Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 24 Februari 2012

240112-selasa(rabu)-manyanggar banua di barikin.1 (Dm.260112 di berita kaki hal.1).doc

Photo: mb/ara

(Penelusuran Bagian Pertama)
Datu Taruna Pelatih Karawitan Kerajaan Negara Dipa

Perjalanan Mata Banua bersama Rombongan Taman Budaya Kalsel, menghadiri upacara adat Manyanggar Banua di Desa Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), pada 22 sd 23 Januari 2012.

Selama dua hari berturut-turut baik siang maupun malam, Desa Barikin dipenuhi oleh juriat Datu Taruna, baik yang masih berada di Kalsel, maupun yang ada di luar Kalsel. Begitu pula warga yang ingin menyaksikan upacara adat Manganggar Banua. Sejarah, mitos, kepercayaan gaib, dan harapan serta doa, menjadi satu dalam tradisi.
Terdapat Beragam versi riwat Datu Taruna, sebagai tokoh sentral awal mula diadakannya upacara adat Manyanggar Banua di Desa Barikin. Perbedaan-perbedaan, maupun penggalan-penggalan riwayat yang belum menjadi satu kesatuan.
Baik versi riwayat dari satu juriat/keturunan Datu Taruna dengan juriat Datu Taruna lainnya, maupun riwayat yang beredar di kalangan masyarakat Perbedaan dan penggalan riwayat inilah, yang ingin diluruskan kembali oleh beberapa tokoh adat Desa Barikin, dengan membuat sebuah prasasti riwayat hidup Datu Taruna.
Berdasarkan penuturan AW Syarbaini salah satu juriat Datu Taruna, yang juga tokoh adat Desa Barikin, serta sebagai ketua sanggar Ading Bastari Barikin. Bahwa Datu Taruna berasal dari masa berkuasanya Pangeran Suryanata di kerajaan Negara Dipa. Datu Taruna adalah seorang kesatria yang disegani pada masa itu. Ia adalah seorang pemandu/pelatih kerawitan kerajaan.
Setelah terjadinya pergolakan di dalam kerajaan, ia pergi mengasingkan diri dengan saudaranya keluar dari istana menyisir sungai mulai dari Muara Bahan arah ke Hulu Sungai, sampai akhirnya membuka sebuah perkampungan yang dikenal sekarang dengan nama Desa Barikin.
Kepergian Datu Taruna dari istana dikarenakan tidak ingin ikut campur tangan, pergolakan kerajaan. Sehingga ia mengasingkan diri dengan membawa seperangkat gamelan dan perabot-perabot lainnya.
Sebelum menjadi Desa Barikin, awalnya adalah Desa Pamatang Kambat yang di buka oleh Datu Taruna. Nama Datu Taruna adalah gelar setelah ia menetap di Desa Pematang Kambat, sedangkan nama aslinya diamanatkan Datu Taruna kepada anak cucunya untuk untuk dirahasiakan sampai sekarang.
Datu Taruna telah dikenal dikalangan para bangsawan kerajaan Negara Daha dan Negara Dipa. Oleh karena Datu Taruna dikenal para sahabat-sahabat beliau, maka apabila para sahabat yang dari kerajaan Negara Daha mau ke Candi Agung singgah dahulu di Desa Pematang Kambat di Pasanggrahan Datu Taruna.
Apabila para sahabat-sahabat beliau datang di Desa Pematang Kambat, selalu disambut oleh Datu Taruna dengan suguhan berupa sajian dan pertunjukan kesenian klasik di sebuah tempat pasanggrahan.
Kesenian klasik yang di tampilkan antara lain, Wayang Sampir pada malamnya, dan siangnya sebelum para sahabat meneruskan perjalanan, ditampilkan Tari Klasik Topeng.
Sebelum Datu Taruna menggaibkan diri, ia beramanat kepada anak cucunya di Desa Barikin supaya melanjutkan kebiasaan untuk menjamu para sahabat dan kerabat dalam waktu satu tahun sekali. Sekaligus diadakannya upacara selamatan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat dan juriat di Desa Barikin. Upacara ini disebut Babunga Tahun.
Sebagian masyarakat menyebut nama Pesanggrahan dengan Penyanggaran, dan kemudian dengan berlalunya waktu berubah lagi penyebutannya menjadi Menyanggar.

Pengertian dan Susunan acara Manyanggar Banua yang dilaksanakan dari 22 sd 23 Januari 2012

Persiapan acara sudah dimulai satu minggu sebelumnya. Puncak persiapan dari Jumat hinga Sabtu, dengan menyiapkan sesaji dan perlengkapan lainnya.
Minggu, pukul 09.30 ritual Badudus, pukul 13.30 ritual Turun Wadai (sesajian), pukul 14.30 ritual Maarak Ancak ke Tempat Upacara, pukul 15.00 ritual di Tempat Upacara, dan pukul 20.00 ritual Wayang Sampir.
Senin, pukul 01.00 acara Bawayang, pukul 03.30 ritual Baayun Wayang, pukul 04.30 ritual Tari Klasik Topeng dan pukul 15.30 ritual Baayun Topeng hingga selesai.
Di tempat ritual Mandi Badudus Bapagar Mayang , sebelum ritual dimulai diiringi gamelan irama lagu Ayakan Miring. Saat ritual Badudus diiringi gamelan irama lagu Galaganjur. Sesudah ritual Badudus diiringi diiringi gamelan irama lagu Senen. Dan sebagai penutup ritual Badudus kembali diiringi gamelan irama lagu Ayakan Miring.
Di tempat ritual Penyerahan Sesajian di mulai dengan seremonial laporan panitia, sambutan para pejabat yang menghadiri acara, dan pembacaan doa dari tokoh agama. Selanjutnya ritual Penyerahan sesajian diiringi gamelan irama lagu Ayakan Miring. Lalu Tapung Tawar, doa selamat sesajian di susun di ancak, diiringi gamelan irama lagu Galaganjur hingga ancak dibawa ke tempat upacara.
Pada penyerahan sesajian di tempat upacara hingga upacara sakral berlangsung, diiringi gamelan irama lagu Galaganjur. Saat menggantung kepala Kambing, diiringi gamelan irama lagu Senin. Dan seusai upacara sakral diiringi gamelan irama lagu Ayakan Miring.
Babunga Tahun Manyanggar Banua, artinya mengharumi dan selamatan kampung. Semoga tahun akan datang keluarga dan warga di Desa Barikin selalu rukun, damai, sehat dan dijauhkan dari bala bencana.
Pada Bawayang Sampir, terdapat dua pengertian kata. Wayang artinya adalah alat kesenian, dan Sampir yang artinya hampir atau persamaan. Jadi dengan alat kesenian Wayang Kulit bisa mengambil contoh, yaitu seperti apa bila sedang menghadapi Raja atau pimpinan, seperti apa bila menghadapi orang yang lebih tua, dan seperti apa bila menghadapi sahabat. Sehingga di dalam kesenian wayang Kulit, dapat mengetahui dan memilih antara sifat yang baik dan buruk.
Mandi Badudus Bapagar Mayang, terdapat pula dua pengertian kata. Mandi adalah kebersihan, dan Mayang merupakan kembang Pinang yang harum baunya. Jadi dengan anak keluarga Mandi Badudus yang disaksikan orang banyak, maka diharapkan menjadi bersih lahir batin dan terhindar dari malapetaka. ara/mb02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar