Isi Berita

Rilis yang di buat oleh ARAska dalam melaksanakan tugas sebagai Jurnalis

Jumat, 24 Februari 2012

120112-kamis(jumat)-aksi demo tanah walhi se indonesia (Dm.140112).doc

Empat Tahun Terakhir Ada 28 Kasus Konflik Sosial di Kalsel


BANJARMASIN – Dari 2008 sd 2012, di Kalsel tercatat 28 kasus konflik sosial yang terkait dengan perkebunan sawit. Kemudian ditambah lagi kasus-kasus pertambangan.
Hal ini diungkapkan Direktur Esekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel, Hegar Wahyu Hidayat, pada Kamis (12/1) pagi dengan Mata Banua, sebelum melakukan aksi demonstrasi damai menuntut Pemulihan Hak-Hak Rakyat yang dilaksanakan serentak di Indonesia.
Menurut Hegar, secara nasional telah diketahui beragam konflik sosial yang terjadi. Seperti peristiwa Mesuji, Riau, Jambi, Tiaka Sulawesi Tengah, Sorikmas di Sumatera Utara, Senyarang, Papua, dan terakhir pada 24 Desember 2011 di Sape Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.
Dalam satu tahun terakhir di Indonesia terjadi setidaknya 103 kasus kekerasan aparat Negara terhadap rakyat, atas dasar konflik agraria. Konflik yang menempatkan rakyat sebagai korban.
Di Kalsel, baru-baru ini pada 2004 dan kasusnya belum tuntas. Terkait tewasnya Hardiansyah, seorang guru SD di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yang dibantai karena memperjuangkan dampak pertambangan. Kemudian banjir dilingkar tambang Tanah Bumbu pada 2008 dan 2010 yang menewaskan warga. Kasus ini hanya sebagian kecil yang terekpos, masih banyak lagi kasus yang lainnya.
Pemerintah harus mencabut ijin-ijin perusahaan yang terlibat konflik. Karena pemberian ijin dan keberadaan perusahaan yang merusak dan berpotensi merusak sumber-sumber kehidupan rakyat, adalah faktor utama terjadinya konflik berdarah.
“Liberalisasi ijin tambang dan sawit, tidak hanya berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Namun sudah dalam tahap perampasan kawasan produksi rakyat, menuju kepada bencana ekologi. Menyempitnya ruang hidup dan kelola rakyat, menjadi penyebab utama terjadinya konflik agraria” katanya.
Sekitar pukul 10.00 Wita, para demonstran bergerak bersama-sama melakukan longmarch dimulai dari Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), kemudian stop di titik Polda dan DPRD.
Demonstran terdiri dari Walhi Kalsel, AMAN Kalsel, LK3 Banjarmasin, Komunitas SUMPIT Banjarbaru, Ikatan Nelayan Saijaan (INSAN) Kotabaru, Forum Pedagang Kaki Lima Murjani (FORKAMU) Banjarbaru, Kompas Borneo Unlam, dan HMI Kalsel.
Kemudian BEM Uniska, BEM Unlam, BEM Fakultas Pertanian Unlam, BEM Fakultas Hukum Unlam, Mapala Graminea Fakultas Pertanian Unlam, Mapala Justitia Fakultas Hukum Unlam, Mapala Apache STMIK Banjarbaru, MAHIPA STAI Darussalam Martapura, dan MARYSA Universitas Achmad Yani (UVAYA) Banjarbaru. ara/mb05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar