Era Sastra Digital
BANJARMASIN – Perkembangan sastra Indonesia modern semenjak paro kedua dekade 90-an, tidak lagi hanya terbatas pada cetak saja (buku dan media massa cetak). Tetapi telah memasuki babak baru yang disebut Era Sastra Digital.
Hal ini diungkapkan oleh Jamal T Suryanata, beberapa waktu yang lalu kepada Mata Banua. Menurut sastrawan Kalsel ini, sastra digital merupakan sistem publikasi karya sastra secara online melalui berbagai situs internet.
Disamping dalam bentuk website pribadi, mulai populernya era baru ini setelah diluncurkannya Cybersastra com atau Cybersastra net, yang beroperasi sejak 28 April 1999. Sebagai media alternatif baru, ruang publikasi sastra online ini bersifat sangat akomodatif egaliter, dan bebas.
Di sisi lain, kebebasan sastra online menyebabkannya kurang selektif terhadap karya sastra. Karya sastra yang dipublikasikan banyak yang tanpa melalui proses seleksi, sebagaimana karya sastra yang dipublikasikan melalui media massa cetak konvensional. Karena kebebasan dalam sastra online sepenuhnya hak prerogative para penulisnya.
Dengan karakteristiknya yang demikian, berbagai ragam karya sastra (puisi, fiksi, drama, esai, kritik sastra, dan genre sastra lama) dapat ditampung. Termasuk yang secara kualitatif sering dituding pihak tertentu sebagai karya-karya sampah. Hal ini disebabkan, para penulis pemula yang baru belajar menulis satu – dua puisi pun tidak dilarang untuk mempublikasikan karya-karya percobaannya.
“Namun demikian, seberapapun kelemahan yang ada dalam sastra online ini, dalam jagat sastra di tanah air, harus dihargai dan dicatat dalam bentangan sejarah sastra Indonesia” ujar Jamal. ara/mb05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar