“Terlepas dari versi tari Baksa Kembang masing-masing daerah dan yang sudah dibakukan, cerita dan sejarah dari tari ini menjadi roh tari Baksa Kembang” ujarnya. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar