(Penelusuran Bagian ke Dua)
Asal Muasal Upacara Manyanggar Banua
Perjalanan Mata Banua bersama Rombongan Taman Budaya Kalsel, menghadiri upacara adat Manyanggar Banua di Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HSU), pada 22 sd 23 Januari 2012.
Seiring datangnya Islam di Kalsel, ritual adat masyarakat berasimilasi dengan ritual Islam. Ritual yang sudah diIslamkan tersebut, sampai sekarang masih dikerjakan oleh urang Banjar. .
Di antara ritual yang sampai sekarang masih dikerjakan adalah Manyanggar Banua. Ritual ini sering kali dilakukan setiap ada perluasan suatu daerah baru, dan wabah penyakit mulai berjangkit di wilayah tersebut. .
Versi riwayat lain yang beredar di kalangan masyarakat, mengenai asal mula Manyanggar Banua di Desa Barikin.Bahwa dahulu kala di Desa Barikin yang mulanya bernama Pasanggrahan Tambak Pamatang Kambat, hidup Datuk Taruna yang mempunyai ilmu sakti mantraguna dengan isterinya Mayangsari. .
Datukl Taruna memilki seperangkat gamelan yang sangat disayanginya, dan senang menolong masyarakat yang keamanannya terancam oleh kawanan perampok. Pada suatu waktu, Datuk Taruna pergi meninggalkan kampungnya berangkat ke sebuah desa, untuk membantu penduduk desa yang sedang memerangi perampok. .
Namun kepergiannya kali ini cukup lama, sehingga isterinya Mayangsari merasa cemas, maka untuk mengamankan gamelan kesayangannya dan sebuah belanga yang berisi daging (pakasam) disembunyikan di dalam sumur. .
Mayangsari yang sangat mencintai suaminya, berusaha untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan desa Barikin, ia menanam sepohon kembang yang bernama Bunga Panggang. Serta berpesan dengan anak cucunya, kalau ada setetes darah diatas kembang dan kembang layu sebagai pertanda ia berubah menjadi orang ghaib. Kemudian hendaklah pada setiap tahun mengadakan upacara Manyanggar, agar anak cucu yang ditinggalkan dalam keadaan selamat, sehat dan mendapat hasil panen ynag melimpah ruah. .
Tidak berapa lama setelah Mayangsari pergi meninggalkan desa Barikin, Datuk Taruna kembali ke kampung dan kepadanya disampaikan pesan Mayangsari. Datuk Taruna mendekati pohon Kembang Bunga Panggang, dan tidak menyadari sebelah telinganya yang luka, darahnya menetes ke atas bunga yang kemudian menjadi layu. Datuk Taruna berusaha mencari isterinya kesana-kemari, dan tidak ada beritanya. .
Alat sesajen dan bentuk upacara manyanggar banua pada masa lalu, dari versi masyarakat
Alat Upacara, antara lain: .
Panggung digunakan untuk tempat pelaksanaan upacara. Binatang, biasanya kerbau atau kambing, sebagai simbol menebus daerah tempat yang terkena wabah penyakit atau yang dianggap tidak aman. Ranting kayu uringin, diletakkan diatas panggung. Tombak, diletakkan bersama ranting kayu tadi. .
Lalu ada Tatungkal (tapung tawar), dipercaya dapat mendinginkan daerah yang dianggap tidak aman. Ancak, tempat sesasjen. Seperangkat alat kesenian (wayang kulit dan topeng). Piduduk, paket yang berisi beras, gula merah, jarum, kelapa, dan uang secukupnya, dimaksudkan untuk menutupi kekurngan dalam upacara tersebut. .
Ada beras merah dan beras kuning, gunanya utuk memanggil makhluk halus. Sesajen Lemang (beras ketan), gunanya agar penduduk tidak diganggu makhlik halus. Telur ayam atau bebek, merupakan simbol agar selalu bersatu dan tidak melakukan perpecahan. Nasi ketan dan Tapai, simbol harapan supaya cita-cita tercapai. .
Ada bubur merah dan bubur putih, simbol agar daerah menjadi subur dan penyakit cepat hilang. Pisang emas, harapan mengenai hasil panen agar lebih baik dari tahun-tahun kemarin. Kakicak, gunanya sebagai simbol agar pekerjaan, dan perbuatan mereka selalu bermanfaat. .
Ada Kakulih, gunanya sebagi simbol pengharapan agar usaha selau memperoleh keuntungan. Cucur, sebagai simbol pengharapan agar apa yang dikerjakan berjalan dengan lancar. Nasi topeng, pengharapan agar usaha semakin meningkat (berkembang). Ketupat.dan Wajik, simbol agar gemar melakukan kebajikan. Dua ekor ayam sudah masak hitam (mengusir penyakit) dan putih (makhluk halus tidak mendiami tempat itu lagi) dan ada kue Serabi. .
Upacara ini di awali dengan mempersiapkan peralatan dan sesajen. Selagi sesajen disiapkan, diadakanlah upacara badudus (mandi-mandi atau selamatan tahunan), yang biasanya dilakukan pada hari minggu sebelum tengah hari. Umumnya yang didudus adalah anak-anak. Anak-anak yang didudus tadi harus menyerahkan piduduk. .
Dalam upacara badudus ini, dipergunakan seperangkat gamelan yang di tabuh oleh keluarga yang memakai pakaian khas banjar kuning bagi pria, dan hitam bagi wanita. .
Upacara ini dilaksanakan dalam sebuah atap khas yang berlangit-langit berwarna kuning, dan sekeliling tingnya diikat pohon pisang dan tebu. Disamping kiri-kanan atap berdiri dua orang yang memegang tombak. Saat rangkaian upacara ini biasanya, terdapat beberapa orang keluarga yang kesurupan. .
Setelah tengah hari, kira-kira pukul 14.00 waktu setempat, dimulailah arak-arakan mengantarkan sesajen. Arak-arakan ini diikuti oleh seluruh keluarga Datuk Taruna, lelaki memakai baju berwarna kuning sedangkan wanitanya memakai selendang berwarna hitam. .
Ada lagi seorang wanita muda pembawa pakaian warna hitam untuk Datuk taruna yang didampingi pimpinan upacara dan para pembantunya. Seorang diantaranya membawa sebilah keris Naga Runting dan tombak ambulung. Di belakang pembawa tombak terdapat para pembawa ancak sesajen dan diapit oleh sekitar 40-50 orang menuju sumur sambil membunyikan gamelan. .
Sesampainya di sumur, pimpinan upacara mengambil kepala hewan (kerbau atau kambing) yang masih berdarah dan di letakkan disebatang pohon bambu disekitar lokasi upacara. Seorang wanita yang kesurupan mengambilnya sambil menari-nari memakan kepala kambing sambil menghisap darahnya. Acara mengantar sesajen diakhiri dengan dipercikannya tapung tawar dan batampungas (membasuh muka) di sumur Datu Taruna. .
Pada malam harinya diadakan acara wayang sampir yang membawakan lakon khas penyerahan sesajen, dalangnya ialah dalang khusus dari keturunan Datuk Taruna. Mejelang subuh diadakan Baayun Wayang yang menceritakan anak cucu sudah di Dudus di Ayun dan resmi menjadi keluarga Datu taruna. .
Rangkaian terakhir dari upacara ini ialah upacara manopeng. Pada acara tari topeng ini, dimainkan peran Pantul dan Amban sebagai pengasuh anak-anak dengan gerak-gerik yang menggelikan. .
Sebagai penutup, diadakan upacara memulangkan undangan. Dalang selaku pemimpin upacara mengucapkan mantera-mantera yang mempersilakan para makhluk ghaib yang dipercayai telah hadir dalam upacara untuk kembali ke alamnya. ara/mb02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar